Kelahiran Xavier

1486 Kata
Escanor yang yakin Lovetta masih bersembunyi menenangkan dirinya. Dia membiarkan Serigala yang tersisa hidup dalam rasa tenang karena kaum vampire tidak lagi mengganggu. Pria itu membunuh makhluk berbulu dengan cara diam-diam. Tidak ada lagi pembantaian, tetapi ketika hewan yang suka melolong itu sendirian, maka kematian akan datang tanpa menyisakan bangkai. Sang pengeran vampire yang cerdas sengaja tidak menggangu orang tua Lovetta karena dia yakin, wanita cantik itu akan pulang.   Kedamaian kembali hadir di dalam hutan dan perkampungan. Perseteruan terjadi di akademi penyihir. Kubu hitam yang mulai menyerang dan menuntut keadilan untuk menjadi Penyihir Agung, tetapi maih bisa diredam karena tidak semua penyihir hitam menginginkan perpecahan. Mereka berharap tetap bersatu tanpa perpecahan dan perebutan kekuasaan.   Di dunia lain yang terpisah dengan pintu air terjun pelangi. Kawanan naga selalu hidup damai tanpa ada pekelahian. Mereka bersembunyi dari makhluk lainnya agar tidak terjadi perkelahian, pemanfaatan dan pembantaian naga. Masa lalu mereka sudah cukup mengerikan terutama dengan para penyihir hitam. Keberadaan naga yang tidak diketahui itu dan dipikir telah punah berkat lindungan dari pernyihir putih. Dulu selain sebagai tunggangan, para naga juga dimakan oelh penyihir hitam agar mereka mendapatkan kekuatan dan keabadian hidup dengan umur yang panjang.   Di sebuah gua paling tinggi, seorang wanita dengan hamil tua terlihat kesusahan karena perut yang sudah membesar. Lovetta semakin lemah dan khawatir karena tidak ada pergerakan sama sekali dari bayinya. Wanita itu duduk di tepi jendela dan melihat langit yang berwarna merah menandakan hari mulai malam.   “Apa malam ini purnama?” Lovetta tidak bisa melihat bulan di langit karena dunia itu memiliki pelindung. Hanya kaum naga yang mengetahui apa pun yang terjadi di luar sana dengan kekuatan mereka.   “Kenapa kamu melamun?” tanya Quet membawakan makanan untuk Lovetta.   “Apa kamu bosan?” Quet meletakkan seekor kelinci di depan Lovetta.   “Tidak.Quet, apa malam ini bulan purnama?” tanya Lovetta mengikuti Quet yang mengelilingi dinding untuk bisa masuk dari pintu besar.   “Sepertinya. Langit di dunia kamu sangat cerah penuh dengan bintang dan kedamaian.” Quet duduk memperhatikan teman kecilnya.   “Apa Escanor tidak menggangu kawanan Serigala?” tanya Lovetta.   “Tidak. Vampire itu terlihat tenang di dalam kastilnya,” jawab Quet.   “Aku sangat merindukan mama dan papa.” Lovetta menunduk melihat kelinci yang ketakutan di atas meja dan berada dalam kurungan.   “Tetaplah di sini hingga kamu melahirkan.” Quet melihat perut besar Lovetta.   “Bayi kamu terus tertidur dan akan bangun ketika sudah melihat dunia yang kejam ini, tetapi dia akan aman hidup bersama kamu di sini.” Quet membuka kurungan kelinci dengan kuku panjangnya.   “Makanlah. Kamu harus memiliki kekuatan ketika melahirkan.” Quet memegang kelinci dengan ujung jarinya.   “Terima kasih.” Lovetta menikmati makan malamnya hingga kenyang. Dia membersihkan diri.   Malam tiba dengan mudahnya, langit merah menjadi abu-abu. Bintang-bintang bertaburan memenuhi atam dunia tanpa memberikan celah begitu terang bagaikan siang. Purnama datang dalam kesunyian. Hewan malam heran dengan malam yang bercahaya. Semua makhluk menadah ke atas melihat bulan bulat sempurna ditemani bintang. Manusia dan para peri juga penyihir keluar dari rumah. Mereka semua melihat fenomena alam yang kembali berulang.   “Apa ini?” para tetua dan siswa akademi berkumpul di halaman.   “Seperti ketika kelahiran Bien,” ucap seorang wanita tua.   “Apa wanita itu melahirkan bayi laki-laki?” tanya Ayah Bien pada dirinya sendiri.   “Di mana dia? Kenapa Bien tetap menutup mulut. Ini adalah berkah.” Tetua menatap ayah Bien.   “Bien benar-benar tidak tahu siapa wanita yang telah menidurinya dengan cara hipnotis bagaikan mimpi,” jelas ayah Bien.   “Dimana wanita itu?” tanya semua tetua yang yakin dengan kelahiran dari putra Bien.   *** “Apa malam belalu begitu saja?” Quet melihat langit.   “Quet, perutku bergerak.” Lovetta menatap Quet.   “Kamu akan melahirkan.” Quet segera memeluk Lovetta dan membawa wanita itu terbang menuju gua lain. Dia menemui naga tua yang memiliki lima kepala. Masing-masing kepala mampu menyemburkan elemen kehidupan yang berbeda berupa, api, air, tanah dan petir.   “Nenek.” Quet meletakkan Lovetta di depan pintu gua yang berada di dalam hutan. Tempat tinggal nenek Tiamat jauh dari naga lainnya. Dia adalah nenek Quet dan ibu para naga yang tersisa.   “Siapa dia?” Nenek Tiamat memperhatikan wajah cantik yang penuh keringat dan perut besar Lovetta.   “Keajaibat.” Nenek Tiamat segera mengambil Lovetta dan meletakkan di atas tempat tidur.   “Ada apa?” Quet mengikuti Nenek Tiamat.   “Ini adalah keturunan penyihir putih Sang Agung.” Nenek Tiamat menyentuh perut Lovetta.   “Bagaimana Nenek tahu?” tanya Quet.   “Ketenangan dan kedamaian.” Nenek Tiamat tersenyum.   “Tolong. Bayiku mulai bergerak.” Lovetta merasakan perut yang turun ke bawah.   “Kamu tidak perlu khawatir dia akan keluar dengan sendirinya.” Nenek Tiamat menjauh dari Lovetta. Dia melihat langit terang.   “Ini terjadi ketika kelahiran Bien.” Nenek Tiamat tersenyum dan menatap langit. Dia membuka kabut pelindung sehingga bisa melihat dunia yang sesungguhnya.   “Itu memang bayi Bien,” ucap Quet menoleh pada Lovetta yang terus mengusap perutnya.   “Wah.” Para Naga keluar dari gua mereka dan melihat cahaya indah dari bintang dan bulan.   “Apa hari sudah siang? Ini sangat indah,” ucap para naga.   “Ini pernah terjadi ketika penyihir putih terhebat lahir.” Para naga mendongak ke langit. Semua berkumpul di padang rumput dekat gua nenek Tiamat.   “Nenek, ada apa ini?” tanya seekor naga dewasa.   “Bayi dari penyihir putih akan lahir diantara para naga.” Nenek Tiamat tersenyum.   “Apa? Ini adalah keajaiban. Bagaimana bisa bayi penyihir ada di dunia naga?” tanya naga tua.   “Lovetta, teman Quet ternyata mengandung bayi dari Bien,” jawab nenek Tiamat melihat pada langit.   “Arrrggh.” Lovetta berteriak kuat untuk membantu bayinya lahir.   “Love.” Quet ingin masuk ke dalam, tetapi ditahan nenek Tiamat.   “Biarkan dia melahirkan sendirian agar tidak menggangu kekuatan dan kemampuan bayi,” ucap nenek Tiamat.   “Nenek. Lovetta adalah Serigala,” jelas Quet.   “Apa?” Nenek Tiamat terkejut.   “Bayi itu akan menyerap semua kekuatan yang dimiliki ibu dan ayahnya.” Nenek Tiamat mendekati Lovetta dan melihat bayi putih bersih dengan rambut hitam telah lahir. Tidak ada tangisan, bayi itu tidur dalam tenang.   “Pindahkan Lovetta!” perintah nenek Tiamat. Wanita yang baru saja melahirkan itu tidak sadarkan diri.   “Bagaimana keadaanya?” Quet khawatir.   “Dia hanya kelelahan.” Nenek Tiamat menyemburkan lima elemen kehidupan dari masing-masing kepala yang berwarna biru, merah, putih, hijau dan cokelat. Dia mengeliling bayi dengan keberkahannya agar keturunan penyihir itu memiliki kekuatan yang tidak tertanding dan menguasai banyak kemampuan.   Bulan menghilang bersama bintang. Langit ditutupi awan hitam pekat. Petir menyambar bersama kilat. Kilauan merah dan putih beradu memberikan aura yang mengerikan. Cahaya biru dan kuning bak pelangi berkilauan. Hujan beserta badai menghantam langit dan bumi. Angin bertiup kecang merobohkan pepohonan.   “Nenek. Pasang pelindung!” teriak Green dan berlari.   “Apa yang terjadi?” Nenek Tiamat melihat keluar dan terkejut akan perubahan cuaca secara mendadak. Tangisan bayi memekak nyaring bersama Guntur di langit.   “Apa?” Nenek Tiamat segera memasang pelindung agar badai tidak menghantap dunia naga.   “Sudah lama tidak melihat dunia luar,” ucap para naga yang menjilati kulit mereka yang basah terkena air hujan.   “Wah, kenapa hujannya berhenti?” tanya naga kecil.   “Sangat gelap di luar sana.” Quet melihat langit.   “Quet,” sapa Lovetta yang terbangun karena tangisan putranya.   “Lovetta.” Quet mendekati sahabatnya.   “Di mana anakku?” tanya Lovetta menatap Quet.   “Di sana.” Quet menujuk pada bayi yang dikelilingi lima elemen kehidupan.   “Nenek ingin putra kamu menyerap kekuatannya.” Quet tersenyum melihat Lovetta.   “Terima kasih.” Lovetta tersenyum.   “Love, para naga berhutang budi pada penyihir putih.” Quet mengusap kepala Lovetta.   “Putra kamu adalah keturuan penyihir putih. Jadi, kamu para naga akan menjaganya dan melatihnya dengan baik.” Quet melihat pada bayi laki-laki yang sudah tenang.   “Xavier,” ucap Lovetta dengan air mata yang telah membasahi wajahnya. Dia memandangi putranya yang berada dalam lingkaran kakuatan nenek Tiamat. Kebahagiaan yang tidak terkira. Keinginan yang tercapai mendapatkan seorang putra dari pria yang dicintainya.   “Xavier. Nama yang bagus.” Quet tersenyum.   Di dunia lain badai dan petir telah menghancurkan hutan serta pemukiman penduduk. Semua mengeluarkan kekuatan untuk memberikan pelindungan diri dan keluarga. Manusia biasa harus bersembunyi dan menyelamatkan diri dengan bantuan peri. Pepohonan tumbang dan terbakar oleh petir. Api biru dan merah memenuhi hutan membakar padang ilalang.   Para penyihir memberikan pelindungan pada tempat-tempat yang masih belum dihantam badai pada malam purnama itu. Kaum vampire tidak keluar dari kastil dan kawanan serigala berlindung di gunung es bersembunyi di dalam gua tanah. Kelahiran Xavier putra dari Serigala dan penyihir putih. Seorang bayi dengan mewarisi kekuatan kedua orang tuanya dan mendapatkan keberkahan dari para naga. Ayah yang sangat tampan, cerdas dan memiliki banyak kemampuan serta ibu yang putri serigala dengan kesempurnaan melahirkan bayi yang luar biasa. Makhluk sempurna berwujud manusia. Dia akan menaklukan dunia dengan segala yang dimilikinya.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN