Morgoth dan Signy mulai gelisah dengan perlakukan Lovetta. Wanita itu menghilang di siang dan malam hari. Kembali di tengah malam hampir pagi. Pria paruh baya itu juga sudah mendapatkan surat dari banyak tamu-tamunya yang mengeluh karena tidak bisa bertemu dengan putri cantik yang menjadi rebutan semua orang itu.
“Di mana Lovetta setiap siang dan malam hari?” tanya Morgoth pada istrinya.
“Entahlah. Dia pulang dan pergi sesuka hati,” jawab Signy.
“Apa dia sudah memilih pasangan? Kelakuannya sangat mencurigakan. Bulan purnama akan segera tiba. Aku sangat mengkhawatirkan Lovetta.” Morgoth menatap surat-surat yang dia terima dari banyak pihak yang menuduh Lovetta sengaja menghindar.
“Aku bahkan tidak bisa bertemu dengannya. Dia semakin liar.” Signy menatap Morgoth yang memegang kepala karena pusing memikirkan putri semata wayang mereka.
“Ikuti Lovetta!” perintah Morgoth.
“Aroma Lovetta sudah hilang,” ucap Signy.
“Apa?” Morgoth sangat terkejut.
“Itu berarti dia sudah tidak perawan lagi.” Morgoth berdiri dan memukul meja.
“Apa aroma tubuh dia yang hilang membuat kita tidak tahu dia pulang dan pergi dari rumah ini?” Morgoth menatap Signy.
“Sebarkan semua serigala penjaga untuk mencari Lovetta!” Morgoth kembali duduk. Pria itu terlihat frustasi.
“Suamiku, malam bulan purnama vampire akan keluar dan para serigala kembali ke gunung,” jelas Signy.
“Apa?” Morgot melihat langit.
“Aku melihat Lovetta masih pulang ke kamar,” ucap Signy.
“Aku akan mencari Lovetta.” Morgoth beranjak dari kursi dan bersiap pergi.
“Kamu tidak boleh keluar dari rumah.” Signy menahan tangan suaminya.
“Malam ini bulan purnama. Kita harus beristirahat di siang hari dan bersemangat di malam. Lovetta berbeda dengan kita. Dia istimewa.” Signy menatap Morgoth.
“Apa aku bisa tidur di saat rasa khawatir pada putri kita?” Morgoth membalas tatapan Signy.
“Kamu akan lemah di siang hari. Pertemuan itu bisa terjadi karena hanya sebentar dan kita harus tidur panjang di siang hari,” tegas Signy.
“Ingat! Lovetta berbeda.” Signy menarik tangan Morgoth dan berjalan ke kamar.
“Aku akan menidurkan kamu dengan sihir.” Signy mendorong tubuh Morgoth.
“Tidak, Sayang!” Morgoth ingin melawan, tetapi istrinya sudah lebih dulu membuat pria itu mengantuk dan tidur degan mudah.
“Aku yang akan mencari putri kita.” Signy menyelimuti tubuh suaminya yang sudah berubah bentuk menjadi serigala hitam.
“Aku tidak mau raja serigala lemah di malam bulan purnama sehingga lolongan kamu tidak kuat dan diremehkan para kawanan serigala.” Signy meninggalkan kamar mereka dan bersiap untuk mencari Lovetta. Wanita itu memiliki darah sang penyihir walaupun sedikit karena hanya didapat dari keturunan yang sudah cukup jauh bukan dari ayah atau ibu.
Signy berlari kencang dalam bentuk serigala putih. Dia kesulitan menemukan Lovetta karena bau putrinya itu sudah benar-benar hilang. Wanita yang masih tetap cantik itu sudah berada jauh dari hutan serigala. Dia menyusuri sungai dan danau.
“Di mana Lovetta?” Signy melihat air terjun yang memantulkan pelangi. Dia minum dan duduk di sana memandangi air yang begitu indah.
“Aku merasakan kehadiran kamu, tetapi dimana?” Signy memperhatikan sekeliling. Dia mengendus tumbuhan yang ada di dekatnya.
“Lovetta, apa yang kamu lakukan sehingga aroma serigala kamu hilang? Siapa pria yang telah merebut kesucian kamu? Tidak akan ada yang mampu melawan kekuatan kamu, Lovetta. Apa kamu menyerahkan diri?” Air mata Signy mulai mengalir. Dia menyadari bahwa putrinya sudah tidak pulang ke rumah. Tempat tidur dan kamar terus rapi, tidak tersentuh.
“Di luar hanya ada kaum serigala, vampire, peri dan manusia sangat jauh dari sini. Pasukan sss adalah wanita.” Mata tajam Signy melihat sekeliling. Dia cukup lelah dan tanpa sadar tertidur di atas batu. Siang hari memang waktu tidur untuk kaum serigala.
“Quet, aku mencium aroma ibuku.” Lovetta menatap Quet yang membawanya terbang di kawasan hutan lebat naga.
“Tidak ada yang bisa masuk ke dalam rumah naga tanpa seizing dari kami,” ucap Quet.
“Hm.” Lovetta melihat ke bawah dan mereka berhenti di pinggir danau.
“Apa karena kehamilan ini, aku menjadi salah dalam penciuman?” Lovetta mengusap perutnya yang belum cukup besar.
“Love, sebaiknya kamu pulang dan jelaskan semuanya.” Quet memperhatikan Lovetta.
“Orang tua kamu pasti sangat khawatir. Ini adalah malam bulan purnama,” lanjut Quet.
“Baiklah. Aku akn mejerlaskan semuanya dan kembali ke sini.” Lovetta tersenyum.
“Aku akan mengantarkan kamu.” Quet kembali membawa Lovetta terbang menuju pintu masuk.
“Hati-hati.” Quet membuka air terjun pelangi seperti tirai.
“Terima kasih.” Lovetta tersenyum dan mengubah bentuh serigala putih.
“Mama.” Lovetta terkejut melihat Signy tidur di atas batu. Dia berpikir wanita itu sedang terluka.
“Love.” Signy memeluk Lovetta. Mereka berdua berubah menajdi bentuk manusia yang cantik.
“Kenapa kamu tidak pulang?” tanya Signy.
“Aku pulang, tetapi tidak menginap di rumah. Aku hanya datang untuk mencium dan memeluk kalian berdua,” jelas Lovetta.
“Apa yang terjadi?” Signy memegang pipi Lovetta.
“Ma, maafkan aku.” Lovetta menunduk.
“Katakan!” Signy menatap Lovetta.
“Aku jatuh cinta pada penyihir putih,” jawab Lovetta pelan.
“Apa?” Signy berdiri karena terkejut.
“Tidak Lovetta. Manusia, peri, Vampir dan Penyihir akan memburu kita.” Signy menatap Lovetta.
“Jika mereka mau memburu kita, kenapa tidak terjadi apa pun? Aku tidak pernah melihat mereka datang ke hutang untuk membunuh kita.” Lovetta berdiri.
“Love. Kenapa ada hutan perbatasan? Karena tidak boleh dilewati. Itu adalah perjanjian yang tidak boleh diingkari. Hanya kaum vampire yang berkuasa dan berani pergi kemanapun mereka suka,” jelas Signy.
“Apa yang telah kamu lakukan pada penyihir putih dan siapa dia?” tanya Signy mencengkram lengah Lovetta.
“Aku jatuh cinta dan telah menyerahkan diri padanya dengan menghipnotisnya,” jawab Lovetta.
“Apa?” Mata Signy membulat. Dia tidak tahu jika di masa kawin, putrinya sangat agresif dan bertindak senekat itu.
“Siapa dia?” tanya Signy dengan suara nyaring.
“Aku tidak akan mengatakannya,” jawab Lovetta.
“Dia tidak bersalah. Aku yang menginginkannya,” tegas Lovetta.
“Lovetta!” sebuah tamparan mendarat di wajah cantik wanita itu. Dia terkejut. Sembilan belas tahun hidup sebagai putri serigala dan itu adalah tamparan pertama yang diterimanya dari sang mama.
“Kamu telah menghancurkan dua kehidupan!” Signy menatap tajam pada wajah cantik yang memerah.
“Berapa kali kamu melakukannya? Apa kamu sudah hamil!” tanya Signy dengan nada tinggi.
“Kenapa Mama menamparku?” tanya Lovetta menatap Signy.
“Love, jika yang kamu cintai adalah penyihir putih dalam masa pengujiaan. Maka dia akan gagal dan hancur. Pria itu akan mendapatkan hukuman dan menderita untuk selamannya di dalam menara tujuh pilar. Kekuatan yang dimilikinya akan hilang dan dia hanya manusia biasa yang tidak berguna,” jelas Signy.
“Jika kamu hamil dan melahirkan bayi laki-laki. Anak itu akan menyerap kekuatan kalian berdua.” Signy menatap tajam pada Lovetta.
“Aku mencintainya dan menggila di musim kawin. Aku hanya mau melakukan itu dengannya. Aku tidak tertarik dengan pria manapun!” teriak Lovetta.
“Kita pulang sekarang. Mama akan memeriksa kamu.” Signy melihat perut ramping Lovetta.
“Malam ini bulan purmana, aku akan bersembunyi di dalam rumah saja,” ucap Lovetta.
“Ayah kamu sangat khawatir. Kita harus berbicara padanya.” Signy menatap puterinya.
“Ma, semua kawanan serigala pergi ke gunung bersalju. Aku tidak mau menambah kekhawatiran papa. Tolong rahasiakan ini.” Lovetta bersujud di kaki Signy.
“Lovetta. Maafkan mama.” Signy memeluk putrinya.
“Di mana kamu selama ini? Kenapa?” Signy menangis.
“Aku berada di tempat yang aman.” Lovetta tersnyum. Dia tidak marah dengan tamparan mamanya. Wanita itu sadar akan kesalahan yang telah melanggar aturan dan perjanjian semua kaum di masa lalu.
“Ayo kita pulang. Temui papa kamu agar di tenang.” Signy menghapus air mata Lovetta.
“Mama akan menjelaskan tentang bau yang hilang.” Signy sangat mengkhawatirkan putrinya.
“Katakan saja pada Ayah, aku sudah memilih pasangan dan akan memberitahunya setelah pesta purnama.” Lovetta menatap Signy.
“Baiklah. Mama akan membantu kamu.” Signy kembali memeluk Lovetta.
“Apa pipi kamu sakit?” Signy menyentuh pipi merah Lovetta. Wanita itu terlihat sangat menyesal karena telah menyakiti putrinya. Dia sangat takut akan masa lalu ratusan tahun akan terulang kembali.
“Tidak apa, Ma. Aku sadar akan kesalahanku. Aku telah menghancurkan kehidupan orang yang aku cintai. Di malam purnama aku tidak akan bisa melihatnya.” Lovetta menatap Signy.
“Ma, aya pulang sebelum hari gelap.” Lovetta berlari bersama mamanya. Dua serigala cantik berwarna putih hilang begitu saja dan kembali ke rumah. Mereka langsungt tidur di kamar masing-masing agar bisa menyambut malam purnama.
***
Escanor berbaring di atas tempat tidur. Pria itu memcium rambut Lovetta. Dia sangat marah karena sudah beberapa malam tidak melihat wanita yang telah membuat dirinya jatuh cinta hingga menggila. Pria itu ingin menggigit dan menghisap darah Lovetta di malam purnama agar bisa mengubahnya menjadi vampire istimewa dan menjadi istrinya.
“Kemana kamu menghilang? Bagaiman bisa kamu lari dan sembunyi dari Escanor−sang pangeran Vampir terkuat ini?” Jari kekar Escanor meremas rambut hitam yang tetap berkilau indah itu.
“Lovetta, aku akan membuat kamu berada disisiku, bagaimana pun caranya.” Escanor mencium rambut Lovetta dan memejamkan matanya. Pria itu ingin bermimpi tentang wanita paling cantik di di hutan itu.
Ketenangan Escanor terganggu karena pintu kamarnya di ketuk dan terdengar suara pelayan yang menyapa namanya. Pria itu sangat ingin marah. Dia baru saja melihat bayangan Lovetta dalam khayan yang akan masuk dalam mimpi panasnya. Putri serigala itu memang sangat cantik dan seksi menggoda. Tidak ada satu pria pun yang mampu menolak pesonanya.
“Arrgh.” Escanor melempar guling ke lantai dan beranjak dari tempat tidur. Dia berjalan menuju pintu dan membukanya.
“Tuan….” Kalimat pelayan itu terputus dan senyuman menggoda hilang begitu saja karena Escanor langsung mencekingnya.
“Apa yang membuat manusia rendahan seperti kamu menggangu tidurku?” Escanor menarik tubuh pelayan wanita yang menggunakan pakaian seksi itu masuk ke kamar dan melemparnya ke lantai.
“Tuan.” Pelayan itu berusaha mengisi oksigen yang hampir kosong ke dalam tubuh karena dicekik kuat oleh Escanor.
“Aku hanya datang untuk makan sore Anda,” ucap pelayan menunduk.
“Bukankah Anda hanya mau meminum darah segar dan langsung dari manusia?” Pelayan mendongak. Wanita itu seakan melupakan rasa sakit akibat dari cekikan Escanor. Ketampanan dan tubuh seksi tanpa baju sangat menggoda.
“Kamu benar.” Escanor menarik wanita itu dan menggigit lehernya. Dia semakin lapar karena marah.
“Aaah.” Sakit yang nikmat. Wanita itu bisa menyentuh d**a bidang dan perut rata Escanor. Jari-jari indahnya mulai meraba ke bawah dan berharap bisa menggoda pria itu. Menyadari itu, membuat sang Vampir menggigit dan menghisap kuat pada leher.
“Aagrh.” Pelayan merasakan sakit dan tubuh yang semakin lemas. Escanor menghisap darah wanita itu hingga kering.
“Tuan.” Pelayan tidak memiliki kekuatan lagi dan tergeletak di lantai dengan mata menatap pada Escanor.
“Apa kamu berharap bisa menikmati malam purnama bersama ku?” Escanor menceking leher pelayan yang sudah tidak berdaya.
“Aku bahkan tidak tertarik untuk mengubah kamu menjadi vampire. Matilah sebagai manusia rendah.” Escanor tersenyum dan melihat tubuh yang tidak bernyawa lagi. Dia beranjak dari lantai dan mengambil tisu untuk membersihkan mulut yang penuh bekas darah.
“Aku harus mengambil kemeja dan berjalan keluar kamar. Dia meminta pelayan lain untuk membersihkan ruangan pribadinya itu. Escanor melihat para saudarnya yang sedang menikmati minuman di ruang tengah.
“Apa kalian sedang berpesta?” tanya Escanor.
“Purnama kali ini terlalu banyak hadiah,” jawab Spike.
“Apa yang terjadi?” Escanor duduk di kursi khusus miliknya.
“Manusia rendahan menyerahkan diri mereka untuk pesta dan hanya minta imbalan kekayaan yang tidak seberapa,” jelas Collins.
“Hahaha, itu yang membuatku tidak pernah tertarik pada manusia biasa.” Escanor melihat saudaranya.
“Lalu, kamu tertarik pada siapa?” tanya Spike.
“Lovetta.” Escanor menatap tajam pada saudaranya.
“Malam ini kita harus menyerang kawanan serigala dan membawa gadisku ke kastil vampire.” Escanor tersenyum.
“Tidak bisa!” Lestat berdiri di depan Escanor.
“Kenapa?” tanya Escanor marah dan melepar garpu pada Lestat dan pria itu berhasil menghindar.
“Malam purnama semua kawanan serigala berada di puncak gunung bersalju. Kita tidak bisa ke sana,” jelas Lestat.
“Ini adalah masa kawin. Aku yakin, Lovetta akan mendapatkan pasangannya dari bangsa serigala.” Escanor menatap Lestat.
“Kenapa kamu harus jatuh cinta pada hewan?” tanya Collins.
“Hewan? Apa kamu pernah melihat kecantikan dan tubuh seksi yang hanya dibaluti kain hitam tipis itu?” Escanoe tersenyum sinis.
“Tidak semua orang bisa bertemu denga Lovetta,” lanjut Escanor.
“Kalian hanya mendengarkan cerita orang-orang, tetapi tidak pernah melihatnya langsung. Dia harus menjadi milikku,” tegas Escanor.
“Satu minggu ini aku tidak melihatnya aku harus menahanya agar tidak pergi ke gunung salju,” lanjut Escanor.
“Pilihan dia tidak pernah salah,” bisik Spike pada Collint.
“Apa kamu bisa memperlihatkan dia kepada kami?” tanya Lestat.
“Aku akan membawa ke kasti ini.” Escanor tersenyum.
“Apa kamu tahu, Lovetta itu istimewa?” tanya Dante duduk di sampin Collint.
“Dia memiliki darah penyihir dari keturunan yang jauh,” lanjut Dante.
“Itu menjadikan Lovetta memiliki kekuatan dan kemampuan yang tidak biasa,” jelas Dante.
“Itu yang membuat aku jatuh cinta padanya. Cantik, seksi, cerdas dan istimewa. Kami akan memilik anak-anak yang luar biasa.” Escanor tersenyum lebar.
“Pikiran kamu sangat jauh.” Collins tersenyum. Empat pria tampan itu menikmati makanan mereka berupa kue dan minuman berasal dari darah. Escanor hanya menonton karena sudah kenyang menghisap habis darah pelayan hingga mati.