Beberapa minggu berlalu dengan Icin yang mengekori Rega, para sahabat sekampus, dan juga berkumpul dengan anak-anak SW. Keberadaan mereka sebenarnya tidak pernah cukup lagi semenjak ia mengenal seorang Ilham Bentrand. Namun Ilham masih mengabaikannya. Icin memang pernah berjanji tidak akan menghubungi Ilham sebelum cowok itu memulai namun Icin tidak sekuat itu. Godaan untuk menanyakan apa kabar cowok itu, juga masalah apa yang sekiranya membuat Ilham tampak begitu sibuk tetap tidak dia abaikan. Icin kembali melakukan perannya selama ini, sebagai orang yang selalu menghubungi terlebih dahulu. Kabar buruknya adalah ia tetap diabaikan. Padahal Ilham Bentrand sialan itu online, benar-benar sialan. Bukan salah Icin memiliki hasrat kepemilikan akan cowok itu, salahkan kenapa Ilham diciptakan dengan segala ketampanan, dan skill gombal yang oke punya.
“Deadlinenya dua bulan lagi, ya, Ga,” ucap Icin pada sahabat yang pernah menjadi pacarnya atau bisa pula dikatakan mantan yang naik jabatan menjadi sahabatnya sambil merekam Rega Mannaf dengan sepiring lasagna.
“Mulai lagi dia,” ucap Rega saat mengalihkan tatapan dan menemukan dirinya pasti akan menjadi bahan insta story mantan gilanya.
“Soalnya sepupu gue kemaren Cuma tua tiga bulan dari gue, Ga, jadinya gue ga mau di bilang ga laku.”
Nah, mulai mengarang indah ini anak. Sepupunya yang mana yang nikah?orang bang Arez sama kak Hira masih lajang, “harus banget lo nikah? Gini aja kan enak, sama gue terus.”
“Haruslah, gue juga pengen nimang anak kali.”
“Entar gue kasih anak, sekarang pesen ayam lagi. d**a dan gue pengen yang montok,” ucap Rega dengan senyum miringnya dan menyita hape Icin.
Terseyum lebar, gadis itu juga sempat mengucapkan hal seperti jika Rega tidak menemukan suami untuknya, Rega sangat boleh mencalonkan diri. Lepas dari pandangan Rega, Icin justru terlihat kesal karena tidak berhasil membuat Rega kesal. Harusnya Rega kesal habis-habisan di hari ulang tahunnya ini. Ternyata permintaan ajaibnya sudah biasa bagi Rega.
“Sialan mantan satu, dia live?” cowok itu mematikan daya hape Icin dan mengantonginya. Kenapa juga Icin harus menunjukkannya pada semua orang disaat mereka sudah menjadi mantan?
Memperhatikan Rega makan sudah cukup membuat Icin kenyang, rasanya Icin beruntung memiliki sahabat yang tetap tampan saat makan ayam dengan kedua tangannya dan juga saus cabe yang dicampur mayones.
“Ngapain Quincy telfon lo?” tanya Icin heran, hape rega yang cowok itu biarkan tergeletak diatas meja menampilkan nama teman yang semalam Icin ganggu ketenangan hidupnya.
Rega mengendikkan bahu dan meminta Icin menjawab panggilan Queen dan mendekatkan ke telinganya karena tangan Rega sedang sangat sibuk.
“Queen bilang apa?” tanyanya karena Rega masih belum berkata apa-apa, hanya menatap dirinya dengan tatapan tidak percaya.
“Diam, Cin, gue lagi dengerin Queen ngomong.”
Icin tidak tau apa gerangan yang dikatakan Queen sampai ekspresi Rega berubah serius. Lalu Rega juga beralasan ingin menyita hape Icin sampai saat mereka berpisah nanti. Mengangguk tanpa banyak sanggahan Icin begitu patuh hari ini. Iyalah karena ia punya rencana besar hari ini.
“Queen cari gue ya?”
“Queen nyari gue tuh, dia kan gebetan gue.”
“Masa?”
“Bawel cepet abisin minum lo.”
Selesai makan sepasang mantan yang harmonis tadi kembali ke kampus, Rega masih punya jadwal untuk bimbingan dengan dosen. Icin yang tidak punya siapa-siapa untuk mengantarnya pulang memilih untuk menunggu Rega saja.
Mumpung Rega sedang menahan hape miliknya dan meminjamkan milik cowok itu sebagai gantinya, Icin segera menuju dramakoreaindo untuk streaming drama terbaru yang dilakonkan oleh salah satu anggota boyband yang disukainya. Untuk menemani kegiatan nonton dramanya Icin selalu butuh keripik kentang, beruntung Rega adalah manusia yang tidak sayang pada baik hape ataupun dompetnya. Buktinya sang mantan meninggalkan hape dan dompetnya bersama Icin. Rega tentu tidak akan marah hanya karena Icin membeli keripik kentang paling besar yang bisa driver ojol bisa temukan untuknya bukan?
Icin berhasil menunggu Rega dengan tenang, ia hanya menyilangkan kedua kaki, bersandar pada dinding dengan tangan kanan mencomot keripik kentangnya dan tangan kiri memegang hape. Icin berhasil tidak mengeluh meskipun membutuhkan waktu setengah hari untuk menunggu Rega. Sekarang keduanya sedang dalam perjalanan pulang mengantarkan Icin yang sudah ingin tidur. Yap, tanpa mandi terlebih dahulu juga tak ada rencana yang di gadang-gadang untuk mengerjai Rega. Icin sudah menyerah.
“Soal ciri cowoknya, gue mau yang perutnya kotak-kotak ya, Ga, terus tingginya lebih dari elo, lebih eksotis dari kulit kusam lo sama yang ga sahabatan sama mantannya.”
“Liat nanti ya.”
“Lo emang ga pernah emosi ya, Ga,” kali ini Icin benar-benar cemberut. Gadis itu mengeluarkan dompet Rega dari tas kecilnya dan melempar benda tersebut ke dashboard.
“Makasih ya, sudah ditungguin sampai rencana murahan lo gagal total. Duh.. manis banget mantan gue,” kekeh Rega.
“Ga asik lo, manusia bukan sih?”
“Iyalah, salah lo aja ngumpanin diri sendiri. Padahal tau sendiri kalo lo mantan yang ga akan pernah gue ajakin balikan. Gila aje gue punya anak yang kewarasannya sama kaya elo.”
“Iya deh, tapi happy birthday ya Regakuuuuu,” ucap Icin menggoyang-goyangkan tangan kiri Rega yang bisa ia gapai.
“Makasih ya Icinkuuuu,” balas Rega kemudian keduanya tetawa geli.
Saat keduanya sampai di kosan Icin, tempat itu sudah ditutup. Lagi-lagi icin melewatkan jam malamnya. Icin menoleh pada Rega dengan ekspresi sedihnya yang sama sekali jelek. Rega sadar, memanggil ibu kos untuk membukakan pintu hanya akan berakhir kepala Icin dibotaki.
“Nginep tempat gue aja, ya. Maaf gara-gara gue kelamaan.”
“Tapi gue tidur di kasur, ga mau tidur atas tikar,” ucap Icin memberikan syarat.
“Loh, elo kan numpang, kok jadi gue kesannya yang di jajah,” Rega sama sekali tidak suka dengan Icin yang selalu mengambil inisiatif untuk keuntungan diri sendiri.
“Ya salah siapa sampai gue telat pulang?” ucap Icin ngotot.
Tampaknya hubungan keduanya sudah kembali normal.