“Pak, ketopraknya dua porsi, ya. Kayak biasa,” kata Bram kepada Mang Asep selaku pemilik warung ketoprak di depan kantor. Bram menatap Sueny yang terlihat sangat gelisah, “Kenapa, Sueny? Ada, apa?” “Mereka, mereka sudah tahu,” kata Sueny, matanya tampak berkaca-kaca. Tangan Bram meraih pundak Sueny yang berada di sebelahnya. Sueny menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Perlahan suara isak tangis yang terdengar samar mulai keluar dari mulut Sueny. Ia terus menerus menyembunyikan wajahnya, malu kalau orang-orang harus melihatnya menangis. Dielusnya pelan pundak Sueny, berusaha menenangkan, “Loh, memangnya kenapa? Bagus, lah. Kan orang-orang gak perlu ngatain kamu yang enggak-enggak lagi.” “Entah seberapa canggungnya nanti. Lagi pula juga, aku udah janji sama papa buat resign kalo