Bab 7

1211 Kata
Taksi berwarna biru memasuki latar rumah Sueny. Dua orang satpam dengan sigap membuka gerbang rumahnya. Saat ia turun dari taksi, seorang perempuan paruh baya mengambil barang bawaannya di plastik. Meskipun Sueny meminta Bram menurunkannya di halte busway, tetap saja Suenyingin cepat sampai, maka itu ia memilih taxi. "Taruh saja dulu di kamar bibi, itu hadiah buat anak-anak." Sueny mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu dan menyerahkannya kepada supir taxi tersebut. Biayanya cukup mahal karena tadi ia mampir dulu ke salah satu pusat perbelanjaan. Sueny berjalan menuju pintu rumah dan membukanya. Dilihatnya ruang tamu sudah ramai. Seluruh kakak-kakaknya sudah berkumpul. Ia tersenyum ke arah mereka. "Wah, bungsu kita sudah datang. Kami benar-benar tak menyangka kamu akan bekerja sebagai sekretaris sayang." Serren—anak pertama dari lima bersaudara, sekaligus kakak tertua Sueny—menyambut kedatangan adik bungsunya. "Keren, kan? Adik bungsu kalian yang manja ini sekarang sudah bekerja." Sueny terkekeh atas kata-katanya sendiri. "Kenapa tidak bilang ke kita?" Serren tampak sangat cantik dan anggun. Kecantikannya tetap tidak memudar bahkan setelah tiga puluh enam tahun berlalu. "Tidak mau, Kakak semua kepo sih." Serren, dia adalah role model bagi Sueny. Sukses dalam bidang fashion, tumbuh menjadi perempuan cerdas dan mandiri, benar-benar berkelas. Berbeda dengan Sueny yang cerewet, manja, dan sedikit naif. "Seharusnya kamu jadi sekretarisku saja, Sueny. Biar bisa kumarahi sepuasnya." Kata Hendji—kakak keduanya—sembari tertawa. Sueny hanya mampu mengerucutkan bibirnya mendengar kata-kata Hendji barusan. "Ngomong-ngomong, Ka Hadja, Cece Jeizs, Ka Mili, Ka Grace dan anak-anak kemana?" "Hadja, Jeiz, Grace sama anak-anak sedang keluar mencari makanan. Kalau Milly sedang memandikan Keasper." Jawab Haiden. Tak lama berselang, Milly datang bersama Keasper. Keasper mengenakan kemeja merah dengan celana jeans mungil. Meskipun baru akan menginjak usia empat tahun, wajah tampannya sudah tergambar. Keasper mirip dengan Haiden, namun Sueny berharap kalau Keasper tidak menuruni sifat playboy ayahnya. "Tante Sue." Teriak Keasper sembari berjalan ke arah Sueny. "Keaspeeer. Tante kangen," kata Sueny sembari menyambut Keasper ke dalam pelukannya. "Kespel juga. Tante gak main ke rumah lagi. Tante kemana aja?" "Tante lagi cari uang buat beliin Keasper hadiah." Ucap Sueny sembari mencubit hidung mancung Keasper. "Tante beliin apa buat Kespel? Lebih bagus kan daripada hadiah buat ka Kalos dan ka Kales?" tanya Keasper antusias. Ia penasaran akan hadiahnya sehingga membandingkan dengan hadiah untuk Charloss dan Charloss—anak kembar Hendji. "Pokoknya Keasper pasti suka." Keasper tersenyum puas dan segera duduk diantara keluarga besar yang tengah berkumpul tersebut. Tak lama berselang, pintu rumah terbuka, datanglah Hadja, Jeizs, Grace, dan lima orang anak kecil berlari-lari antusias menuju ruang tamu. "Tante Suee." Mereka kompak berteriak memanggil nama Sueny. Senyum merekah di bibirnya. Ia benar-benar senang dikelilingi ponakan-ponakannya yang menggemaskan. "Aduh aduh, ini ponakan-ponakan tante yang cantik dan ganteng habis darimana?" "Abis makan. Ini kentang goreng spesial buat tante Sue." Kata Galei-anak kedua Serren-sembari menyerahkan plastik berisi kentang goreng. "Terima kasih kesayangan-kesayangan tante." Anak-anak itu pun duduk semau mereka. Lalu Jeiz dan Grace yang tengah menggendong Hace pun ikut bergabung. Hace turun dari gendongan ibunya, kemudian ia berjalan tertatih sembari memegang tangan ibunya ke arah Sueny. "My sweetie Hace, i miss you." Sueny membawa Hace ke dalam pangkuannya. Menciumi pipinya gemas. *** Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Artinya, lima belas menit lagi pesta ulang tahun akan segera dimulai. Bahkan, beberapa tamu undangan sudah mulai memasuki gedung yang disewa khusus untuk pesta. Sueny dengan dress pinknya berjalan disekitaran tempat yang sudah disulap dengan sedemikian rupa. Dengan pencahayaan yang tidak terlalu terang maupun redup, berbagai macam hiasan pun diletakkan hampir di seluruh ruang dari gedung ini. Ulang tahun Gelei benar-benar istimewa. "Tante Sue." Galei meneriakkan nama Sueny, membuat Sueny menoleh. "Iya, sayang?" "Tidak, iseng saja." Galei tertawa puas dengan senyumnya yang benar-benar terlihat manis. "Kamu sudah tujuh tahun saja, tidak kerasa para keponakan tante sudah bertumbuh secepat ini." "Lei juga mau keponakan baru dari tante." "Haha, iya sayang. Tante cari calonnya dulu, ya. Nanti baru kamu dapet keponakan baru." Lei tersenyum bahagia. Tak berselang lama, Leo berjalan ke arah mereka. "Ah, ada ka Leo, Lei malas.  Leo mau lihat Hace saja, dia pasti cantik sekali. Tidak seperti kakakku yang jelek ini." Lei melotot tajam ke arah Leo. Kakak beradik ini tak pernah ada yang mau mengalah, Leo justru balas melotot ke arah adiknya yang kemudian pergi menjauh. Sueny tertawa melihat kelakuan adik kakak ini, mereka benar-benar mirip dengan dirinya dan Haiden sewaktu kecil."Apa, Leo?" "Memangnya gak boleh aku dekat-dekat tante?" tanya Leo, nadanya terdengar datar. Leo benar-benar tampan, wajarlah, ayahnya tampan, ibunya cantik. Sueny bahkan tak habis pikir, bagaimana bisa anak berusia sepuluh tahun sudah setampan ini, bahkan, seingat Sueny, ketampanan Hadja—kakaknya yang paling tampan—saja baru benar-benar keluar saat usia enam belas tahun.  Sueny dengar, di sekolah, banyak murid perempuan yang ingin dekat dengan Leo. Namun, anak pertama Serren itu tidak peduli dengan mereka, cuek, dingin. Galeo sulit untuk didekati, sama seperti ibunya dulu. "Iya iya, tapi ini sudah jam tujuh lebih, sepuluh menit lagi acaranya dimulai, kamu harus berdiri di samping Lei nanti, bukannya ejek-ejekkan." "Tidak peduli. Lagi pula, Leo tidak suka jadi pusat perhatian." "Nanti kita semua berdampingan, sedangkan kamu di pojok sendirian, tidak sedih?" goda Sueny. "Biasa saja." Kata Leo singkat. "Ya sudah, ayo ayo, jangan begitu, ah." Kata Sueny. Ia sudah beranjak dua langkah, namun Leo tetap tidak bergeming juga. "Leo? What's happen?" tanya Sueny. "Eh." Lamunan Leo segera buyar tatkala Sueny memanggil namanya. "Liatin apa? Fokus banget?" "Tante, coba deh tante lihat anak perempuan yang pake dress biru itu, lucu ya." Pandangan Sueny berkeliling, "Dia cantik tau, Le. Kenapa? Kamu naksir yaa." Goda Sueny. Dilihatnya anak perempuan yang dimaksud Leo, dia memang cantik, mungkin usianya sekitar delapan tahun. "Apaan sih Tante, Leo masih kecil juga." Jawab Leo kesal. Ia akhirnya mengikuti langkah Sueny. Namun, samar-samar dapat Leo dengar anak kecil itu berteriak, "Gamau, itu punya Leaa" meskipun tidak terlalu jelas. Lima menit kemudian, pesta resmi dimulai. Sueny dan seluruh anggota keluarga besar Saputro berkumpul di atas panggung kecil. Kue tujuh tingkat itu sudah terletak di atas meja, dimana di ujungnya diletakkan lilin berbentuk angka tujuh. Galei kemudian meniup lilinnya. Usianya kini genap tujuh tahun. *** Tiga puluh menit sudah pesta berlangsung semenjak dimulai. Sueny hanya asik berkeliling bersama Grace—istri Hadja—dan berbicara banyak hal dengan Grace. Namun sayang, Hajda yang tengah menggendong Hace mendadak memanggil istrinya. "Apa?" tanya Grace. "Baju Hace kotor, terkena kue tadi, wajahnya juga berlepotan. Bagaimana kalau ganti baju Hace dulu?" tanya Hadja, sedangkan Hace masih asik sendiri di dalam gendongan ayahnya. "Baiklah," angguk Grace, "sebentar ya, Sueny." Sueny hanya mengangguk. Padahal tadi ia sedang membicarakan topik yang seru. Akhirnya Sueny meraih segelas jus alpukat dingin dari atas meja. Matanya tertuju ke arah pintu masuk, di sana tidak pernah sepi, ada saja yang baru datang dan pergi. Dari kejauhan, Sueny menatap intens seorang perempuan dengan gaun putih yang baru saja datang. Ia seperti mengenal perawakan perempuan itu. Jantungnya berdebar cukup kencang, perasaannya tidak enak. Dan benar saja firasatnya, saat perempuan itu berbalik, ia dapat melihat jelas wajahnya meskipun dari jarak yang sedikit jauh. Itu, itu Adara. Bagaimana dia bisa sampai berada disini? Bahaya, dia harus cepat-cepat pergi dari pesta ini atau aku akan ketahuan. Tidak, ini bahkan baru dua minggu. Bagaimana ... cara membuatnya pergi? Sueny merutuki kedatangan Adara. Ia menghindar sebisa dan sejauh mungkin agar Adara tidak menyadari kehadirannya. Tapi ia harus tetap mencari cara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN