Prolog
“Bukan hatimu yang dingin. Tapi otakmu yang terus kau perintahkan untuk tidak membuka hati pada siapa pun.”
.
.
.
Penuturan Sueny ....
Dia begitu dingin. Hatinya begitu keras untuk ditaklukan. Selalu tertutup rapat hingga sulit untuk membukanya. Namun aku yakin, itu bukan berarti tidak mungkin.
Entah semenjak kapan aku mulai merasakan perasaan itu. Tapi aku mulai menyadarinya perlahan ketika aku merasakan rasa sakit hati setiap kali ia tak mengacuhkanku.
Namun saat melihatnya dengan kesedihan mendalam dan air mata menetes dari pelupuk matanya, yang tak pernah kulihat sebelumnya, aku tersadar, sebeku apapun es, suatu saat ia pasti akan meleleh.
Tapi aku tahu ia bukan menangis karenaku. Aku tidak tau perempuan mana yang mampu menciptakan sisi lain dari dirinya yang selama ini kukenal.
Ketika suatu hari aku mendengarnya berbisik lirih kepadaku. Entah itu hanya mimpi, khayalanku, harapanku, ataupun kesalah pahamanku. Tapi aku mendengarnya berbisik, "jangan tinggalkan aku."