2.Isshy

1387 Kata
Tomi menguatkan hatinya setelah kepergian ibunya dan rombongan bodyguardnya. Tomi bergegas untuk menyusul putrinya sebelum ibunya benar benar membuang putrinya dan membuatnya harus kehilangan makhluk mungil penyemangat dalam hidupnya. Tomi berjalan cepat menyusul ibunya yang sudah tidak terlihat lagi. Tomi menghidupkan mobilnya melaju menuju kota dimana ia harus mengingat seseorang yang membuat hatinya beku dan tidak berniat untuk menjalin hubungan bersama seseorang lagi. Perjalanan berjam jam Tomi lalui hingga tiba di perumahan elit yang sudah lama tidak menginjakkan kakinya ke rumah yang selama ini menjadi kenangannya di masa kecil hingga remaja. Tomi memandang bangunan megah itu dengan perasaan yang tidak bisa ia jelaskan. Ia kesana bukan karena kemauannya, tapi karena ibunya yang membawa putri kecilnya membuat Tomi mau tidak mau harus berada di rumah besar ini. Ia berjalan masuk melihat kearah garasi mobil berbagai macam merek tertata rapi disana dan ia melihat mobil ayahnya terparkir cantik di garasi menandakan jika sang ayah berada dirumah. Tomi menghela nafasnya sebelum masuk kedalam rumah besar milik orang tuanya. Tomi masuk kedalam rumah itu dengan langkah lamban. Ia memperhatikan setiap ruangan yang tampak tidak ada orang disana. Tapi saat ia hendak menaiki tangga suara yang sangat familiar membuat langkah Tomi terhenti. "Masih ingat pulang kamu!" ucap ayah Tomi dengan suara beratnya menatap putranya dengan tajam karena selama ini tidak pernah ada pulang. Tomi menghela nafasnya lalu berbalik melihat sang Papi sedang duduk sambil menghisap cerutunya. "Darimana saja kamu, heh?" tanya sang ayah sambil mematikan rokoknya lalu menatap putranya yang terlihat tidak takut sama sekali. "Kenapa Papi bertanya seperti itu? Bukannya Papi tidak perduli lagi padaku. Untuk apa Papi bertanya tentangku, aku disini hanya untuk membawa putriku!" jawab Tomi lagi menantang Papinya di hadapan pria berkumis itu. Ayah Tomi terlihat marah lalu melempar asbak rokok kearah Tomi membuat Tomi mengelak dengan cepat. Suara pecahan kaca itu mengundang semua orang keluar. Hingga sang ibu mendekati kedua pria yang terlihat sama kerasnya. "Kau putraku satu satunya, mengapa begitu susah mendidik mu. Apa kamu pikir dengan hobi mu itu kau bisa menghidupi istri dan anakmu!" teriak sang Papi dihadapan Tomi, pria paruh baya itu berdiri hendak mendekati putranya tapi ditahan oleh ibu Tomi yang juga berada disana. Tomi mendengus mendengar ucapan ayahnya mengapa semua orang mengukur hal dengan materi, tidak dengan wanita itu dan juga orang tuanya. Tomi memandang ayahnya tajam. "Tidak perlu menganggapku anak, Aku pulang bukan untuk kembali tapi untuk mengambil putriku!" jawab Tomi tak kalah serius. ia sama sekali tidak takut dengan kedua orang tuanya, karena selama ini ia benar benar membenci kehidupannya yang selalu penuh aturan. "Dia tidak ada disini!" jawab ibunya membuat Tomi memandang ibunya dengan tatapan terkejut. "Apa maksud Mami?" Tomi memandang ibunya dengan tatapan gusar. Bagaimana mungkin putrinya tidak ada disini. "Jawab jujur Akash, anak siapa itu?" Orang tua Tomi sudah memandangnya dengan tatapan tajam. Keduanya benar benar tidak terima jika putra semata wayangnya sudah memiliki seorang putri. Ayah Tomi sudah kembali duduk, pria itu sedikit terkejut mendengar ucapan istrinya dan langsung kembali kerumah saat tahu jika Akash, putranya akan kembali hari ini. "Dia putriku!" jawab Tomi tegas membuat wanita di hadapannya melayangkan tangannya menampar Tomi sekuat tenaganya membuat Tomi menunduk merasakan perih di pipinya. "Putrimu? Bagaimana mungkin kamu bangga mengatakan hal itu?" bentak ibunya dengan tangan bergetar setelah menampar putranya. "Siapa ibunya?" tanya mami Tomi lagi membuat Tomi menggeleng keras. "Dia tidak memiliki ibu!" Kedua orang tua Tomi memijit pelipisnya lelah melihat tingkah putranya. Tidak pernah pulang selama dua tahun lamanya dan kini pulang membawa bayi mungil yang ternyata adalah cucu mereka. "Papi tidak bisa memaafkan perbuatan ini Akash! Jika kamu tidak mau tinggal bersama kami, jangan harap kamu bisa melihat anak kamu lagi!" jawab sang ayah berlalu meninggalkan Tomi yang terkejut mendengar ucapan papinya. Ia benar benar tidak menyangka jika orang tuanya akan mengancamnya menggunakan putrinya. "Apa maksud Papi?" teriak Tomi hendak berlari mengejar ayahnya yang keluar rumah. Tapi sang ibu menghentikan langkah Tomi. "Lepas Mi, jangan menyakiti putriku, Aku mohon!" mohon Tomi kepada ibunya membuat ibunya tersenyum bahagia. Ini lah yang ia inginkan dari putranya, sebuah kelemahan agar putranya mau menurut kepada mereka berdua. "Apa kamu akan melakukan apapun untuk putri kecilmu?" tanya sang ibu membuat Tomi mengangguk antusias. Sang ibu membawanya untuk duduk di sofa yang tidak jauh dari mereka. Tomi mengikuti langkah sang ibu dan duduk menunggu apa yang ibunya inginkan. "Mami mau, tinggal lah disini dan urus semua perusahaan Papi mu! Mami dan Papi semangkin tua Akash, kami berdua hanya bisa mengandalkan kamu. Jika kamu ingin menghidupi putrimu dengan lebih baik lagi. Tapi jangan membawanya untuk tinggal disini, Mami tidak setuju. Kami tidak menganggap cucu yang lahir dari hubungan diluar pernikahan, pikirkan ini!" ibunya berlalu pergi meninggalkan Tomi yang terdiam memikirkan tawaran orang tuanya. Mengapa kata kata anak di luar pernikahan membuat hatinya berdenyut nyeri. Pantaskah putri cantiknya tidak di anggap seperti ini, lalu siapa yang akan memberikannya kasih sayang. Tomi menunduk ingin menangis, mengapa bayinya harus mengalami kehidupan pahit dari kandungan hingga lahir dan tumbuh besar. Ia akan memikirkan permintaan ibunya meskipun ia tahu kedua orang tuanya sudah pasti tidak menganggap putrinya bagaimanapun caranya dan entah sampai kapan hari pengakuan itu tiba. *** Setelah melakukan perdebatan pada kedua orang tuanya Tomi memilih mengurung dirinya di dalam kamarnya. Ia benar benar bingung harus melakukan apa dan serta bingung harus memilih penawaran ibunya atau tidak. Tomi mengusap rambutnya lalu bangkit menuruni tangga, ia akan melakukan apapun demi putrinya. Meskipun harus menjadi robot kedua orang tuanya ia bersedia untuk itu. Demi putrinya mungkin keputusan untuk kembali kerumah orang tuanya adalah pilihan terbaik. Tomi mencari ibunya untuk bertanya tentang keberadaan putrinya. "Mbak, tahu Mami dimana?" tanya Tomi kepada wanita yang berada di dapur. "Oh, ibu baru saja pergi." jawab wanita itu membuat Tomi mengangguk lalu merogoh sakunya mengambil benda pipih berniat menelpon ibunya. Baru beberapa nada sambung ibunya langsung mengangkat telpon Tomi. "Hallo Akash, ada apa?" jawab Mami Tomi saat mengangkat teleponnya. "Mami dimana? Aku mencari Mami!" ucapnya sambil memijit pelipisnya. "Mami ada keperluan Akash, kenapa?" tanya ibunya lagi membuat Tomi menghela nafasnya. "Aku ingin bertanya, dimana putriku Mi, aku tidak tenang sebelum melihat putriku!" desahnya di seberang telepon kepada orang tuanya. "Apa kamu sudah memikirkan apa yang Mami minta?" tanya sang ibu membuat Tomi mengangguk. Ia benar benar sudah memikirkan apa yang akan ia lakukan. "Aku sudah memikirkannya Mi, Aku akan menuruti kemauan Papi dan Mami!" jawab Tomi membuat senyum sang ibu mengembang sempurna. "Baiklah kalau begitu! Tapi Mami masih punya satu syarat!" Tomi mengerutkan dahinya bingung mendengar kata kata syarat yang ibunya katakan. "Syarat apa? Mengapa Mami terlalu banyak meminta!" jawab Tomi sudah dalam nada emosi. "Terserah kamu, kalau begitu, Mami tidak akan memberitahu dimana putrimu." Mami Tomi langsung mematikan teleponnya membuat Tomi menjadi gusar dan menghubungi ibunya kembali. "Mi, please, jangan seperti ini?" ucap Tomi meminta pada ibunya. "Kan, sudah Mami bilang semua itu terserah kamu. Kalau kamu tidak mau, ya udah jangan tanya dimana anak kamu itu!" jawab ibunya dengan tegas membuat Tomi menghela nafasnya kasar. "Oke baiklah, apa syarat yang Mami inginkan?" tanya Tomi akhirnya menerima tawaran ibunya. "Dengar Akash, Mami dan Papi benar benar tidak ingin menganggap putrimu itu." ucap ibu Tomi membuat hatinya sakit mendengar penuturan ibunya. "Kami benar benar tidak bisa memaafkan perbuatanmu, jadi Mami dan Papi akan memberikan hak atas putrimu kepada kamu sepenuhnya dengan syarat. Kamu harus menutupi statusnya dengan mengatakan pada dunia jika anak Mami masih seorang lajang dan tidak memiliki seorang putri!" seperti sebuah tamparan keras, Tomi terdiam mendengar syarat yang ibunya berikan. Ia harus menutup rapat Isshy agar publik tidak mengetahuinya, jika ia adalah seorang pria duda beranak satu. Ia menghela nafasnya kasar mendengar syarat ibunya membuat Tomi menjadi bimbang. Bagaimana mungkin ia harus menutupi fakta jika ia tidak memiliki putri, bagaimana jika Isshy besar nanti? "Apa tidak ada cara lain Mi?" tawar Tomi kepada ibunya. "Tidak!" jawab wanita itu cepat membuat Tomi menghela nafasnya bingung. "Tolonglah Mi, apa pantas seorang Nenek melakukan hal ini?" jawab Tomi mengingatkan ibunya. "Mami tidak merasa memiliki seorang cucu. Apa lagi putra Mami, Mami tidak pernah tahu kapan ia menikah jadi, belum tentu dia adalah cucu Mami!" jawab ibu Tomi dengan tegas dari seberang telepon membuat Tomi menunduk memijit dahinya. "Akan aku pikirkan lagi!" desah Tomi merasa harus memikirkan hal ini matang matang. "Oke, Mami tunggu!" wanita itu mematikan teleponnya membuat Tomi mengacak rambutnya prustasi. Mengapa nasib putrinya benar benar menyedihkan seperti ini, batinnya menangis. __________________________________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN