Bab 8. Ada yang aneh

1245 Kata
Jakarta, Blue Oceana Cruise | 0930 am Wahyu dengan langkah terburu-buru, melangkah masuk ke lobi sebuah gedung yang tertulis ‘Blue Oceana Cruise’. Sebuah gedung kantor yang menjulang tinggi dan megah, di tengah pusat kota. “Pagi pak Wahyu.” sapa sang resepsionis yang bertugas. “Saya mau ketemu sama tuan Juan Sanders. Apakah beliau sudah masuk?” tanya Wahyu. Tetap menjaga ekspresi wajahnya untuk tetap terlihat datar. “Tuan Sanders sedang berada di ruangannya. Apakah pak Wahyu punya janji temu sama beliau?” tanya gadis resepsionis itu lagi dengan ramah. “Tidak. Tapi saya harus ketemu tuan Sanders sekarang.” Wahyu separuh memaksakan kehendaknya. “Kalau begitu, sebentar ya pak. Biar saya tanyakan dulu sama sekretarisnya tuan Sanders. Silahkan bapak menunggu sebentar.” gadis yang mengenakan tanda nama Lily itu lantas menuntun Wahyu menuju sofa tempat menunggu. Sebelum melaporkan pada atasannya tentang kehadiran Wahyu. Menit kemudiannya, Wahyu diizinkan untuk memasuki ruangan Juan Sanders. Dengan langkah cepat, pria paruh baya itu melangkah menuju kubikel lift yang akan mengantarkannya ke lantai sepuluh. Tok! Tok! Sebuah seruan dengan udara berat dari dalam terdengar, “masuk!” Klek! Daun pintu dibuka. Tampak seseorang yang ingin sekali Wahyu temui itu sedang duduk dengan khusyuk di kursi kebesarannya, menatap serius layar laptop yang ada di depannya. Dia adalah Juan Sanders. Pemilik perusahaan kapal pesiar yang terbesar di Indonesia, bahkan perusahaannya itu melebar ke manca negara, termasuk negara tetangga. Singapura dan Malaysia. “Tuan Sanders.” sapa Wahyu sambil membungkukkan tubuhnya. Memberikan hormat. “Hmm. katanya ada yang penting. Ada apa?” tanpa basa basi. Juan Sanders lantas menanyakan maksud kedatangan Wahyu ke kantornya. Tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop. “Saya mengkhawatirkan anda tuan. Karena asisten saya bilang. Tuan harusnya satu minggu di Singapura, tapi kenapa mendadak kembali.” jawab Wahyu, lantas mengambil tempat duduk di hadapan meja kerja Juan Sanders, setelah pria paruh baya itu mempersilahkannya duduk lewat pergerakan tangannya. Juan Sanders mengernyit. Seketika mengalihkan tatapannya, menatap sekilas pada tamunya. Sungguh tidak masuk akal sekali alasan yang diberikan Wahyu barusan “semenjak kapan kamu mengkhawatirkan saya?” tanya Juan Sanders, kedua mata elangnya menatap tepat pada kedua manik berkembar milik Wahyu. Hingga membuat Wahyu sedikit tersentak dan mencoba melarikan arah pandangannya. “Lupakan pertanyaan saya barusan.” imbuh Juan Sanders setelah melihat Wahyu kesulitan untuk menjawab pertanyaannya. Juan Sanders kembali melanjutkan bicaranya “Saya kembali karena memperingati hari ini adalah tanggal berpulangnya istri dan putri tercinta saya.” ucapnya. Glek! Wahyu menelan kasar ludahnya sendiri ‘kenapa tiba-tiba saja dia mengingat wanita sialan itu.’ batin Wahyu. … Sementara itu. Di Rumah besar keluarga McLaren Fiona yang sudah kehabisan akal, nekad mendatangi rumahnya Dave, untuk membatalkan kesepakatan gila yang telah mereka sepakati sebelumnya. Namun sayang. Usahanya malah berujung sia-sia. “Sayang, memangnya Dave tidak bilang kalau dia punya jadwal terbang ke Sydney?” Lisa menatap lembut wajah Fiona. Sehingga membuat Fiona tidak tega untuk membeberkan rahasia yang ia simpan saat ini. Tidak tega untuk menyakiti perasaan wanita paruh baya yang sebaik dan selembut Lisa. “Nggak bilang tante.” jawaban Fiona sedikit malu-malu. Namun tetap nyengir memamerkan barisan gigi putih bersihnya. “Ya iya lah! Dave nggak ngasih tau kamu, secara kamu kan bukan siapa-siapanya dia!” ucap satu suara cempreng dari arah pintu masuk utama. Lisa dan Fiona kompak menoleh, ternyata Lifia. Wanita itu seenak jidat nyelonong masuk rumah orang tanpa permisi. Bukannya merasa bersalah karena masuk tanpa izin, malah Lifia melenggang dengan sombongnya menuju ruangan tamu. “Sepertinya satpam yang jaga di luar pada tidur kali, kenapa seenaknya ngasih izin orang lain buat masuk.” gerutu Lisa dengan nada sedikit kesal. “Kamu ngapain kesini? Mau ngerayu tante Lisa pastinya yah, buat nerima kamu jadi mantunya dia.” tuduh Lifia tanpa basa basi. Melipat kedua tangannya di bawah d**a sambil menatap Fiona dengan tatapan meremehkan. “Maaf ya, saya tidak serendah itu.” jawab Fiona cepat “sepertinya ucapan kamu itu tadi pas banget sama kamu sendiri. Dasar ular lu.” imbuh Fiona lagi. Saking kesalnya karena dituduh ngerayu. Fiona seketika melupakan etikanya dan membalas ucapan Lifia dengan tidak kalah pedasnya. “Kurang ajar sekali kamu ya! Tante lihat sendiri dong. Emang tante mau punya menantu kayak dia?” Lifia mengacungkan jari telunjuknya, lurus tepat di depan wajah Fiona. Lifia kembali melanjutkan “pekerjaannya sekedar seorang WO tapi sombongnya minta ampun. Lagian, dia itu nggak selevel sama keluarga kita tante. Anak nggak jelas asal usul. Apa jangan-jangan anak haram lagi.” ucapnya lantang. Seketika amarah Fiona memuncak sehingga ke ubun-ubun, untung saja Lisa sempat menyadari dan memeluk Fiona dari samping, guna menenangkan wanita cantik itu. “Tenang sayang, biar tante yang urus dia.” bisik Lisa. mengusap lembut bahu Fiona penuh kasih sayang. Pemandangan itu malah menambah dongkol di hati Lifia, saat melihatnya. “Lifia, kamu benar-benar sudah kelewatan bicaranya. Mau dia anak haram atau apa. Selama dia adalah pilihan Dave. maka tante akan menerimanya tanpa syarat.” ucap Lisa. tenang. Berusaha untuk menengahi agar tidak terjadinya lagi adu mulut antara Lifia dan Fiona. “Tante!” “Kalau aku jadi kamu, aku pasti malu. Mending mbak Fiona, walaupun sebagai WO tetap aja punya pekerjaan, nah kamu, pengangguran yang doyan shopping ngabisin duit orang tua.” ucap satu suara. Ternyata Alin, wanita cantik itu dilihat sedang menuruni anak tangga dan melangkah menuju ruangan tamu. Di mana Lifia sedang mengajak ribut Fiona. “Alin…” Lisa berusaha menghentikan putrinya. Namun usahanya sia-sia. Alin kembali membuka bicara “Selama ini aku tuh udah cukup sabar menahan diri agar tidak kurang ajar sama kamu. Setiap kali datang kemari, kamu tuh kerjaannya ribut terus, maksa-maksa kak Dave buat nerima kamu. Emang di dunia ini laki-laki itu cuma kak Dave saja ya.” cibir Alin tanpa merasa bersalah. Lantas menghempaskan bokongnya di atas sofa. “Alin, kamu kok.” Lifia kehilangan kata-kata. Merasa terpukul dengan ucapan Alin barusan. “Mbak Lifia, agak tidak etis sekali, kita ribut di rumahnya orang. Mending kamu sama aku sama-sama pergi saja dari sini.” Fiona mengajak Lifia untuk segera pergi dari sana. Karena merasa tidak enak sama yang punya rumah. “Mbak Fiona stay aja, kalau ada pun yang harus angkat kaki dari sini itu dia.” Alin menarik lengan Fiona untuk kembali duduk di atas sofa disampingnya. “Baik, aku akan pergi. Kalian tunggu saja. Aku pasti akan membalas semua perbuatan kalian ini. Jangan salahkan kakek jika perusahaan tante nanti kesulitan untuk terus berkembang.” ancam Lifia dengan beraninya. Bisa jadi ancaman Lifia itu menjadi kenyataan. Sepertinya Lisa harus mempersiapkan diri, karena Budi Prayoga pasti bakalan menekan perusahaannya dari berbagai sisi nantinya. Lifia menghentakkan kaki, melangkah pergi dengan perasaan dongkol yang bercokol di dadanya. Sementara Lisa hanya bisa menggeleng kecil. Sangat menyayangkan sikap Lifia yang terlalu memaksakan kehendaknya. “Tante… maaf.” lirih Fiona. Merasa bersalah. Setelah mendengar ancaman Lifia barusan. “Kenapa harus minta maaf sayang?” Tanya Lisa. Fiona hanya bisa tersenyum hambar, pilih diam. Karena dia tahu. Wanita paruh baya itu pasti tahu alasannya kenapa ia meminta maaf. “Tidak usah mengkhawatirkan itu semua. Karena yang salah tidak akan pernah menang melawan kebenaran.” ucap Lisa penuh makna. … Sydney Kingsford Smith International Airport, Australia. “Jadi benar mereka pelakunya? Sangat di luar biasa sekali. Kamu selidiki lagi. Laporkan setelah saya tiba di Jakarta.” Dave berbicara dengan seseorang via telepon. Kemudian mematikan panggilannya secara sepihak. “Ada yang aneh.” gumam pria itu sebelum melangkah ke ruangan briefing, dimana para cabin crew sedang menunggu untuk briefing penerbangan kembali ke Jakarta dari Sydney.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN