Setelah pertengkarannya dengan Bening tentang ibu mertuanya tadi malam, suasana pagi ini tampak muram.
Lembayung yang biasanya ceria terlihat murung sedangkan Banyu raut wajahnya terlihat sedih karena merasa bersalah karena menyebabkan kakak dan kakak iparnya kembali bertengkar. Bening pun lebih banyak diam dan tetap mengurus adik-adiknya dengan lembut walau tak ada senyuman di bibirnya.
“Hari ini akan ada pak Sukri yang akan datang setiap hari untuk mengantar dan menjemput Lembayung dan Banyu ke sekolah dan tempat les.” Diraga membuka pembicaraan saat duduk bersama istri dan kedua adik iparnya untuk sarapan bersama.
Lembayung dan Bening saling tatap sesaat sebelum akhirnya Bening bertanya pada Diraga.
“Sekolah adik-adik ku dekat kok mas, gak perlu antar jemput segala.”
“Pak Sukri itu supir di keluargaku sejak lama, selain jadi supir ia juga telaten untuk mengurus dan menjaga rumah. Kamu juga keterlaluan membiarkan dua anak kecil sendirian dirumah tanpa orang dewasa. Bagaimana jika terjadi apa-apa?! Besok akan ada tukang datang untuk memasang cctv dirumah ini. Mulai hari ini sepulang sekolah, Banyu akan ikut les matematika dan Lembayung akan ikut les bahasa Inggris. Tempatnya tak jauh dari sini. Mereka akan les seminggu 3 kali.”
“Mas…”
“Sudah, ikuti saja perintahku. Aku gak mau kedua adikku ini kurang perhatian soal pendidikan. Setelah magrib, akan ada guru ngaji yang akan datang kerumah. Kalau bisa kamu pulang jangan terlalu malam.”
“Kantorku jauh mas,”
“Resign saja atau cari pekerjaan lain selain di sana yang lebih dekat dengan rumah.”
Bening mendesah perlahan dan mengunci mulutnya segera sebelum ucapan Diraga semakin kemana-mana.
Sikap Diraga yang dingin menjadi tanda bahwa itu adalah titah yang harus dilaksanakan. Ada rasa jengah dihati Bening. Rasanya ia ingin mengutuk suaminya yang bersikap seolah ia tak memperhatikan kedua adiknya dengan baik. Jika ia punya uang pasti ia akan mengurus kedua adiknya dengan lebih baik.
Kini kesempatan itu diberikan Diraga tapi entah mengapa sikap Diraga membuat Bening semakin merasa tertekan dan tak leluasa untuk membuat keputusan sendiri.
Ada rasa tidak sabar di dalam hati Bening untuk bisa segera melunasi hutangnya pada Diraga. Ia ingin bebas lepas dari pria yang setiap hari ngomel terus menerus padanya.
Tak lama kemudian pak Sukri pun datang dan sudah siap mengantar kedua adik Bening berangkat sekolah. Wajah Banyu yang awalnya sendu kini tampak berbinar saat memasuki mobil yang sengaja Diraga siapkan khusus untuk kedua adik Bening. Lembayung yang murung kini matanya berbinar terang dan senang karena bisa kursus bahasa Inggris seperti temannya yang lain.
Hanya Bening yang masih muram saat melepas kedua adiknya pergi sekolah dan ditinggal bersama Diraga berdua saja.
Ia segera berbenah sebelum berangkat bekerja. Bening ingin berangkat lebih pagi dari biasanya dari pada harus berduaan dengan suaminya.
“Ning,” panggil Diraga ketika Bening melintas di hadapan Diraga yang asik membaca di ipad.
“Ya, Mas?”
“Tolong garukin punggungku, rasanya gatal sekali,” pinta Diraga tanpa menatap Bening sedikit pun. Bening menggenggam tangannya erat karena merasa kesal dengan permintaan Diraga yang menurutnya berlebihan.
Ingin rasanya ia mendorong Diraga ke tembok dan menyuruh suaminya untuk menggosok-gosokan punggungnya sendiri di tembok tapi Bening tidak bisa. Dengan perasaan sungkan Bening melangkah ragu ke belakang kursi Diraga dan mengelus punggung suaminya.
“Yang keras dong Ning,” pinta Diraga saat ia merasa seperti diusap-usap saja. Mendengar permintaan Diraga seolah kesempatan Bening untuk menggaruk suaminya dengan kasar sebagai pelampiasan perasaan kesalnya.
“Sakit Ning!’ pekik Diraga sampai berdiri karena garukan tangan Bening.
“Rusak bajuku nanti!”
“Kan mas Diraga yang bilang keras!”
“Ya tapi gak gitu! Gini nih!”
Diraga segera menarik kemeja kerja yang Bening kenakan dan mengangkatnya sampai penutup dadanya terlihat lalu memeluk Bening dan mengelus punggung istrinya gemas.
“Mas! Apa-apaan sih! Geli!” pekik Bening antara kesal dan kegelian karena Diraga merusak penampilannya yang sudah rapi. Ia merasa masih kesal pada Diraga sehingga tak suka jika Diraga menyentuhnya.
Melihat Bening berusaha melepaskan diri dari pelukannya, Diraga merasa sedikit tersinggung. Tadi malam ia merasa tak bisa tidur nyenyak karena Bening tidur dengan wajah penuh kemarahan padanya dan bersikap tak ingin disentuh oleh Diraga sama sekali. Hal itu membuat Diraga segan untuk menyentuh Bening.
Tapi hatinya tak bisa bohong bahwa ia ingin disentuh oleh Bening yang biasanya menyentuhnya lembut. Melihat Bening menggaruk punggungnya dengan kasar dan tak membuatnya melembutkan hati saat memeluknya, hal itu menyakiti perasaan Diraga.
“Ck! Payah banget sih kamu sebagai perempuan! Aku tuh sedang berusaha untuk berbaikan denganmu tapi kamu tuh emang gak peka! Kenapa sih Ning? Hanya karena aku mau mencoba melepaskan rasa rindu Banyu pada ibu, aku jadi terkena imbasnya seperti ini. Banyu itu masih terlalu kecil untuk mengerti masalah kalian. Terserah kamu lah!”
Diraga segera berjalan mengambil tas ranselnya lalu meninggalkan Bening sendiri di ruang makan berdiri mematung.
Perlahan Bening menggaruk rambutnya tak gatal dengan perasaan sedih. Lagi-lagi sikapnya salah dihadapan Diraga. Ia sadar ucapan Diraga benar adanya dan hal itu membuat Bening semakin ciut berada bersama suaminya. Ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Sikap Diraga membuatnya kikuk dan hal itu hanya membuat Bening seolah terus menerus berbuat kesalahan. Bening terduduk lemas di kursi makan saat mendengar suara mobil Diraga meninggalkan halaman. Ingin rasanya ia menangis tetapi air matanya terasa kering.
***
Hari-hari pun berlalu. Sudah seminggu ini keadaan di rumah tangga Bening tampak adem ayem. Yang ceria hanyalah Banyu dan Lembayung yang selalu dimanjakan dengan perhatian dan kasih sayang oleh Diraga. Sedangkan Bening tampak seperti orang luar bagi mereka bertiga.Walau tak ada yang berpikiran seperti itu, tapi melihat Diraga yang lebih perhatian pada kedua adiknya membuat Bening merasa rendah diri.
Sikap suaminya masih tetap sama, arogan dan masih suka mengeluarkan celetukan yang tak menyenangkan di telinga Bening tapi saat ini tak sebanyak biasanya karena Bening cenderung menuruti semua keinginan Diraga sehingga suaminya itu sudah mulai jarang ngomel. Diraga pun tampak mulai tenang dan tak mengganggu Bening.
Seperti hari ini, mereka berempat datang berkunjung kerumah orang tua Diraga. Lembayung dan Banyu tengah asik berenang bersama Katrin dan Billy anak dari mbak Sarah kakak Diraga. Jika anak-anak bermain air, orang dewasanya tengah sibuk membuat barbeque di halaman belakang yang luas.
Bening tengah menyajikan jus untuk kedua mertuanya yang asik memperhatikan anak-anak yang tengah berenang.
“Kamu kok pucet gitu Ning wajahnya? Sakit?” tanya Elsye, mama mertua.
“Akh, nggak kok ma, ini kurang tidur aja,” jawab Bening cepat sambil tersenyum manis.
“Hari ini Mariska juga mau datang bersama suami dan anak-anaknya. Dia juga mau ngenalin teman suaminya untuk Sarah. Siapa tahu pria itu baik dan bisa menjadi pasangan Sarah. Mama tuh khawatir banget lihat Sarah terlalu lama menjanda. Kalau mama dan papa udah gak ada, gimana nanti dia?”
Bening hanya tersenyum tipis mendengar curahan hati ibu mertuanya. Ia merasa sangat bersyukur memiliki mertua yang berhati lembut dan bisa menerima kondisi dan dirinya apa adanya.
Tak sekalipun Bening mendengar mertuanya mengeluh akan permintaannya tentang mahar berupa rumah. Mereka selalu menyemangati Bening agar bisa mendapatkan perhatian Diraga. Bagaimanapun mertuanya tahu bahwa Diraga sering bersikap tak menyenangkan pada Bening. Tapi bagaimana Bening bisa mendapatkan perhatian suaminya jika untuk Diraga ia bagaikan duri dalam daging. Andai Bening bisa bercerita bahwa ia tengah merasa rendah diri dan terpuruk dengan kondisi rumah tangganya.
“Ning, kalau kamu kurang sehat istirahat dulu saja, biar mama yang menunggui adik-adikmu. Kamu terlihat lelah dan sakit.” ucapan sang mertua menyadarkan Bening dari lamunannya. Bening hanya tersenyum perlahan dan berpamitan untuk beristirahat sebentar. Ia butuh menyendiri untuk menangis sedih. Bening merasa sendirian saat ini.
Bersambung.