"Aaa!
White dan Body saling berteriak. White kembali terbelalak menatap tubuhnya yang berada di depannya. Sedangkan Body lebih shock lagi, dia sangat membenci White, tapi sekarang dia berada di tubuh White. Dia hampir gila melihat tubuh dengan jiwa orang lain di depannya.
"A-Apa yang terjadi? kembalikan tubuhku! Brêngsêk!"
Body mencengkram kerah White. Sementara White tidak bisa bergerak sedikitpun karena shock.
Bu Lada begitu gelisah karena anaknya tak kunjung keluar dari toilet. Dia mengetuk pintu toilet beberapa kali, dan mondar-mandir tak karuan.
"White, kenapa lama sekali di dalam sana? kau baik-baik saja?"
"Aku baik, Bu," ucap White dari dalam toilet.
"W-White ... kenapa suaramu berubah?" Bu Lada menajamkan telinganya.
"I-Itu ..." White menatap Body. Pertukaran tubuh yang mencengangkan ini juga membuat suara White lebih berat, tentu saja karena itu adalah suara Body.
Body menghela nafas jengkel, "Aku baik-baik saja. Menjauhlah dari pintu itu, kau membuatku jengkel!"
"Phi!" White menekan suaranya, "Jangan bicara kasar dengan suaraku. Ibuku bisa sedih."
"Bicara kasar katamu? suara macam apa ini. Sekasar apapun kalimatku tetap hasil akhirnya jadi aneh. Kenapa suaramu seperti ini!? menjengkelkan!"
"White, Ibu keluar dulu ya, Ibu akan menemui dokter, jika terjadi sesuatu segera hubungi Ibu,"
"Sudah kubilang ... mmm," White menutup mulut Body.
"Baik Bu, White baik-baik saja. Kami hanya sedang mendiskusikan sesuatu, Ibu jangan khawatir," ucap White kemudian.
Di balik pintu, Bu Lada tersenyum lembut, "Apa dia temannya White? bicaranya sopan sekali," Bu Lada segera beranjak dan pergi ke luar untuk menemui dokter.
Body mendorong White hingga White tersandar ke dinding, "Brêngsekk! berani-beraninya kau menyentuhku!"
"Phi tenang dulu. Kita pikirkan masalah ini dengan kepala dingin."
"Tenang katamu? bagaimana aku bisa tenang! kenapa Aku bisa berada di tubuh lemah ini!? siialan!" Body menendang tong sampah di kakinya lalu mengacak rambutnya frustasi.
"P-Phi ... aku juga tak tahu bagaimana Aku bisa berada di tubuh Phi. Tapi kita tak bisa menyelesaikan masalah ini dengan marah-marah."
"Ini semua gara-gara Kau! andai aku tak menolongmu saat itu, K-Kau ... benar-benar ..." Body mengepalkan tangannya dengan geram, lalu bersandar ke dinding. Pikirannya sangat kacau saat ini.
"Maaf, Phi ..." ucap White sambil menunduk.
"Manusia lemah! jangan coba-coba membuat ekspresi seperti itu dengan wajahku!"
"M-Maaf ..."
"Berhenti minta maaf! Argh ... ini membuatku gila," Body mengacak rambutnya.
***
Satu jam kemudian, Bu Lada kembali dari ruang Dokter setelah berdiskusi beberapa hal. Dokter akan memeriksa White sekali lagi dan memastikan keadaannya. Jika sudah memungkinkan, White akan segera pulang ke rumah.
Tampak White dan Body tengah berada di tempat tidur. Body yang berada di tubuh White berbaring sambil memalingkan wajah, sementara White yang berada di tubuh Body, tersenyum begitu melihat Bu Lada memasuki ruangan. White telah meyakinkan Body untuk mencari solusi tentang masalah ini. Mereka akan memikirkan caranya ketika sudah keluar dari rumah sakit. Untuk saat ini, White meminta Body untuk menjaga sikap, terlebih di depan Ibunya.
White menoel-noel Body, agar bersikap ramah ketika Bu Lada masuk. Namun, Body tak menggubris, dia masih berbaring menyamping sambil membuang muka. White akhirnya mencubit Body agak keras. Body kaget, dia menepis tangan White, lalu segera duduk bersandar di tempat tidur.
"White, Kau baik-baik saja?" tanya Bu Lada, White menyenggol Body untuk menjawab pertanyaan Bu Lada.
"Ya Baik ..." Body melirik White dengan geram, "Bu ..."
"Syukurlah, Kau ... temannya White?" Bu Lada akhirnya bicara kepada White.
White tersenyum, lalu mengangguk, "Iya Bu, namaku Body. Ah, boleh Aku memanggilmu Ibu?"
"Body? wah Kau yang sudah menyelamatkan White, kan? tentu saja Kau boleh memanggilku Ibu, teman White sama seperti anakku sendiri. Terimakasih karena sudah menyelamatkan White. Aku berhutang budi padamu."
"Tak masalah, Bu. White adalah temanku. Sudah kewajibanku menolongnya."
"Hah, yang benar saja," Body tiba-tiba bergumam. White menyenggol Body lalu bicara dengan matanya agar Body tak sembarangan mengeluarkan kata-kata. Body menatap White dengan kesal. Lalu kembali memalingkan muka.
"Body! Body kau dimana!" terdengar suara seseorang dari luar ruangan. Pemuda itu mengintip ke dalam, karena mendapatkan laporan dari beberapa perawat bahwa Body berlari ke ruangan White Pattchara.
"Pond!" Body berteriak. Bu Lada begitu kaget mendengar suara teriakan sekeras itu keluar dari mulut White.
White menyenggol Body sekali lagi, "Kenapa Phi teriak? Ibuku bisa curiga," bisik White kepada Body.
"Curiga apanya? memangnya ada orang di dunia ini yang percaya bahwa jiwa kita tertukar?" Body balas berbisik.
White hanya bisa diam. Pemuda yang ternyata Pond tersebut, langsung menghambur masuk dan memeluk White.
"Body! kenapa kau pergi tanpa memberitahuku? Aku mengkhawatirkanmu."
"Hei, Pond! Kau sudah gila? menjauh dari tubuhku!" Body berteriak. Semua orang di ruangan kaget. White menghela nafas frustasi melihat tingkah Body yang tak bisa mengendalikan emosinya, "M-Maksudku ... jangan memeluknya, dia sedang sakit," Body merevisi kalimatnya.
Pond melepaskan pelukannya dari White lalu menatap Body lekat. Body agak menjauhkan diri, tatkala Pond perlahan mendekatinya.
"Kulit putih, wajah mulus, pipi dan bibir merona. White Pattchara! kau benar-benar White Pattchara? Sky! ya ampun, mimpi apa Aku semalam, hingga bisa melihatmu secara langsung!" Pond terbelalak, dia tak bisa menutup mulutnya. Efek dari kegembiraannya yang berlebihan.
White tersenyum menatap Body yang sangat ingin memukul kepala Pond. Bu Lada juga tersenyum melihat ada fans yang mendatangi anaknya. Pond mendekat lalu mengulurkan tangannya ke wajah Body yang berada di dalam tubuh White.
"B-Boleh Aku menyentuhnya?" tanya Pond kemudian.
Body menepis tangan Pond, lalu memukul Pond dengan bantal, "Hentikan kegilaanmu, brengsekk!"
TBC