Gelap

1084 Kata
Byur ... begitu masuk ke kamar, Body segera membuang s**u yang dibawanya dari luar ke wastafel. Dia kemudian menaruh gelas di sembarang tempat. Lalu menghempaskan dirinya ke tempat tidur White yang empuk. "Dasar si laki-laki lemah itu. Tak bisa ku percaya diumurnya yang sekarang dia masih meminum s**u," Body tersenyum sinis. Pandangannya fokus ke langit-langit di atasnya. Langit-langit yang sangat berbeda dari kontrakan yang selama ini dia tempati. Tampak pengerjaan yang halus untuk semua bangunan di rumah ini, termasuk langit-langitnya. Dibandingkan dengan kontrakan Body dengan langit-langit dari bahan triplek tebal tiga mili meter, serta beberapa sudah ada yang lapuk itu, sudah pasti kalah sangat amat jauh dengan langit-langit di atasnya. "Dia menempelkan semua itu? apa dia anak kecil?" Body menyeringai tatkala melihat tempelan-tempelan berbentuk bintang dan bulan di atas sana. Aksesoris kekinian, berguna untuk memantulkan cahaya seperti bentuknya jika lampu dimatikan. "Dia kaya sekali. Semua barang di rumah ini hasil dari menjadi aktor?" Body bangun, lalu melihat ke sekeliling kamar, "Dia menata barangnya dengan baik. Sudah pasti dia seorang maniak," gumam Body lagi. Sejak awal tak ada prasangka baik di kepalanya jika mengenai White. Body sudah menanamkan kebencian kepada White dari awal, hingga dia selalu saja beekata buruk kepada semua yang berhubungan dengan White. "Jadi ... apa yang harus kulakukan sekarang? bagaimana aku bisa keluar dari tubuh menyebalkan ini?" Body berpikir. Namun, tak ada jawaban yang masuk akal. Kenapa kejadian aneh ini bisa menimpanya, dan jalan kembalipun tak bisa terpikir sama sekali, "Ah, sudahlah. Lebih baik aku tidur dan nikmati kenyamanan ini sebentar. Di sisi lain. White begitu sibuk di kontrakan Body. Dia membersihkan setiap sudut, merapikan semua hal. Membuat kamar Body yang awalnya seperti kandang sapi itu, menjadi layak untuk ditinggali manusia. Selesai membersihkan kamar, White keluar lalu kembali membersihkan ruang tamu. Tak ada banyak ruang. Kontrakan itu begitu kecil, hanya memiliki dua kamar, milik Body dan Pond. Lalu ruang tamu yang bergabung dengan dapur. Tak butuh waktu lama bagi White untuk mensterilnya setiap bagian kontrakan tersebut. Hanya butuh tiga puluh menit, White sudah berdiri dengan bangga sambil menatap sekeliling. "Kasihan sekali. Mereka pasti tak punya waktu untuk membersihkan semuanya," ucap White sambil tersenyum. White menarik nafas dalam. Lalu memeriksa kulkas. Tak ada apapun disana, hanya ada sebotol air dan buah apel yang sudah setengah dimakan. "Kasihan sekali. Mereka pasti tak punya cukup uang untuk mengisi kulkas," White kembali berdiri memeriksa isi lemari, "Mereka bahkan tak punya s**u," White menutup lemari tersebut. Dia mencuci tangan dengan bersih lalu perlahan mengetuk kamar Pond. "Pond ... kau di dalam?" White menunggu sebentar. Namun, tak ada jawaban sama sekali, "Pond. Aku masuk," ucap White sekali lagi, lalu perlahan memutar gagang pintu. White berdiri di ambang pintu kamar Pond. Pond tampak tertidur pulas. Diantara para makanan dan tisu yang berserakan di sekitarnya. White terdiam sejenak, dia mengurungkan niat untuk masuk, lalu kembali menutup pintu. "Kasihan sekali. Pond pasti lelah bekerja," ucap White lalu mengambil gawainya. Body tersentak begitu nada dering di gawainya berbunyi. Dia menggeliat, dan meraba-raba tempat tidurnya. Dia menyipitkan mata, untuk membaca siapa yang menelepon. "Aih, bocah ini. Kenapa dia meneleponku. Mengganggu saja." Pond melempar gawainya lalu kembali merebahkan diri. Nada dering akhirnya mati. Namun, beberapa menit kemudian nada dering itu kembali lagi. "Aih, s*alan! kenapa dia menggangguku begini!?" Body mengambil gawainya lalu mengangkat telepon itu dengan berat hati. "Halo Phi Body," terdengar suara yang sangat lembut di ujung telepon. "Kau ini kenapa? kau tak tahu aku sedang tidur?" "Maaf Phi, aku tidak tahu." "Tentu saja kau tidak tahu, dasar b*doh!" "Maafkan aku, Phi," Body memutar bola matanya dengan kesal. Entah kenapa White selalu saja meminta maaf. Padahal sudah dilarang. "Kau mau apa? kenapa menghubungiku! sudah dapat cara bagaimana kita bisa kembali ke tubuh masing-masing?" "T-Tidak, aku hanya ingin ...." "Ingin apa!?" "I-Ingin minta tolong. Phi temani aku ke supermarket." "Kau tak punya kaki? pergi sendiri saja!" "Masalahnya, aku tak begitu mengenal daerah ini, dan ... aku tak punya mobil," "Kau kan bisa naik taksi. Katakan saja ke supir taksi untuk membawamu ke supermarket." "I-Itu ..." "Apa lagi?" "Mmm, Phi bisa antarkan mobilku kesini? aku tak biasa naik taksi," "Kau ini benar-benar ... tak ada tenpat parkir di kontrakan itu," "Tapi aku harus ke supermarket." "Ya sudah naik taksi!" "Aku tidak bisa naik taksi, jika tak ada yang menemani," "Arg! sebenarnya kau hidup selama ini bagaimana?" Pond mengacak rambutnya karena kesal, "Ya sudah. Minta Pond menemanimu." "Tapi ... Phi Pond sedang tidur ..." "Bangunkan saja!" "Aku tidak bisa. Phi Pond sepertinya sangat lelah. Dia bahkan tak sempat membersihkan kamarnya, dia tidur diantara tumpukan tisu dan sampah makanan." "Kau ini ..." Body memegangi kepalanya. Otaknya sakit karena menghadapi White, "Terserah kau saja. Aku muak mendengarmu!" Pond mematikan ponselnya. Dia melempar bantal ke lantai dengan kesal, "Anak manja itu benar-benar ... terserah, untuk apa aku harus peduli padanya," Body kembali berbaring, lalu menutup dirinya dengan selimut. *** Dua puluh menit setelah menelepon. White akhirnya memutuskan untuk pergi ke supermarket sendiri. Dia memakai kaus berlengan panjang, lalu menutupi kepalanya dengan topi yang dia dapatkan di lemari Body. White melihat ke meja dab membongkar lemari Body sekali lagi. Dia tak menemukan apa yang dia cari, lalu mulai mendesah lemah. "Kenapa Phi Body tak punya sunscreen?" White kembali mengacak-acak, "Dia bahkan tak punya facial wash, toner, maupun skincare dasar lainnya. Jadi ... Phi Body selama ini mengenakan apa?" White mengambil gawainya, lalu mengetik dengan pelan sambil berpikir, "Facial wash, milk cleanser, toner, sunscreen dan ... lip balm," yang dia ketik tersebut adalah daftar barang yang akan dia beli. Sebelumnya dia telah mengetik begitu banyak barang, dan ini adalah tambahan terakhirnya. Setelah melakukan itu, White segera membuka "Map" di kotak pencarian internet, lalu mulai mencari supermarket atau mall terdekat. Ada satu supermarket yang jaraknya 0.5 km dari kontrakan Body. White segera menarik nafas panjang. Dia juga melakukan sedikit peregangan dan mulai berjalan. *** Sudah hampir satu jam sejak White keluar dari kontrakan. Dia berputar-putar mengikuti arahan peta, tapi belum juga tiba di tujuannya. White mulai kelelahan. Panasnya cuaca membuat White berkeringat dan dia sepertinya akan pingsan. White duduk di sebuah bangku yang terletak di pinggir jalan, untuk menghilangkan lelahhnya. "Aku harus kemana lagi? apa petanya benar? rasanya aku hanya berputar-putar," White menyeka keringatnya. Lalu memeriksa wajahnya di pantulan layar gawai, "Apa karena aku berada di tubuh Phi Body? wajahku tak memerah karena matahari. Apa karena Phi Body sedikit gelap?" "Gelap? apa maksudmu dengan gelap?" Terdengar suara yang tak asing. White segera menoleh ke sumber suara tersebut. Setelah melihat siapa yang berdiri di sampingnya, White agak sedikit kaget. "Phi Body ...." TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN