"Apa semua ini!" Pond terbelalak begitu melihat White dan Body masuk ke rumah dengan menenteng begjtu banyak belanjaan. Yang membuatnya lebih kaget adalah White ada di sana. Duduk merebahkan dirinya di sofa, sambil mengipas wajahnya dengan tangan karena kepanasan.
"Body!" Pond langsung menghambur ke Body alias White yang sedang sibuk merapikan belanjaannya, "Kenapa dia ada disana?" bisiknya sangat penasaran.
"Oh, Phi Body. M-Maksudku White? dia menemaniku berbelanja,"
"Dia! menemanimu berbelanja!? kau ... mengizinkan seseorang menemanimu!?" White hanya diam. Dia tak mau lagi menjelaskan bahwa dia dan Body bertukar jiwa. Terakhir kali Pond malah menyebutnya gila karena masalah itu.
"Itu tak penting sekarang," Pond mendekat kearah Body sambil tersenyum, "Yang penting laki-laki ini ada disini. White! ya ampun aku tak percaya seorang artis mengunjungi kontrakan bobrok ini!"
Body memasang wajah jutek, melihat Pond yang memandanginya seperti orang bodoh, "S*al! berhenti melihatku seperti itu, Pond. Menjijikkan sekali," Body mulai kesal. White yang menghela nafas, sudah berkali-kali White memperingati Body agar jangan bicara kasar. terlebih kini Body berada di dalam tubuhnya. Tapi sepertinya laki-laki itu tak peduli sama sekali.
"White, karena kau disini. Boleh aku berfoto dan meminta tanda tanganmu?" tanya Pond sambil menyatukan dua tangan di bawah dagunya, seperti orang sedang berdoa.
"Tidak!" jawab Body singkat.
"Ayolah. Aku mohon, aku penggemar beratmu,"
"Si br*ngsek ini benar-benar ..." Body berdiri sambil menghela nafas kesal, "Hei, Lemah. Berhenti dengan pekerjaanmu, ayo ke kamar!" perintah Body kepada White.
Mendengar itu, Pond terbelalak, "Kamar? kenapa tiba-tiba ..."
"Aish!" Body melewati Pond, lalu menarik White dengan paksa ke kamarnya.
"Tunggu dulu. Kenapa White langsung tahu dimana kamar Body? lalu kenapa White memanggil Body lemah? dan ... kenapa White terlihat lebih galak? seperti bertukar jiwa saja," Pond mengingat mengingat perkataan Body padanya. Bahwa dia bertukar jiwa, "Apa mereka benar-benar bertukar jiwa? eiii mana mungkin hal begitu terjadi di dunia nyata begini," Pond mendekat ke pintu kamar, perlahan menempelkan telinganya unuk mendengarkan pembicaraan White dan Body. Namun, tiba-tiba pintu terbuka. Pond cengengesan lalu melambaikan tangannya, "Hai, White."
"Pond, jika aku tahu kau menguping, aku akan menarik telingamu hingga lepas!" ucap Body lalu membanting pintu.
"Ya ampun. Dia galak sekali. Apa begini sifat asli White? tapi ... dia terlihat lebih imut saat marah,"
"Pond!" terdengar suara dari dalam kamar.
Pond yang tadinya berlonjak seger berhenti lalu berdehem, "Maaf. Aku akan masuk ke kamarmu," Pond pergi sambil tersenyum.
Sementara itu di kamar, White tengah mempersiapkan handuk dan sebaskom air dingin lalu memberikan kedua barang tersebut kepada Body.
"Phi, kau harus menyeka kulitmu. Agar ruamnya menghilang, aku membeli obat di supermarket, kau bisa memakannya."
Body mengambil baskom dan handuk darintanga White, lalu menaruh barang tersebut ke meja reot di samping tempat tidurnya.
"Ini tak penting. Sekarang kita harus cari cara untuk menukar kembali jiwa kita. Aku benci berada di tubuhmu!"
"Aku belum menemukan caranya Phi. Mungkin jika dibiarkan, jiwa kita akan kembali dengan sendirinya,"
"Dibiarkan sampai kapan! aku muak melihatmu bersikap aneh menggunakan tubuhku!"
"Aku akan berusaha berhati-hati. Aku akan mempelajari sifat Phi Body, dan menerapkannya."
"Mempelajari katamu? apa yang mau kau pelajari, bahkan sekarang kau memanggilku Phi dengan tubuh itu. Berhenti memanggil orang lain Phi. Ingat kau berada di tubuhku sekarang!"
"Kalau begitu aku akan memanggil Phi, saat kita berdua saja."
"Kau juga jangan memanggil Pond dengan sebutan Phi. Apalagi orang-orang yang kau temui di studio. Aku memanggil mereka semua dengan nama. Kecuali Phi Dew."
"A-Aku akan belajar."
"Sudah sebesar ini masih perlu mempelajarinya. Dasar!"
Body merebahkan dirinya. Sementara White hanya diam tak mengerti harus berbuat apa. Mencari cara untuk kembali ke tubuh masing-masing bukan hal yang mudah, White bahkan tak tahu kenapa mereka bisa tiba-tiba bertukar jiwa seperti ini.
"Kau ... jangan mentang-mentang kau lemah, jadi kau hanya bermalas-malasan. Mulai besok, kau harus bekerja. Kau tahu apa pekerjaanku, kan? aku tak mau dipecat gara-gara masalah ini," ucap Body kemudian.
"B-Baik Phi, tapi ... Phi juga harus bekerja. Karena Phi berada di tubuhku sekarang, Phi harus menggantikankh untuk syuting."
Body menyeringai, lalu tertawa mendengar perkataan White, "Syuting? maksudmu syuting drama romansa yang tidak normal itu? kau pikir aku mau?"
"Phi, aku mohon. Aku punya kontrak yang harus diselesaikan. Jika aku tidak syuting maka staff lain yang terlibat di produksi ini akan kesulitan."
"Aku tak peduli. S*alan, bisa-bisanya kau menyuruhku melakukan pekerjaan bodoh itu."
"Itu pekerjaanku, Phi. Seperti kau yang tak mau dipecat dari pekerjaanmu. Akupun demikian, lebih parahnya, jika aku tak melakukan pekerjaanku. Semua orang termasuk Phi sendiri akan kesulitan,"
"Apanya yang kesulitan, aku hanya teknisi,"
"Tapi Phi teknisi lapangan. Phi harus mengurus semua peralatan untuk proyek. Bagaimana jika proyek ini gagal?
bukan hanya aku, tapi aktor lain, sutradara, dan semua staff lain akan kena imbasnya, dan Phi termasuk di dalamnya."
"Argh dasar b*doh! begitu banyak pekerjaan lain, kenapa kau memilih pekerjaan menyebalkan ini!" Body mengacak rambutnya dengan kesal.
"Karena ... hanya ini keahlianku. Aku tak bisa melakukan pekerjaan lain, selain berakting," White menundukkan kepala. Dia tampak sedih.
Body mendengus, lalu duduk dan membuka kemejanya, "Si Br*ngsek ini menyusahkanku saja,"
"Phi, kenapa kau melepas kemejamu!?" White terbelalak.
"Menurutmu kenapa? disini sangat panas, dan keringat membuatku tak nyaman,"
"T-Tapi kan ..."
"Yah, br*ngsek. Kau malu? kau malu melihat tubuhmu sendiri?"
"Bukan begitu. A-Aku ..." White salah tingkah. Meskipun yang dia lihat adalah tubuhnya, tapi di mata White tubuh itu tetaplah tubuh Body. Di drama dia tak masalah melihat lawan mainnya bertelanjang d**a. Karena di lokasi syuting ada begitu banyak orang. Tapi, kali ini dia hanya berdua dengan Body, dan itu membuatnya gugup.
"Ternyata kau benar-benar gay, ya?" tanya Body kemudian.
"M-Memangnya kenapa jika aku gay?"
"Hahaha, kau benar-benar menjijikkan. Sadarlah! dan perbaiki dirimu!"
"Phi juga harus memperbaiki diri. Berhenti bicara kasar kepada orang lain. Berhenti bersikap semaunya,"
"Memangnya kau siapa, mengatur-ngaturku segala?"
"Phi sekarang berada di tubuhku. White Pattchara, aku tak pernah kasar pada siapapun."
"Hah, karena itu lawan mainmu yang tak kompeten meninggalkanmu saat kebakaran. Karena kau terlalu b*doh dan mudah ditinggalkan."
"Phi Zee ... dia hanya kaget, aku bersyukur Phi Zee selamat."
"Ya, ya terserah kau saja," Body memeriksa kulit tangannya. Bukan hanya leher dan wajah, kini ruam merah tersebut sudah menyebar di tangan dan tubuhnya, "S*alan tubuh ini sangat merepotkan."
Body mengambil handuk dan mencelupkan ke baskom berisi air dingin yang telah disiapkan White sebelumnya.
"Phi, bukan begitu caranya," ucap White ketika melihat Body mengompres tubuhnya dengan asal-asalan. Body tak mendengarkan, dia terus saja mengelap tangannya, dengan handuk yang terlalu basah.
"Phi Body, aku bilang bukan begitu caranya,"
"Lalu harus bagaimana! argh, kacau sekali. Kenapa aku harus berurusan dengan hal ini? apa sebenarnya salahku? kenapa aku harus berada di tubuh lemah ini!"
Body naik darah. White menghela nafas, lalu mengambil handuk dari tangan Body, "Handuknya tak boleh terlalu basah, Phi harus memerasnya dengan kuat," White dengan cekatan mencelupkan handuk tersebut ke dalam baskom, dan memerasnya dengan kencang, "Lalu, Phi tak boleh menggosok kulit dengan kasar. Tidak, jangan digosok, harus di tekan lembut seperti ini."
White menyeka ruam merah di tubuh Body dengan lembut. Body terdiam sejenak, perlakuan seperti ini sangat asing baginya. Biasanya saat sakit parah sekalipun, Body hanya mengurung diri. Tidur di kamarnya hingga sembuh. Dia merawat dirinya sendiri, karena tak ada orang lain yang merawatnya. Pond? jangan ditanya, laki-laki itu bahkan baru sadar Body sakit setelah ia sembuh.
"Phi, sudah mengerti, kan?" ucap White lalu menatap wajah Body. Mereka terpaku satu sama lain. Saling menatap tanpa berkedip.
TBC