Special 6

1360 Kata
Dhany POV Tanganku sedikit bengkak akibat digigit cewek buas itu, warnanya mulai berubah dari yang tadinya kemerahan kini berangsur menjadi kebiru-biruan. Busseeettttttt dah, ini cewek manusia apa vampir sih?? Tangan gue digigit sampai bengkak ke biruan gini... Awas ajahh kalo ketemu! Dalam perjalanan ke pelataran parkir, sekelebat wajah tengik yang dari tadi kucari-cari tengah asyik berbincang-bincang manja dengan temannya. Langkahku cepat menghampiri cewek ganas yang tampaknya akan segera beranjak pergi itu, untunglah tali sepatunya kendor sehingga langkah gadis brutal itu terhenti. Karena posisi badannya membungkuk untuk membenarkan ikatan tali sepatu, sementara kaos yang dikenakan cewek itu memiliki kerah lumyan lebar. Otomatis belahan dadanya tampak jelas dan terang-terangan ‘say hi’ padaku. Mendadak aku jadi gugup dan salah tingkah dibuatnya, kuatur lagi nafasku yang berat bagaikan emak-emak asmanya kambuh untuk sepersekian detik tadi. Wahhh wahhhh... Berisi juga ya, d**a nih cewek. Padahal jika dilihat sepintas tampak kecil, ehhh begitu di lihat secara langsung W.O.W juga... Haduh gue jadi mendadak panas dingin nih. “Di sini rupanya, cewek rabies yang kabur setelah gigit gue?” tegur gue dengan tatapan tajam. Dia mendongak menatapku kikuk, kemudian bertolak pinggang sambil berkata, “Mau apa lo?” “Mau apa?? Jelas gue mau menuntut pertanggungjawaban dari elo, yang udah mengotori kesucian gue dengan gigitan menyakitkan lo tadi...” Semprotku sangat geram. “Whatt? KESUCIAN? Elo pikir, elo itu anak perawan yang baru aja gue hamilin apa? Kenapa minta pertanggungjawaban gue, lo sendiri yang salah pake jadi Romeo abal-abal, pake bungkam-bungkam mulut gue segala,” jawabnya dengan nada meledekku. “Udah Nay, minta maaf ajahh napa?” kata temannya membujuk gadis ini untuk segera berdamai denganku. Kuamati gestur tubuhnya, dia tampak berpikir keras meresapi bisikan demi bisikan sahabatnya. Seperti kata Profesor Haryanti, tubuh cukup proposional, tinggi, berat ideal, wajahnya juga cantik, dan yang terpenting dadanya dapat menghasilkan s**u yang melimpah untuk bayiku kelak. Ups, kenapa pikiranku menjadi begini vulgar sih?? Oh Tuhan, rasanya inilah gadis yang engkau rencanakan untuk menjadi jodohku sejak jutaan tahun lalu. Tapi kenapa dari sekian banyak cara, Engkau justru mempertemukan kami dengan cara se-absurd ini. Kenapa dia harus menggigitku? Memangnya aku ini marshmallow digigit-gigit, padahal susah payah aku mempertahankan kesucian yang selama ini kujaga dengan segenap jiwa dan raga. Tapi bohong :p Dengan wajah bete cewek itu akhirnya meminta maaf padaku, “Baiklah, gue minta maaf udah gigit elo tadi.” “Lo pikir maaf dari lo, yang saat ini pasang wajah serem itu bisa mengembalikan kesucian gue yang udah ternoda?” Balasku tak kalah bete.  “Elo tuh..., lo pikir gue anjing? Cuma karena gue gigit lo, terus kesucian elo hilang dan berganti najis mugholadoh?” sungutnya penuh emosi. “Seperti itulah,” jawabku enteng. “Perlu elo tahu bahwa seumur hidup gue, belum ada satupun yang berani nyentuh apalagi gigit gue... Apa kata Mama, kalo beliau sampai tahu bahwa kesucian putera kebanggaannya ini ternoda?” tanyaku sangat dramatis. “Okey, terus mau elo apa?” tanyanya penuh emosi, ada nyala di matanya. “Tanggungjawab,” jawabku singkat. “Iya, gue bakal tanggungjawab. Tapi tanggungjawab seperti apa yang elo maksud?” Ahahai, inilah pertanyaan yang aku tunggu-tunggu. Aku pun dengan penuh semangat menjawab, “Nikahin gue, dan mari kita buat seorang bayi laki-laki yang lucu... hehe!” “Lo bercanda? Asli gak lucu, gue ada kelas jadi gue gak bisa terus ngeladeni orang sarap kayak lo.” Umpatnya seraya melengos pergi meninggalkanku. “Pokoknya gue bakal nuntut pertanggungjawaban elooooooooo...” teriakku kencang membuat seluruh perhatian orang-orang disekitar kantin tertuju padanya, dia menutup telinga dan wajahnya karena malu. Tidak berhenti disitu, ancaman dan teror maut pun aku layangkan bersama jari telunjukku, “Lo gak akan bisa lari, gue akan terus ngejar-ngejar dan menghantui hidup lo sampai elo mau bertanggungjawab.” Gadis bertempramen buruk itu makin ketakutan dan lari tunggang langgang, membuatku tersenyum puas dalam kemenangan. Aku pulang dengan perasaan tak karuan, masih ada sebel, jengkel, emosi, dan hemmmm kasmaran juga. Entahlah, yang pasti aku sudah memiliki prospek untuk calon ibu dari anak-anakku kelak. *** Kanaya pulang ke rumah keluarga Tuswantono pukul 22.30 wib. Dengan bantuan sang ibu, Kanaya berhasil menyusup masuk dengan aman. Setelah menaruh barang-barangnya di gudang, Kanaya pergi ke kamar mandi dapur untuk mencuci muka dan mandi sebelum tidur. Selesai mandi Kanaya kembali ke gudang dan merebahkan tubuh lelahnya. Meski sangat-sangat lelah, rupanya Kanaya tidak bisa tidur. Dia terus memikirkan tragedi tadi siang, memikirkan bagaimana dia harus menjelaskan pada Romeo bahwa dirinya tanpa sengaja terlibat hubungan super rumit dan menyesatkan dengan saudara sepupu Romeo, yakni Dhany. Kanaya juga tak habis pikir, kenapa Dhany meminta Kanaya menikahinya hanya karena satu gigitan. SATU GIGITAN! Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Kanaya bergumam, “Sepupu Romeo tuh ganteng-ganteng sinting deh, masa iya gue harus nikah cuma karena gigit dia? Tau konsekuensinya seberat itu, mending gue gigit aja tadi separoh hidungnya. Biar tau rasa!” Beberapa saat rebahan sambil memikirkan Dhany, akhirnya Kanaya tersadar bahwa kalungnya tertinggal di kamar mandi dapur. Dengan sedikit berjingkit-jingkit, Kanaya berjalan menuju kamar mandi dapur. Siapa sangka dari arah berlawanan Nathasya juga sedang mengendap-endap masuk lewat pintu belakang sambil clingak-clinguk ke kiri dan kanannya, dua wanita yang sama-sama melakukan gerakan mencurigakan secara berlawanan ini pun tanpa sengaja saling menabrak satu sama lain. Nathasya berteriak lantang, “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh... “ Dhany yang belum tidur pun terperanjat ketika mendengar suara melengking kakaknya, dengan cepat Dhany turun ke lantai 1 dan menuju dapur. Bik Irma, Ibu Kanaya juga ikut terbangun dan segera menuju TKP. “Siapa lo? Kenapa ada di rumah ini? Ahhh, jangan-jangan elo penguntit  ato maling?” Hardik Nathasya pada Kanaya. “Bukan Non, dia anak saya. Sayalah yang salah, mengajaknya kemari tanpa memberitahu Non Nat dan Nyonya Rida..” sahut Bik Irma penuh penyesalan. “Jadi cewek rabies ini anak Bik Irma?” Sahut Dhany yang tiba-tiba berdiri di hadapan Kanaya. “Ro, Romeo abal-abal?” Tunjuk Kanaya tak percaya melihat sosok Dhany yang ternyata anak dari majikan ibunya. “Kalian saling kenal?” Tanya Nathasya lemas. “Iya, jadi cewek ini yang udah merenggut kesucian Dhany tadi siang Kak Nat,” rengek Dhany mengadu manja pada kakaknya. Bik Irma tercekat mendengar pengakuan ambigu Dhany, “Hahhh... Tidak mungkin puteri saya melakukan hal-hal yang tidak senoh-noh pada Den Dhany?” “Aduhhh, kepala kakak langsung pusing tiap kamu ngomong hal-hal ngelantur dek.” “Haduhhhh, Dhany punya bukti kak?” Belum sempat Nathasya melihat barang bukti yang dimiliki Dhany, tiba-tiba sang Mama memanggil. “Ada apa sih Nat?” Teriak Mama dari kamarnya. Bik Irma langsung berbisik, memohon agar Nathasya tak mengadukan hal ini pada Bu Rida. “Eehh... Biasa Ma, si Dhany kagetin Nat.” Sahut Nathasya ragu-ragu. Kanaya dan Bik Irma pun akhirnya bisa menghela nafas lega mendengar Nathasya menutupi kejadian ini. Dengan penuh rasa syukur Bik Irma berkata, “Non Nathasya ini memang bijak, saya tidak akan melupakan kebaikan Non Nathasya.” “Kak Nat emang baik dan bijak, tapi tidak dengan gue,” sahut Dhany dengan senyum menyeringai. “Apalagi sih dek?” “Anak Bik Irma ini, tadi siang gigit gue. Ini buktinya,” Dhany menunjukan tangannya. Nathasya dan Bik Irma terbelalak melihat itu. “Benar, Neng?” tanya Bik Irma ragu pada Kanaya. Kanaya semakin menunduk dan tidak bisa berkata-kata, itu menjawab pertanyaan seluruh orang yang saat ini berada di tempat itu. “Karena itulah, Dhany mau anak Bik Irma nikah dengan Dhany sebagai bentuk pertanggungjawabannya.” Kata-kata konyol Dhany sukses membuat Nathasya tersedak meski tidak sedang memakan apapun. “Dek?? Lo serius??” tanya Nathasya tak percaya. Dhany manggut-manggut dengan mantap. “Yaelah dek, kirain pelecehan macam apa yang menodai kesucianmu? Begini doang mah gak perlu nyuruh anak Bik Irma nikahin kamu kali?” “Kak Nat dipihak siapa sih sebenernya? Ya udah kalo Kak Nat gak dukung, Dhany minta dukungan Mama aja yang jelas bakal dukung dan mempercayai seluruh ucapan Dhany. Sekalian Dhany aduin kalo ada penyusup di rumah ini.” Ancaman Dhany membuat Nathasya, Bik Irma, dan Kanaya menjadi gusar. Dengan cepat Nathasya menarik Dhany pergi. “ Maaf Bik, kita bicarakan lagi masalah ini besok saja. Saya rasa ini sudah sangat larut,” pamit Nathasya sopan. “Ta tapi Kak??” protes Dhany ketika Nathasya menarik paksa dirinya. *** Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN