Chapter 7

461 Kata
Wangi ayam goreng tercium sampai ke Garrend dan membuat laki-laki itu tersenyum sebelum membuka matanya dengan sempurna. Awal yang indah untuk memulai sebuah hari. Garrend duduk dan melihat ke arah jam weker di nakas sebelah tempat tidurnya. Ini masih 20 menit sebelum jam itu berteriak. Ia bimbang antara bangun dan ke meja makan atau melanjutkan tidurnya. Namun wangi ayam goreng seakan memanggilnya untuk bangun dan mengenakan bathrobe berwarna navy. Ia masih setengah sadar saat berjalan ke meja makan dan langsung tersenyum melihat nasi uduk, ayam goreng, tempe goreng, dan sambal kacang yang tersaji di meja makannya. "Biiiiiii sini dulu temenin saya makan" Garrend berteriak dari meja makannya sambil berdiri untuk menyendok nasi uduknya. Wangi dari makanan dihadapannya ini membuat perutnya makin berteriak. "Iya sebentar, Pak, saya cuci tangan dulu."   Biyan datang tak lama kemudian dan mengambil tempat di hadapannya. "Kamu nggak makan?" tanya Garrend yang dibalas oleh sebuah gelengan. "Saya sudah makan tadi dirumah sama Ibu." "Ini kamu yang masak, Bi? Apa Ibu?" Tanya Garrend sambil menyuap nasi pertamanya. "Iya, tadi saya masak dirumah. Ibu minta buatin nasi uduk. Sekalian saya buat banyak aja untuk disini." "Enak." "Emang ada masakan saya yang nggak enak, Pak?" Abiyan tersenyum melihat Garrend yang mendengus kesal. Sepertinya laki-laki itu menyesal sudah memuji masakannya. "Bapak tuh jarang makan karena takut ya?" Garrend mengerutkan keningnya bingung. "Maksud kamu?" "Maksud saya, bapak takut ya makan disini sendirian? Soalnya disini agak serem pak. Kayak apartemen hantu." Garrend hampir saja menyemburkan makanan di dalam mulutnya kalau saja Ia terlambat menelan makanan itu. "Aduh, Pak. Pelan-pelan makannya." Abiyan berdiri dan menuangkan air putih ke gelas milik Garrend yang masih kosong. "Di minum, Pak." Garrend menurut. Ia langsung menghabiskan air itu dalam beberapa teguk. "Saya nggak takut, Biyan," jawab Garrend sedikit kesal. Ia tidak mempercayai hal-hal seperti itu. Bahkan Ia tidak sempat untuk berpikir tentang itu. "Lalu kenapa Bapak jarang makan? Kan nggak mungkin kalau Bapak nggak punya duit. Atau bapak mau bunuh diri ya?" "Biyan..." Desis Garrend. "Iya iya. Maaf." "Saya nggak marah, Biyan. Kamu nggak perlu minta maaf." "Habisnya bapak kalo nggak marah aja kelihatan kayak marah." "Biyan..." Desis Garrend lagi. "Maaf, Pak." Garrend meletakkan sendok dan garpunya dengan keadaan tertutup di piring lalu mengelap sudut mulutnya. "Saya sudah selesai makan." Ujarnya. "Saya ke dapur dulu ya, Pak."  Abhiyan membawa piring-piring kotor yang sudah kosong ke dapur sedangkan Garrend duduk disana. Garrend baru saja berdiri hendak mengisi gelasnya yang kosong sampai handphone Abhiyan berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk. Attar: “Yaang kamu di unit Mas Ayen? jangan lama-lama yaa. Habis ini temenin aku makan. Masa kamu masakin sepupuku trs tapi akunya kelaperan” Kenapa Attar memanggil Biyan dengan sebutan 'Yang'? Apa Attar dan Abhiyan pacaran? Damn. Ini yang pacaran itu Attar dan Biyan kan? Kenapa Garrend yang merasa gusar?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN