Chapter 3

1722 Kata
Mulailah hari dengan tersenyum di pagi hari, itu bisa membantumu melewati hari _____________________________________ KRING.. KRING.. KRING.. Alarm pertama berdering pukul 06.00, namun Clarissa tidak bangun. Dan tanpa sadar Ia mematikan alarmnya, lalu kembali tidur. Beberapa menit kemudian alarm kedua berdering kembali, dan Clarissa hanya merenggangkan badan, Ia tetap belum bangun juga. Hingga akhirnya Alarm yang ketiga berdering Pukul 06.45. Clarissa membuka mata dan melihat jamnya. "Astaga, sudah jam segini," Gumamku sembari melompat dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Hari ini Clarissa menggunakan setelan atasan kemeja biru dengan celana panjang hitam. Lima belas menit kemudian, Clarissa keluar dari kamar mandi, dan sudah siap untuk berangkat. Namun, sebelum berangkat kerja, ia menyempatkan diri untuk berdiri di depan cermin dan melihat bayangan dirinya sendiri lalu tersenyum untuk memulai harinya. Itu menjadi rutinitas setiap pagi Clarissa. "Semangat Clarissa, hari ini pasti akan berjalan dengan baik," Gumam ku. Alasan Clarissa melakukannya setiap pagi bukan karena ia sudah terganggu mentalnya, namun ia ingin menyemangati dirinya sendiri. Mungkin terlihat aneh, tapi baginya itu cara termudah untuk melewati harinya dan itu membuat Clarissa merasa lebih baik. Karena kehidupan yang Clarissa lalui sekarang penuh dengan tantangan dan juga ujian. Walaupun ia juga masih merasakan kebahagiaan di dalam hidupnya. "Semangat Clarissa, kamu pasti bisa melewati hari ini," batinku menyemangati diri sendiri. Terkadang ketika Clarissa sudah merasa lelah dan bosan dengan pekerjaan atau hidupnya di kota New York, ia berfikir untuk kembali ke Mansion atau meminta bantuan pada kedua orang tuanya atau ia juga bisa mengeluh pada kakaknya. Namun, jika Clarissa melakukannya maka ia belum tentu bisa hidup mandiri dan tegar menghadapi sulitnya kehidupan yang akan datang. Clarissa tahu bahwa hidup tidak akan semudah yang ia bayangkan. Pukul 07.15. Clarissa melihat jam tangannya dan ia merasa harus segera berangkat. "Astaga sudah jam segini. Aku harus segera berangkat, jika tidak aku akan terlambat" Gumamku Clarissa berjalan keluar dari kamar apartemennya, lalu mengunci pintu. Setelah itu Ia berjalan cepat menuruni anak tangga karena takut terlambat jika tidak segera berangkat. Dengan nafas yang terengah-engah akhirnya ia sampai di halte. Beberapa orang termasuk Clarissa tengah berdiri di halte menunggu bus datang. Lima menit kemudian, Bus yang mereka tunggu akhirnya tiba. Semua orang berbaris untuk naik ke dalam bus tersebut secara bergantian. Tigapuluh menit perjalanan akhirnya Clarissa sampai di halte dekat kantornya. "Akhirnya sampai juga, aku harus segera bergegas masuk dan absen sebelum terlambat," Batinku. Clarissa berjalan cepat untuk sampai di gedung kantornya. Setelah masuk ke dalam gedung, ia menunggu lift. Clarissa menunggu gilirannya untuk naik ke lantai 10. Ting Pintu lift terbuka, Clarissa bersama beberapa orang masuk ke dalam lift. Setelah itu Clarissa menekan angka 10. Setelah pintu lift tertutup, lift pun bergerak naik. Beberapa saat kemudian satu per satu orang yang ada di dalam lift turun di lantai yang mereka tuju. Ting Lantai 10. Pintu lift terbuka, Clarissa keluar dari lift dan langsung absen masuk. Setelah itu Clarissa berjalan menuju ruangannya. "Syukurlah aku tidak terlambat," Gumamku. --- Sedangkan di Lantai 15 ruangan CEO And Corporation. Raynard yang sedang menghindar supaya tidak bertemu dengan Clarissa, sudah datang dan berada di ruangannya sejak pagi-pagi sekali. Sekarang Ia sedang duduk menghadap kaca dan melamun. Yang di fikirkan Raynard adalah ia ingin melangkah yang lebih serius lagi dengan Clarissa, tapi ia ragu karena masih ada yang disembunyikannya. Kebenaran tentang identitasnya yang sampai sekarang tidak diketahui oleh kekasihnya. Itulah yang disembunyikan Raynard. "Bagaimana bisa sekarang aku menghadapi masa depan bersama Clarissa jika aku masih belum jujur padanya?" Gumam Raynard Sebenarnya Raynard ingin mengatakan pada Clarissa tentang kebenarannya, tapi ia takut. Jika mengatakan yang sebenarnya sekarang, ia pasti akan dibenci oleh Clarissa. "Aku takut kehilangan Clarissa, tapi-" Gumam Raynard. Raynard sangat mencintai Clarissa hingga ia takut untuk kehilangan dan takut mengatakan kebenaran. Ia merasa bersalah dan terbebani karena sudah membohongi Clarissa. TOK TOK TOK Ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar ruangan Raynard, tapi karna Raynard sedang melamun jadi ia tidak mendengar suara ketukan pintu. TOK TOK TOK Sudah dua kali orang tersebut mengetuk pintu, namun tetap saja tidak ada sahutan dari dalam. TOK TOK TOK Setelah tiga kali mengetuk pintu, dan tidak ada sahutan dari dalam jadi orang itu langsung membuka pintu. CKLEK Sesudah membuka pintu Orang itu merasa geram karena melihat CEOnya sedang duduk manis dan melamun. Bahkan CEO itu tidak menyadari jika ada seseorang yang telah masuk ke ruangannya. "Dasar Raynard. Kebiasaan buruk. Dari tadi aku sudah mengetuk pintu namun tidak ada sahutan. Sekarang yang terlihat ia sedang duduk dan melamun," Kesal lelaki itu. Setelah menutup pintu, Lelaki itu berjalan menuju sofa panjang di ruangan CEO tersebut lalu ia duduk, dan diam membiarkan CEOnya yang tengah duduk diam di kursinya. "Apa yang harus aku lakukan? Hubungan kami sudah didasari dengan kebohongan," Fikir Raynard "Oh s**t!" Umpat keras Raynard seraya memijat ujung alisnya dan berbalik. "Hei! Mr. Danish Raynard Anderson, ada apa denganmu?" Tanya lelaki tersebut yang tengah duduk santai di sofa panjang ruangan CEO. "Sialan! kapan kamu masuk ke dalam ruanganku? Mengagetkanku saja," Umpat Raynard. Raynard terkejut melihat laki-laki itu tiba-tiba ada di dalam ruangannya, dan sudah duduk di sofa. "Baru saja, aku sudah mengetuk pintu hingga tiga kali, tapi tidak ada jawaban jadi aku masuk saja, tapi ketika masuk aku melihat kamu sedang serius sendiri sampai tidak menyadari jika aku masuk ke dalam ruangan," terang lelaki tersebut sembari berjalan mendekat ke meja CEO. "Ada apa denganmu?" Tanyanya lagi. "Argh!! Aku sedang pusing memikirkan hubunganku dengan Clarissa, jika seperti ini terus bisa-bisa aku jadi gila," Keluh Raynard sembari mengacak rambutnya. "Kamu tidak akan gila Ray, karena kamu memang sudah gila," Ujar lelaki itu seraya tertawa. "Sialan kamu!" geram Raynard sembari melempar buku catatan yang ada di meja kerjanya, namun lemparannya tidak mengenai lelaki itu. Rasanya Raynard ingin membuat lelaki itu masuk ke rumah sakit, tapi ia tidak bisa melakukannya, karena lelaki itu memang selalu jail pada Raynard. Lelaki itu bernama Marvel Johnson dan ia merupakan sahabat baik Raynard sejak Junior High School. Marvel telah bekerja di perusahaan And corporation sejak dua tahun yang lalu dan ia juga Manager di Divisi Marketing. Marvel berada di Divisi Marketing karena ia mengawasi kinerja Clarissa. Setelah puas menertawakan sahabatnya, Marvel bertanya sekali lagi pada Raynard. "Jadi, kenapa kamu?" Tanya Marvel. "Hah...." Ray menghela nafas. Raynard mulai bicara tentang apa yang mengganggu fikirannya pada sahabatnya itu, Ia bingung harus berbuat apa. "Sejak tadi aku memikirkan tentang kelanjutan hubunganku dengan Clarissa. Aku ingin menikah dengan dia, tapi disisi lain aku bingung untuk menjelaskan siapa sebenarnya diriku," Jelas Raynard. "Mengapa kamu tidak mengatakannya dari awal ketika kamu masuk ke dalam perusahaan ini?" Tanya Marvel Awal Raynard masuk ke dalam perusahaan, ia hanya memperkenalkan diri pada dewan direksi dan juga para Manager. Sedangkan para Staf hanya mengetahui keberadaan Raynard beberapa kali. Raynard selalu menghindar bertemu dengan para pegawai karena ia tidak ingin sampai ketahuan oleh Clarissa. "Aku tidak ingin Clarissa marah padaku jika ia tahu yang sebenarnya. Makanya aku menutupinya selama ini," Ujar Raynard Menurut Raynard dengan bercerita pada sahabatnya Marvel, ia akan merasa lebih baik. Walaupun terkadang ia tidak mendapatkan solusi yang bagus. "Lebih baik jika kamu mengatakannya sekarang sebelum semua menjadi rumit," Saran Marvel Terkadang Marvel bisa menjadi bijak ketika ia sedang membantu Raynard menyelesaikan masalahnya walaupun Marvel lebih sering menghina sahabatnya terlebih dahulu. Raynard dan Marvel tidak pernah menyembunyikan sesuatu satu sama lain, jadi Marvel telah mengetahui siapa kekasih sahabatnya itu. "Menurutmu, aku harus mengatakannya sekarang?" Tanya Raynard pada sahabat baiknya itu. "Tentu saja Ray, kamu bisa menjelaskannya secara perlahan. Mungkin ia akan marah padamu setelah mendengar penjelasanmu, tapi kamu harus bersabar dan meyakinkan dia jika kamu benar-benar mencintai dia," jelas Marvel. Saran dari Marvel sangatlah bijak. Namun, menurut Raynard, ia tidak akan melakukannya sekarang. Mungkin Raynard butuh waktu lagi untuk mengatakan yang sebenarnya pada Clarissa dan menjelaskan tentang identitasnya. "Tapi aku masih belum siap untuk mengatakannya. Mungkin untuk saat ini aku tidak akan mengatakannya," Ujar Raynard. "Itu semua terserah kamu Ray, ingin mengatakannya kapan, tapi jangan terlalu lama menundanya," Ujar Marvel. "Oke" "Tapi bagaimana jika nanti Clarissa mengetahui identitasmu dari orang lain atau ia tanpa sengaja melihatmu disini pada saat jam bekerja, itu akan memperburuk hubunganmu dengannya," lanjut ucap Marvel. Sejenak Raynard berfikir tentang perkataan Marvel, ia merasa jika ada benarnya juga yang dikatakan sahabatnya itu. "ternyata kamu bisa mengatakan hal yang seperti itu juga ya, aku kira kamu hanya bisa mengolokku saja. Karna biasanya kamu menghinaku lebih dulu baru memberiku saran," pujian sekaligus sindiran dari Raynard secara tidak langsung pada sahabatnya yang sedang duduk di hadapannya. "Sialan. Harusnya aku menghinamu lebih dulu, baru memberimu saran,” ujar Marvel kesal. Raynard pun tersenyum melihat ekspresi wajah Marvel. “Tapi karna tadi aku sudah menghinamu jadi sekarang waktunya aku memberimu saran yang baik, tapi balasanmu seperti ini. Jika kamu ingin aku menghinamu terus-menerus tanpa memberimu saran, oke aku akan melakukannya ketika kamu punya masalah lagi," Lanjut Ujar Marvel. "Santai saja, vel. Aku hanya bercanda. Jangan dianggap serius. Aku merasa tertekan karena masalahku sendiri jadi perlu sedikit hiburan. Oke." Jelas Raynard. Marvel yang masih merasa kesal dengan sahabatnya, ia memilih untuk diam. "Oke, untuk masalahku barusan biarkan saja dulu. aku akan mencoba mencari waktu yang tepat supaya aku bisa menjelaskannya padanya" Ujar Raynard. "Ingat Ray! lebih cepat lebih baik untuk mengatakannya jangan terlalu lama di tunda" ucap Marvel mengingatkan. "Iya. Iya. Santai saja," Ujar Raynard. "Baiklah. Jika sudah tidak ada lagi, aku akan keluar," Kata Marvel. Setelah selesai bicara dengan Raynard, Marvel pun beranjak dari kursi. Namun, ketika ia berjalan ke arah pintu tiba-tiba ia memikirkan sesuatu. "Sepertinya aku melupakan sesuatu yang seharusnya aku sampaikan pada Raynard," Gerutu Marvel. Sebelum Marvel keluar, Raynard bertanya sesuatu pada sahabatnya. "Hei, apa yang kamu ingin lakukan hingga masuk ke ruangan aku?" Tanya Raynard. Marvel membalikkan badan, dan ia menjawab pertanyaan Raynard. "Entahlah, aku lupa. Nanti aku akan menghubungimu jika aku sudah mengingatnya kembali atau aku juga bisa kembali lagi kesini." jawab Marvel seraya melangkah keluar. "Hmm... itu jika kamu mengingatnya" gumam Raynard. Marvel telah keluar dari ruangan Raynard, dan ia juga melupakan sesuatu yang akan ia lakukan. Sekarang tinggal Raynard yang duduk di kursinya dan sendirian di dalam ruangan. Setelah mengatakan semua yang ia fikirkan pada Marvel, Raynard merasa lebih baik dan Ia masih memikirkan perkataan Marvel. "Semoga nanti dia bisa mengerti tentang apa yang aku jelaskan," Gumam Raynard. Tidak ada yang mengetahui kebenaran masing-masing jika tidak ada yang mengatakannya. Entah sampai kapan mereka menyembunyikannya. To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN