Eva mendongak ke arah suara yang memanggil namanya. Matanya menyipit, mencoba mengingat kembali nama pria yang ada di hadapannya. “Dave?” Dave tersenyum pahit. Hatinya tersayat melihat Eva berteduh di depan kedai kopi terkenal di Wall street. Keadaan Eva yang basah kuyup dan kacau tentu membuat tanda tanya besar di kepala pria muda itu. Apalagi koper yang Eva bawa memperkuat dugaan Dave bahwa wanita cantik yang pernah mengisi hari-harinya dengan harapan itu sedang ada masalah–yang sepertinya besar. “Mari kita masuk ke dalam,” ajak Dave agar Eva bisa memesan minuman hangat. Eva menggeleng karena tahu bahwa itu ide yang buruk. Dia tak ingin menjadi santapan berita karena bersama seorang lelaki yang bukan suaminya, tepat saat hai perceraian. Dave segera menyadari bahwa tak seharusnya dia