16. Uno Stacko

1880 Kata
Dingin, ini yang Helen rasakan ketika tangannya memegang es yang akan dia masukkan ke dalam teko. Gadis berkacamata itu membantu Bebby membuat es untuk teman-teman Bebby yang main ke indekos di hari minggu ini. Bukan siapa-siapa, mereka adalah Virgo dan Indra. Sekarang sudah pukul sepuluh pagi, mereka baru saja datang sekitar lima menit yang lalu termasuk juga dengan Helen. Bebby sendiri sedang pergi membeli camilan untuk teman mereka hari ini. Tidak banyak gelas yang dibawa Helen, hanya dua gelas yang terbuat dari plastik. Namanya juga anak indekos, jarang ada barang dari keramik atau kaca. Dua gelas itu nanti akan dipakai minum banyak orang, hanya terbagi menjadi dua tim saja. Perempuan dan laki-laki, tidak aneh-aneh bukan. “Ini es-nya, kata gue sih sudah enak.” Helen meletakkan teko berukuran cukup besar di dekat tembok tempat Indra duduk. “Pasti enak kok Len, kalau lo yang buat.” kekeh Indra. “Dih... Ya enaklah, orang itu teh kemasan.” “Kayaknya bakal ada yang fallin in love nih.” goda Virgo membuat Indra dan Helen menoleh ke arahnya seketika. “Siapa yang bakal fallin in love?” Bukan! Itu bukan pertanyaan dari Indra mau pun Helen. Ketiga manusia yang berada di dalam kamar indekos Bebby tadi langsung menoleh ke arah luar. Lebih tepatnya ke arah orang yang bertanya barusan. “Malah pada bengong ditanya, siapa yang bakal fallin in love?” tanya Rama lagi sambil duduk di sebelah Virgo. “Itu Indra sama Helen.” tunjuk Virgo pada Indra dan Helen pada Rama menggunakan ujung dagunya. Saat itu juga Rama menatap Helen dan Indra secara bergantian. Dirinya masih melihat bolak-balik mereka berdua. “Apaan? Enggak, enak saja fallin in love sama Indra.” tolak Helen karena tidak mau Rama salah paham, meski sebenarnya Rama juga tidak akan peduli. “Oh... Kalau beneran juga enggak apa-apa kali, Len. Biar si Indra punya pacar juga sekali-kali hahaha...” tawa Rama. “Sembarangan saja lo kalau bicara, gini-gini juga gue punya mantan ya.” “Mantan kan? Pacar yang sekarang mana?” “Enggak punya sih kalau sekarang.” Tak lama, Bebby datang sambil membawa keresek jajanan ringan hasil buruannya dari minimarket dekat gang. Gadis itu tadi pergi menggunakan sepeda milik Virgo, karena jika jalan kaki lumayan panas dan lelah juga. Apalagi Bebby sedang malah bepergian sebenarnya hari ini. Kalau bukan karena permintaan teman-temannya, dirinya juga malas keluar. “Berat ya, Beb? Sini Mas Rama bantu bawa, nanti Bebby yang cantik kecapekan lagi.” Inilah Rama, meski lelaki itu tahu jika Bebby sudah memiliki kekasih. Tapi tetap saja dirinya mencoba menggoda dan merayu Bebby. “Tidak usah, gue bisa sendiri kok.” Bebby juga ingin menjaga perasaan Helen yang jelas-jelas menyukai Rama. “Sadar woy, Bebby sudah punya pacar. Jangan ada niat merebutnya lo.” Virgo mengingatkan temannya jika Bebby sudah berpacaran dengan Oyon. “Iya-iya, gue ingat.” dengus Rama pelan. Tanpa berlama-lama lagi, Bebby langsung ikut bergabung dengan teman-temannya yang sudah menunggunya di kamar indekosnya sendiri dari tadi. “Jadi kita mau main apa?” Rama tampak bersemangat akan bermain, tentu saja semua itu karena Bebby. “Kita main ini.” Virgo menunjukkan kardus berukuran sedang untuk ukuran permainan. Lelaki tampan itu mengeluarkan isi dalam kardus yang dipegangnya secara perlahan agar tidak rusak. Bagaimana pun mainan itu dibeli menggunakan uang dari sisa jajannya yang dia sisihkan setiap hari untuk mendapatkannya. Harganya memang tidak terlalu mahal, tapi tetap saja bukan? Namanya uang pasti berharga meski hanya seratus rupiah saja. “Main ini lagi?” heran Helen. “Kenapa? Takut kalah lagi ya?” Indra menaik turunkan alisnya melihat ekspresi Helen yang sudah malas duluan ketika melihat balok-balok uno dikeluarkan dari kardus. Betul sekali, mereka sering bermain uno apabila sedang berkumpul begini. Kadang Helen sendiri sampai malas untuk ikut dalam permainan. “Okay... Siapa takut, ayo.” Bebby tampak antusias untuk bermain uno stacko kayu. “Iya deh yang selalu menang.” dengus Helen memicing ke arah Bebby. Permainan uno stacko kayu atau balok tidak beda jauh dengan uno kartu. Hanya saja, ini menggunakan balok, bukan kartu. “Eh tapi, gue mau ada yang berbeda dari permainan satu ini.” Keempat remaja tadi memandang ke arah Virgo, mereka belum mengerti arti kata berbeda dari biasanya. Bukankah setiap bermain uno stacko selalu saja sama seperti ini. “Apanya yang berbeda?” Indra tampak penasaran. “Tidak boleh memakai bedak, tapi pakai lipstik.” sebuah lipstik matte dikeluarkan oleh Virgo dari dalam saku celananya. Semuanya cengo, mereka tidak tahu dari mana Virgo mendapatkan lipstik tersebut. Tidak mungkin lelaki itu sengaja membeli lipstik hanya untuk dipakai bermain uno stacko dengan mereka. “Itu lipstik Bu Sofya?” heran Bebby. “Enak saja, bukan.” “Terus? Punya Tasya?” Rama pun ikut penasaran. “Bukan juga.” kepala Virgo kembali menggeleng pelan. “Tidak usah basa-basi, itu punya siapa?” gemas Bebby karena Virgo malah berbelit-belit tentang pemilik lipstik. “Ish... Ini kemarin gue ambil dari selingkuhan gue sebelum gue memutuskan dia.” akunya tanpa merasa bersalah atau berdosa sudah mengambil barang orang lain. Apalagi jika dilihat, lipstik itu masih baru dan belum banyak digunakan. “Lo maling atau klepto?” tak tanggung-tanggung, Bebby langsung bertanya tanpa pertimbangan terlebih dahulu. “Ya elah, nakal sekali-kali tidak apa-apa. Namanya juga remaja, pasti pernah nakal. Bukan cuma gue yang pernah mengambil barang orang lain.” ujarnya santai. “Gue cuma tanya, Virgo. Gue takut lo sa...” “Gue tidak sakit, Beb. Ini cuma karena gue ingin main yang beda saja sama kalian. Lagi pula, dia beli lipstik ini juga duit dari gue. Tidak ada salahnya kan.” “Ish... Sudahlah, semua remaja pernah nakal kok. Mending sekarang kita mulai main, dari pada meributkan lipstik yang tidak ada habisnya.” Indra mencoba menengahi agar tidak ada cekcok mulut antara Virgo dan Bebby. Keempat remaja di sana sudah bersiap akan melakukan hompimpa, hanya Helen yang tidak mengulurkan tangannya. “Lo mau ikut atau mau jadi penonton, Len?” “Gue menonton saja deh, lagi pula pasti gue juga kalah lagi nanti. Jadi mending tidak usah ikut sekalian.” Helen sudah menyerah lebih dulu karena kesal setiap ikut main pasti selalu kalah dan wajahnya yang penuh akan bedak. “Enggak seru ah, kalau lo tidak ikut bermain. Lagi pula menonton saja itu malah lebih membosankan.” “Iya Len, lo pasti akan mengantuk.” Virgo dan Indra juga ikut membujuk Helen agar mau ikut bermain dengan mereka. Setelah beberapa didesak, dipaksa dan diajak, akhirnya Helen luluh juga. Gadis itu mau ikut bermain dengan keempat remaja lainnya. Hompimpa sudah dilakukan, Rama menjadi orang yang bermain pertama sedangkan Indra yang paling terakhir dan menata balok-balok tadi menjadi seperti menara. “Peraturannya, hanya diperbolehkan menggunakan dua jari telunjuk dan tangan bagian kanan saja. Tidak boleh lebih, yang lebih langsung dinyatakan kalah.” Bebby ikut memberikan peraturan baru di permainan mereka kali ini. Biasanya mereka akan bermain menggunakan satu tangan saja, tapi tidak untuk kali ini. Sepertinya menggunakan dua jari akan terasa lebih seru dari biasanya. Untuk permainan uno stacko balok sendiri ada bermacam-macam jenis. Ada balok yang berwarna, ada yang dari kayu. Bahkan yang terbuat dari kayu pun ada dua macam, ada yang menggunakan dadu dan tidak. Tentu saja, yang menggunakan dadu ini akan mengambil balok sesuai dengan jumlah titik pada dadu yang tertera. Tapi jika tidak memakai dadu, mereka hanya diperbolehkan mengikuti angka yang diambil dari pemain sebelumnya. Selain itu, pengambilan balok dalam permainan uno stacko juga tidak diperbolehkan di bagian atas. Harus di bagian bawah atau tengah yang diambil. Usai mengambil, maka balok kayu yang mereka ambil tadi harus diletakkan di atasnya lagi secara hati-hati agar tidak ambruk. “Cepetan ambil Go, jangan kelamaan mikirnya.” titah Rama karena Virgo terlalu lama mengambil balok. “Sebentar dong, ini lagi berusaha.” lelaki ini begitu fokus untuk mengambil balok kayu di bagian bawah. “Virgo sayang...” Brak... “Aish... Ambruk, padahal baru mulai.” Virgo tampak kesal karena dirinya tidak sengaja menyenggol menara uno ketika mendengar suara Tasya tiba-tiba. “Ups... Maaf, gue tidak bermaksud mengganggu.” Tasya hanya bisa nyengir kuda saat melihat Virgo menata balok-balok uno yang ambruk barusan. “Sini masuk, duduk di sini.” Virgo tidak marah, dirinya malah meminta Tasya masuk ke dalam indekos Bebby. Sebagai tamu yang ramah, Tasya menyapa Bebby seperti biasa dengan senyuman manis yang dia miliki. Wanita betkulit hitam manis itu pun duduk di sebelah Virgo-kekasihnya. “Ayo kita mulai lagi.” permainan dimulai kembali, kali ini diawali dari Virgo karena dirinyalah yang membuat menara uno ambruk. “Dia yang memberi usul, dia sendiri yang terkena serangan lipstik duluan.” kekeh Rama saat dirinya mengoleskan lipstik ke wajah Virgo. Mungkin ini yang dinamakan karma atau senjata makan tuan. Virgo sendiri yang membuat peraturan tentang hukuman menggunakan lipstik, ternyata malah dirinya sendiri yang mendapat olesan lipstik pertama. “Kamu kayak kucing deh, sayang.” Tasya mengabadikan wajah Virgo menggunakan ponsel pribadinya. “Masa sih? Cakep ya?” “Heh... Di sini banyak orang, main maju-maju saja itu mulut.” cepat-cepat Bebby menampol kepala Virgo menggunakan bantal, karena kebetulan yang ada di dekatnya hanyalah itu. “Hehehe... Suka lupa kalau di sini banyak orang.” cengir Virgo dengan wajah tanpa dosanya. Permainan kembali dimulai. Setelah Virgo, kini giliran Helen yang main. Gadis itu sangat gugup karena takut membuat menara yang baru disusun oleh Virgo kembali ambruk. Tapi setelah beberapa menit, akhirnya Helen bisa mengambil satu balok tanpa menghancurkan yang lainnya. “Sekarang giliran siapa?” “Giliran lo, oon.” Bebby hanya meringis, dirinya garuk-garuk kepala dan langsung berusaha mengambil satu balok kayu sepelan mungkin agar tidak berantakan. Permainan mereka hari ini begitu seru jika dilihat dan ditonton. Semakin lama, banyak juga yang terkena olesan lipstik hasil tangan panjang Virgo dari salah satu selingkuhannya. Wajah mereka terlihat merah-merah karena olesan lipstik yang entah akan seberapa banyak sabun yang akan mereka gunakan untuk membersihkannya. Kamar indekos Bebby ramai oleh teriakan, seruan, tawa, cibiran, dan kekesalan dari keenam remaja yang sedang asik bermain uno stacko. Meski sederhana, ini juga bisa menjadi penghilang penat dan lelah dari rutinitas yang menjenuhkan. “By the way, kemarin gue dilabrak sama Amanda karena Virgo.” ujar Bebby tiba-tiba. Seperti apa yang kalian pikirkan, semua orang yang ada di dalam kamar indekos Bebby kaget. Tasya juga penasaran kenapa Bebby bisa sampai dilabrak karena kekasihnya. Hati Rama memanas, dirinya tidak bisa melihat atau mendengar gadis yang dia cintai dilukai orang lain. Apalagi ini sampai mendengar jika Bebby dilabrak oleh Amanda, emosi Rama semakin mencuat hingga ke dasar. “Lo kenapa tidak meminta bantuan gue saja, Beb?” Semua mata kini memandang ke arah Rama. Tidak ada yang tidak tahu jika Rama menyukai Bebby sedari lama. Mereka juga sudah tidak heran jika Rama memberikan perhatian secara terang-terangan pada Bebby meski gadis itu terus menolak. “Lo harus sadar Ram, Bebby itu sudah punya pacar. Lo jangan berusaha merusak hubungan orang lain.” Virgo menepuk bahu Rama beberapa kali. “Tapi dia dilabrak sama Amanda karena lo, Go. Terus lo cuma diam begitu? Cowok macam apa lo?” emosi Rama sudah tidak terkendali sekarang. “Maaf, ini salah gue. Tidak seharusnya gue menceritakan hal ini ke kalian.” Bebby merasa tidak enak karena Virgo dan Rama bertengkar karenanya. “Lo harus cerita apa saja yang lo alami, Beb. Jangan dipendam sendiri.” pinta Rama. *** Next...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN