Bab 7 Oh ternyata!

1037 Kata
Akhirnya ke tiganya makan sarapan bersama pagi itu di meja makan. Nampak nyaris tidak ada suara disana. "Re... nanti antar Feli nya sampai kedalam kampus juga boleh... yang penting kamu nggak mencolok aja." Ucap Adam pada bodyguard baru putrinya. Namun Re jelas tahu kerjaan apa yang Adam berikan padanya. Yaitu membentengi Feli dari para anak urakan yang biasa datang ke rumahnya dengan beberapa kawan yang sama urakan nya. "Papah! kok nganter Fe nya sampai le dalam sih? apa kata teman-teman Fe nanti? Fe udah di cap anak manja, anak papa! dan sekarang tambah bodyguard pula! apa kata mereka saat melihat Fe nanti pah? jangan lah... biar om ini ada di mobil aja, nungguin Fe ampe usai kuliahnya." Ucap Feli disana. "Aku bodyguard disini! dan aku... bukan supir kamu ya non!" ucap Re dengan dengusan kesalnya. Namun mendapat sambutan picingan mata dari gadis di seberang meja makan di depannya itu. "Udah papa nggak mau tahu ya Fe... pokoknya papa serahin kamu dalam pengawasan dan pengawalan Rei. Jika kamu tidak patuh. Re bisa melakukan apa aja padamu." Ucap papa Feli yang membuat gadis itu mendengus kesal disana. Karena jika ia bersuara pun sudah tidak ada gunanya lagi. "Dan kamu Rei. Kamu tahu kerjaan kamu jagain Fe. Bukan berarti kamu bisa ngatur apa aja yang kamu mau di kehidupan Feli. Oke?" ucap Adam yang berpesan pada lelaki itu. Dan Rei mengangguk siap disana. "Oke lah! disini persembunyian paling aman dari papa." Ucap dalam hati Re saat itu. "Kapan Fe pindah?" tanya gadis itu segera yang berusaha mendesak secepatnya untuk pindah rumah. "Se mau kamu. Tapi papa sarankan untuk lusa saja. Karena tepat lusa itu papa akan perjalanan bisnis. Mengerti?" ucap Adam lagi disana. Namun saat itu Fe hanya diam saja. Usai dengan sarapannya. Keduanya segera menuju ke mobil yang sudah terparkir di depan rumah Fe. Tadi sudah di siapkan sekalian oleh supir papa Feli sekalian. Saat itu Re masuk kedalam mobil terlebih dahulu, ia duduk di jok belakang kemudi. Nampak Fe yang memasang wajah manyun di luar pintu samping Re. Namun saat itu Re tidak menghiraukannya sama sekali. "Ni orang kerjanya apaan sih? dia tahu nggak aku ini bosnya! harusnya dia bukain pintu mobil buat aku dong!" ucap Fe dengan gerutu kesalnya. Namun Fe makin kesal lagi ketika jelas Re tahu jika dirinya tengah berdiri disana namun ia juga tidak membuka pintu mobilnya. Hingga membuat Fe segera mengangkat tangannya untuk mengetuk beberapa kali kaca jendela mobil lelaki itu. "Tok, tok, tok." Ketukan tangan Feli disana. Re pun segera membuka kaca mobilnya saat itu. Lelaki itu lalu menoleh menatap kearah Feli yang ada di luar. "Ada apa?" tanya Re disana. "Ada apa, ada apa! bukain pintu mobil buat aku! kok malah ada apa sih? gunanya kamu disini bersamaku apa? untuk apa?" tanya Fe pada lelaki itu disana. Sembari kedua tangannya bersedekap di depan. "Gunanya aku ya untuk melindungi mu. Apa lagi sih non?" ucap Re saat itu pada gadis yang masih berdiri di luar pintu mobil. Nampak saat itu Fe merubah ekspresinya yang kian nampak ganas disana, di tambah kedua tangan gadis itu yang berkacak pinggang disana. "Apa? apa kamu bilang? kamu!" ucap Fe yang lalu mengalah dan membuka pintu mobilnya sendiri karena ia tahu jika papanya saat itu ada di belakangnya. Namun hati Fe benar-benar sangat marah pada bodyguard nya saat itu. "Pah... liat tuh! bodyguard aku tapi nggak patuh pah! nggak mau bukain pintu mobil aku pah..." ucap Feli disana pada papanya sembari menunjuk ke arah lelaki di depannya. Dan saat itu papanya segera melambaikan tangannya kearah Fe. Isyarat untuk memanggil anak gadisnya disana. Fe pun segera melangkah keluar lagi dari mobilnya dan berlari mendekat kearah papanya disana. "Ada apa pah?" tanya Fe saat ia sudah berada di dekat papanya saat itu. Papanya pun segera mendekat kearah sang putri disana. "Fe... papa mau kasih tahu. Sebelum kamu menyesal nantinya. Kamu tahu Re? dia sebenarnya tidak butuh kerjaan apapun. Hanya dengan ongkang-ongkang kaki saja dia sudah bisa dapat semuanya. Memangnya papa kamu ini tidak tahu apa-apa? tahu Fe... papa tahu semuanya." Ucap Adam pada sang putri. Dan saat itu mampu membuat Fe membelalakan kedua matanya disana. "Lalu kenapa papa malah meminta dia untuk menjadi bodyguard aku pah?" tanya Fe balik. "Sengaja buat jauhkan kamu dari para sahabat berandal kamu itu." Ucap papa Fe jujur saat itu. "Akh... papa jahat tahu nggak!" ucap Fe lagi dengan ucapannya. "Makanya... jangan kamu perlakukan dia seperti seorang pesuruh. Tapi perlakukan ia sebagai seorang pria terhormat. Mengerti?" ucap Adam lagi pada sang putri. Nampak Fe kian menampakkan wajah masamnya disana. "Lalu kalau dia punya segalanya, kenapa juga dia malah mau jadi bodyguard?" tanya Jessi disana. "Pelarian. Lelaki itu sedang bersembunyi. Akh... nanti juga kamu bakalan tahu Fe, yang penting... papa hanya kasih tahu kamu aja, supaya kamu tidak marah-marah lagi saat ia tidak melakukan apa yang kamu mau. Tapi kalau soal bela diri. Dia tiada duanya Fe... makanya mama percayakan kamu pada dia. Yang akur lah... coba... kalian ini keras kepala semuanya." Ucap Adam saat itu yang memperingatkan anak gadisnya saat itu. Namun saat itu apa kata papanya tidak ada yang masuk kedalam otaknya. Karena Fe saat itu tidak sedang mendengarkan ucapan papanya. "Pantas saja, dia tampan kalau di bandingkan dengan pengawal atau bodyguard. Tubuhnya juga terawat..." ucap gerutu Feli dalam hatinya. Hingga usapan tangan papanya yang mendarat perlahan di kepala gadis itu membuat Feli menoleh menatap kearah papanya. "Apa pah?" tanya Feli disana. "Ingat sayang... dia juga anak kesayangan seseorang, dia tidak se sadis yang kamu bayangkan kok. Papa sudah suka sama dia sejak pertama kali bertemu. Dia melakukan apa yang harusnya pihak berwajib lakukan nak. Jadi... selamat baikan ya..." ucap Adam pada putrinya yang lalu pergi dari temoatnya disana. Adam berjalan menuju ke mobilnya. Dan Feli pun segera kembali ke mobilnya yang saat itu tengah di supiri oleh Re disana. Dan saat gadis itu akan meraih pintu mobil di depannya. Seketika ukuran tangannya terhenti sesaat. Jelas Re bisa melihatnya dari kaca spion samping mobilnya. "Dia bukan pesuruh kata papa, dia juga bukan seseorang yang pantas di musuhi." Ucap dalam hati Fe saat itu. Lalu ia pun segera beralih menuju ke pintu mobil yang ada di sebelah samping tepat kemudi atau jok yang Re tempati. Feli masuk ke sebelah Re dan duduk di sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN