Jenazah Suamiku Part 43 : Lagi-lagi Fitnah "Cepat suapin!" perintahnya dengan nada sengit. Aku menarik napas panjang, sambil meliriknya jengkel. Nggak kapok juga dia dah kujambak kemarin, sekarang malah main perintah begini. Aku itu nggak suka nada sengit dan ketusnya, nggak bisa apa kalo ngomongnya baik-baik gitu? "Buruan Wulan, saya lapar ini!" ujarnya lagi sambil mendekat dan meraih kotak makan itu lalu memberikannya ke tanganku. "Nggak bisa apa kalau makan sendiri?!" gerutuku. "Nggak bisa!" jawabnya dengan senyum sinis. "Buruan, Wulan!' "Iya, iya." Aku menghembuskan napas jengkel dan mulai meraih sendok lalu menyuapkan ke arah mulutnya. Restu terlihat membuka mulut, dan kini giliran jantungku yang berdebar tak karuan. Suhu tubuh mendadak panas dingin, aku jadi lebih suka Restu