Chapter 9

1081 Kata
"Siap Bos!" Dari posisiku berdiri untuk ke kantin maupun ketoilet mesti melewati jalur yang sama, jadi mau tak mau Chacha masih ikut bersamaku. Hilangnya rasa sesakku membuatku ingin menyantap apapun sekarang. Heheheh Diperjalanan menuju kantin, indra penglihatanku menangkap sosok Bintang yang sedang duduk terdiam sambil mendengarkan lagu menggunakan hadset yang terpasang di telinganya. Chacha yang tiba-tiba terhenti gara-gara langkahku yang juga terhenti membuatnya langsung melirih kearah pandanganku. Dengan pasti Chacha menyuruhku mendekat yang langsung kuanggukkan sedangkan dia pergi duluan ke Toilet. Dengan perasaan ragu, akupun mendekat pada Bintang yang saat itu sedang memejamkan matanya. Kutarik nafasku dalam, mungkin ini saatnya aku memperbaiki kembali semuanya. Berteman dengannya mungkin jalan pertama yang harus kulakukan. "BINTAAANG" teriakku di telinga sebelah kirinya setelah terlebih dahulu kucabut hadset dari sana. Dia yang kaget hendak mengeluarkan amarahnya tapi tak jadi karena yang dia lakukan hanya terdiam setelah melihatku. Aku hanya tertawa menanggapi tatapan herannya. Tanpa berbicara apa-apa Bintang merebut hadset yang ada di tanganku dan pergi meninggalkan tempat itu. 'apa aku salah?' batinku heran. Kutatap Bintang yang semakin menjauh dariku. Sepertinya cara canggung-canggung tak diperlukan disini. Dengan smirk yang kukeluarkan kukejar Bintang yang tak kunjung berhenti. aku yang kesal di acuhkan langsung mencekik lehernya dari belakang. "HEEEEYYY,,,JANGAN MENDIAMIKUUU" teriakku sambil terus mengguncang-guncang tubuhnya yang terus berjalan. Dunia serasa terhenti saat itu juga karena tiba-tiba Bintang memutar badannya dan memelukku erat. "Jangan lakukan itu lagi!" ucapnya terdengar serak. "Bintang! Apa itu sakit! Aku tak sengaja berteriak dan mencekikmu." ucapku menyesal dalam pelukannya. Kuperhatikan semua mata tertuju padaku dan Bintang. terlebih mata para gadis yang siap menerkamku sampai mati. "Bintang! Lepaskan dulu. Kau tahu kita menjadi pusat perhatian sekarang!" ucapku pelan tapi masih bisa didengarkan oleh cowok yang sekarang masih memelukku. Seolah tuli dia semakin mengeratkan pelukannya padaku. Kutatap Chacha lekat yang kini sudah duduk di kantin, dia juga sedang menatapku,kulihat dia tersenyum dan sedikit mengangguk. "jangan meninggalkanku tanpa bicara terlebih dahulu! Jangan meninggalkanku tanpa melihatku, dan jangan meninggalkanku tanpa pamit." Kurasakan bahunya sedikit bergetar, apa dia menangis? "Bintang!" ucapku berusaha melepaskan pelukannya. Tapi tak bisa, dia semakin mengencangkan pelukan padaku sampai membuatku sesak. "Bintang,, sepertinya sebentar lagi kau akan membunuhku!" ucapku lagi yang sontak membuatnya melepaskan pelukannya dan menatapku cemas. "Kau......" bentak Bintang pelan dan penuh penekanan. Kenapa malah dia yang marah. Seharusnya aku yang marah karena hampir membuatku kehabisan nafas. "Apa? Kau membuatku semakin kesulitan, sepertinya aku akan dapat masalah besar!" "Masalah? Masalah apa?" tanyanya bingung. Kuedarkan pandanganku kesekeliling kami, dia yang sadar dengan maksudku langsung tertawa renyah. "kau takut dengan mereka?" "tentu saja! Apa aku harus mengorbankan rambutku untuk dijambak oleh mereka? Ya Tuhaaan aku tak bisa membayangkan itu" ucapku sambil memegang kepalaku dan berlalu meninggalkan Bintang yang masih tertawa melihat tingkahku. "Hey! Hahaahhaa! Mau kemana kau?" teriaknya sambil menyusulku. "Kabur! Aku harus mencari tempat persembunyian yang aman" jawabku sekenanya yang sontak membuatnya kembali tertawa. Setelah adegan dramatis tadi, yuupp disilah aku sekarang. Menikmati semangkok somay dengan lahapnya. Chacha yang dari tadi selalu heboh dengan tatapan gadis-gadis yang melihat kearah kami membuatku hanya senyum-senyum sendiri. Ada yang tanya kemana Bintang? biasa, dia bersemedi lagi di ruangan kedisiplinannya. Karena dia bilang rasa kantuknya muncul setelah bertemu denganku***** Sebulanpun berlalu setelah insiden pelukan Bintang padaku. Walau semua terlihat baik-baik saja, tapi bagiku semua sama. Aku pikir aku bisa mendapatkan Bintang dengan mudah, tapi kenyataannya aku tetap masih harus bertarung dengan Karin. Seminggu yang lalu, Karin mengatakan padaku kalau dia membiarkan aku dekat dengan Bintang dan dia takkan marah. Batinku berkata apa itu artinya aku bisa mendekati Bintang lebih dari sekedar teman? Tapi diakhir kalimat dia mengucapkan sesuatu yang membuatku memilih untuk mundur kembali beberapa langkah. Flashback On "kau ingin bicara apa?" ucapku pada Karin yang kini berdiri dengan pongahnya dihadapanku. "Aku tak ingin berbicara banyak denganmu. aku hanya mengatakan sekali saja, jadi dengarkan baik-baik." Balasnya yang membuatku semakin tak mengerti. Beberapa detik suasana menjadi diam takada yang membuka kata. "aku tahu sekarang kedekatanmu dan Bintang sudah menyebar di seluruh sekolah ini dan semua murid sudah mengetahuinya bahkan setiap saat menceritakan kalian. Awalnya aku baik-baik saja dengan itu, tapi tidak untuk sekarang. Aku tegaskan padamu, jangan terlalu berharap pada Bintang! selama hidupnya, dia takkan pernah memilihmu. Kau pikir kau itu siapa? Hanya orang asing yang datang ke sekolah ini dan dengan seenaknya dan dengan sesoksoknya merebut Bintang dariku? Kau harus sadar diri. Aku melakukan ini hanya untuk menjaga perasaanmu agar tak terpuruk saat tahu kenyataannya. Bintang takkan melirikmu sebagai orang yang special. Aku tahu siapa Bintang, setiap orang yang akan dijadikannya teman, selalu diperlakukan sama seperti sikapnya padamu. Kalau kau mencoba sehari saja jadi aku, kau akan tahu bagaimana jauhnya perbedaan sikapnya padamu dan padaku. Jadi untuk menjaga hatimu itu, aku harap kau jangan pernah berharap" SKAKMAT. Flasback OFF 'huuufft! Apa aku harus menyerah lagi! Tapi seperti yang Chacha bilang, "tak ada yang bisa menentukan hatinya Bintang termasuk April. Aku yakin Bintang hanya menganggap April sebagai gadis yang harus dia lindungi itu saja, bukan sebagai gadis yang harus dia cintai. Bahkan April cerita padaku dia sangat ingin mendapatkan ciuman pertama Bintang" Mengingat apa yang Chacha katakan, itu artinya Bintang dan April belum pernah berciuman dan itu artinya ciuman pertama Bintang itu apa saat berciuman denganku? Kurasakan hatiku sedikit menghangat dengan mengingat itu. Aku harap itu memang benar. Ting~ Suara pesan w******p dari ponselku semakin membuat senyumku mengembang sempurna, pasalnya sipengirim pesan itu adalah cowok yang namanya selalu kusebut setiap hati. Hehehe Dari : My Star Dimana? Ruang kedisiplinan! SEKARANG! Batas waktu 3 menit lewat dari itu kau dihukum!!!! 'apa-apaan pria ini' cibirku dan kembali memasukkan ponselku kedalam jas sekolahku. Tak berapa lama setelah itu kudengar ponselku kembali berdering. Lagi-lagi dari cowok ini. My Star Satu menit berlalu!! Sontak hal ini membuatku membola, gila! apa dia benar-benar menghitungnya? dengan secepat kilat tak tahu apa yang nanti akan kutabrak, kuberlari sekencang mungkin biarkan orang menganggapku gila aku tak peduli. "awas jika aku sudah sampai, kucekik kau sampai mati" rutukku sambil terus melirik jam tangan yang senantiasa melingkar di pergelanganku. "Aiisshh! Kurang dari semenit lagi~" Lariku semakin kencang saat kulihat ruangan yang akan kutuju sudah dekat, dengan cepat kuraih gagang pintu, membukanya masuk dengan terburu-buru yang tanpa sadar kubanting saat menutupnya. Kulihat cowok devil itu sedang duduk dengan santainya disofa empuk ruangan itu. Dengan keinginan yang sangat kuat untuk membunuh kulangkahkan kakiku menuju cowok menyebalkan yang kini sedang santai-santainya menikmati Pop mie Cup sambil menatap layar TV yang entah sedang memutar film apa, aku tak peduli. "Bisa kau jelaskan ini?" kesalku butuh penjelasan. "kau terlambat sekitar dua puluh detik" ucapnya santai sambil melirik jam tanganya. "What? Apa kau pikir jalur dari lapangan kesini bisa dengan 3 menit?" geramku. "aku tak peduli yang jelas kau terlambat, sebagai hukumannya kau masakkan satu Cup lagi mie yang ada disana!" ucapnya santai. ***** BERSAMBUNG!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN