Chapter 7

1021 Kata
"tapi kau tenang saja! Hukumanku tinggal sebentar lagi dan bisa kupastikan aku tidak akan mengganggunya lagi." ada perasaan sedikit bersalah yang tersemat dihati Karin, tapi perasaannya juga menangkap ada rasa sedih yang tersirat dari ucapan Ran padanya. "apa kau menyukainya, Ran!" ucapnya pelan bahkan hanya cukup untuk didengar oleh indra pendengarannya sendiri. Berlainan arah dengan Ran, Karin pun memilih meninggalkan tempat itu. Ditempat lain Ran mencoba sedang menenangkan hatinya. Dia merasakan matanya mulai berkaca-kaca! Disandarkannya tubuhnya pada dinding di samping tangga asrama menuju ruangan murid perempuan. Menarik nafas dalam sambil terus menenangkan hatinya walaupun dia tahu itu takkan mungkin bisa semudah itu. "Ran!" panggil salah seorang gadis yang heran melihat Ran tersandar di dinding. Gadis cantik tinggi semampai dan bersurai pirang bergelombang serta memiliki kulit putih yang biasa dipanggil Chacha itu berdiri dihadapan Ran dengan wajah berkerutnya. "Hai, Cha." Jawabnya gugup sambil menggosok wajahnya agar sedikit menetralkan ekspresinya. "Kau kenapa? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya heran. "Hmm! Tidak apa-apa! Aku hanya sedang menenangkan pikiran!" jawab Ran jujur. "apa kau ada masalah Ran? Apa gadis-gadis sombong itu lagi yang mengganggumu? Atau kau ada masalah lain? Kau bisa bercerita padaku!" ucap Chacha mencoba menenangkan seorang Ran yang memang bisa dibilang kacau saat itu. "Cha! Apa aku boleh bertanya?" ucapnya to the point. "tentu saja! Kau ingin bertanya apa? Kalau aku bisa menjawab, aku akan menjawabnya." "tapi kita bicara di taman ya! Rasanya aneh bercerita disini. Hehehe" Ran yang merasa mendapatkan sedikit angin segar langsung mengajak Chacha yang masih kebingungan ke taman air mancur dan mencari bangku taman yang nyaman untuk diduduki. "oke! Jangan ada basa-basi lagi, apa yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya Chacha menyelidik. Ran hanya tersenyum melihat tingkah gadis itu yang terlihat sangat penasaran. "begini! Aku ingin bertanya tentang Bintang padamu! Tapi sebelumnya, apa kau kenal dengan Karin?" "Karin? Aprillia Karin?" tanya lagi memastikan. Dengan pasti kuanggukkan kepalaku. "Untuk apa kau tanya tentang Bintang dan April?" tanyanya balik dengan tatapan curiga. "April?" ucap Ran dengan keningnya yang tak mulus lagi. "Iya April! A~~ kau tahu namanya Karin? Mungkin itu hanya untuk teman-teman baru yag dia kenal! Aku dan Bintang memanggilnya April dan hanya kami berdua yang diizinkan memanggilnya April." Jelas Chacha. Ada sedikit kecewa terbesit di hatiku. 'hanya mereka berdua? Panggilang khusus?' apa begitu spesialkah Karin dimata Bintang dan Chacha. "Ran! Kau kenapa?" sentak Chacha membuyarkan lamunanku. "Eh? Tidak, tidak ada apa-apa! Kau mengagetkanku!" sungutku membuat sedikit ekspresi kesal. "Hahaha! Maaf maaf! Lagian untuk apa kau ingin tahu tentang April dan Bintang?...Atau...."selidik Chacha sambil melirik kearah Ran penuh curiga. "Atau apa?" "Cieee,,sepertinya kau menyukai Bintang ya??benarkan?" goda Chacha lagi yang membuat wajahku memerah. "hahahaha! Sepertinya tebakanku benar. Oke,, tapi sepetinya kau harus siapkan hati untuk mendengar ceritaku ini." "kenapa emangnya?" "karena jika kau memang menyukai Bintang, kau harus siap merasa sedikit sesak" ucapnya sedikit melunak yang membuat jantungku berdetak kencang. "mungkin kau tak terlalu banyak tahu karena kau siswa baru disini dan kau juga anak Baru, sedangkan aku sudah setahun sekolah disini dan sekelas dengan Bintang dan April. Bintang terpilih sebagai ketua kedisplinan karena sifat dinginnya dan ayahnya yang juga seorang komandan militer. Ya walaupun kekayaannya juga mendominasi jabatannya sekarang, tapi aku yakin dia dipilih karena sifatnya serta kecerdasan diatas rata-ratanya itu dan juga jabatan militer ayahnya yang menurut orang-orang menurun pada Bintang. Bintang sangat susah didekati, sangat dan sangat susah kecuali pada satu gadis yang bernama Aprillia Karin Hermawan." lanjutnya. "kenapa begitu? Memang April April itu siapa?" tanyaku makin penasaran. "Kau herankan?"tanya Chacha padaku yang kubalas dengan anggukan. "Sama sepertiku, Awalnya aku juga heran. Kenapa April dengan mudahnya mendekati Bintang dan bisa tertawa lepas dengannya. Aku penasaran dan mulai mencari tahu apa penyebabnya. Informasi kudapatkan sedikit demi sedikit. Ternyata April adalah sahabat Bintang dari SD, mereka selalu sama-sama dan April lah yang mengembalikan senyuman Bintang setelah ibunya meninggal. Bintang mempunyai seorang kakak perempuan bernama Hani yang kini menjadi seorang dokter di rumah sakit milik keluarganya. Bintang juga memiliki seorang adik perempuan yang ikut meninggal bersama sang ibu. Bintang yang saat itu benar-benar terpuruk selalu mencoba untuk bunuh diri. Tapi hal itu mampu di kuatkan kembali oleh seorang April. Aku tidak tahu cara apa yang digunakan April, hanya saja yang ku dengar Bintang mulai terbuka dengan hidupnya saat dia tak sengaja melukai Chacha saat gadis itu mencoba menggagalkan aksi bunuh dirinya Bintang. sejak saat itu yang kutahu Bintang tak pernah meninggalkan April sendirian dan berjanji akan menjaga gadis itu sampai kapanpun. Ya bisa kupastikan, sosok April bagi Bintang itu lebih penting dari segalanya bahkan nyawanya sendiri. dulu ada seorang siswi perempuan yang bagi kami dia sangat gila. Dia menyukai Bintang bahkan dia rela melukai gadis-gadis yang dekat dengan Bintang termasuk April. Bintang tertusuk dibagian perut saat gadis gila itu hendak ingin menusukkan pisaunya pada April, sejak saat itu pasangan Bintang dan April menjadi pasangan favorit di sekolah ini bahkan sampai gurupun tahu." Terpaku, diam, sesak dan bingung. Itulah yang kurasakan sekarang. Mendengar cerita panjang lebar dari Chacha aku merasa perasaan yang kurasakan saat ini belum seberapa dengan yang dirasakan April pada Jun. "lalu kau kenapa bisa memanggil Karin dengan sebutan April?" "Itu karena aku dekat dengan April. Aku tak tahu kenapa April menganggapku sahabatnya, yang jelas saat ini hanya aku dan Bintang yang memanggilnya April." Jelas Chacha. Walaupun kecewa, Ran merasa dirinya tak boleh egois. Bintang bukan siapa-siapanya, mungkin bahkan Bintangpun hanya menganggapnya Mainan. Dan tentang ciuman itu akan Ran lupakan. "Kau tahu! Aku bersyukur kau ceritakan semuanya padaku. Jadi aku bisa mengatur kembali perasanku pada Bintang" ucapku lirih. Hanya itu yang bisa Ran ucapkan. Dia benar-benar tak tahu harus berkata apa lagi sekarang. "Cinta itu suci Ran. Sesakit apapun yang kau rasakan, jangan salahkan cinta yang sudah kau ciptakan di hatimu. Kedepannya kau tidak tahu apa yang akan terjadi, bahkan Bintang pun aku rasa juga tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Dan kau tahu Ran? Aku kaget saat mendengar cerita dari temanku kalau ada anak baru penerima beasiswa yang bisa mendekati Bintang. aku penasaran denganmu dan sampai akhirnya aku bertemu denganmu. kau punya sifat ceria yang menjadi daya tarikmu bagi orang lain. Hati tak ada yang tahu! Jika kau mencintainya, perjuangkan cintamu. Aku tak menyuruhmu menghancurkan hubungan Bintang dengan April, tapi setidaknya menjadi sahabat Bintang bisa kau lakukan untuk terus dekat dengannya.hmmm!" ucap Chacha mencoba menghibur dan menenangkan gadis yang hatinya sedang kacau itu. **** Bersambung!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN