The Evil Symphony.
Jebakan.
****
Lucas masih mencium Rachel. Tapi seperti mendapat dorongan kekuatan, entah dari mana. Rachel meronta lagi, meronta dan terus meronta sampai Lucas sedikit kewalahan dengan pemberontakan Rachel. Lucas akhirnya melepaskan ciumannya itu. Nafas Lucas memburu, begitu juga Rachel.
Kedua tangan Lucas kini sibuk mencengkeram Rachel, ia benar benar merusak mood. Sekarang Lucas hampir kehilangan kesabarannya. Ia akan berbuat kasar jika kesabarannya telah habis. Lucas melihat tatapan Rachel kepadanya, tatapan tajam orang yang baru di lecehkan. Ada bekas air mata di sana, Rachel menangis. Lucas seperti menelan pil pahit, ada wanita di dunia ini yang mati matian menolaknya.
“Bukankah kau membutuhkan uang ... ? Kenapa kau harus membuat ini menjadi lebih sulit ..? Kau hanya harus menerima diriku, setelah itu kau dapatkan uangmu “
Plak!!! Tamparan keras mendarat di pipi Lucas, tamparan yang tak seberapa. Rasa sakitnya bahkan tak berpengaruh bagi Lucas, ia tak berkutik saat menerima tamparan itu. Tapi harga diri Lucaslah yang terluka. Ia tak menerima penolakan, tak menerima penghinaan akan dirinya.
“Kau berani beraninya, menamparku ... ? “
Lucas memberikan seringainya. Seolah mencemooh kebodohan Rachel yang menolak laki laki setampan Lucas. Tapi Rachel bukan orang yang hanya takluk karena ketampanan, ia adalah wanita yang di besarkan dengan harga diri yang tinggi. Manusia akan di hormati karena harga dirinya. Bukan materi.
“Saya bukan wanita yang menjajakan tubuh saya kepada laki laki hidung belang!! “
Rachel menjerit, ia tak terima penghinaan akan dirinya yang baru di lakukan oleh Lucas barusan. Bukan! Bukan seperti ini yang ada di bayangan Rachel. Ia kesini dengan tekat untuk mencari uang biaya operasi ibunya, bukan untuk mendapatkan penawaran di tiduri oleh laki laki.
“Kalau begitu, enam ratus juta ...? “
Lucas mencengkeram dagu Rachel, menyalurkan amarahnya ke dalam otot otot tangannya yang kini memberikan rasa sakit kepada Rachel. Dahi Rachel mengerut tanda ia tengah berjuang menahan rasa sakit. Tapi jawaban yang di nanti Lucas tak kunjung terdengar, Rachel masih bisu.
“Delapan ratus juta!! “
Rachel semakin bersikeras untuk menolak, ia bukan barang dagangan. Ia bukan w************n. Belum sempat Lucas menaikan tawarannya itu, Rachel sudah tak kuat lagi. Ia muak di tawar oleh Lucas seolah semuanya bisa di tukar dengan kekayaan yang di milikinya.
“Saya tegaskan! Saya tidak menjual diri! Saya bukan w************n yang bisa di tiduri setiap laki laki untuk mendapatkan uang!! “
Lucas tercengang dengan perkataan dan keberanian Rachel yang baru saja di tunjukan di depannya. Wanita di depannya ini bukan wanita seperti itu, tapi kenapa ia harus meminta uang sebanyak itu. untuk apa.
Merasakan cengkeraman Lucas menjadi sedikit longgar, Rachel menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari Lucas. Ia meronta dan itu membuat Lucas kaget, ia tak menduga Rachel memberontak saat ia lengah.
Alhasil, Rachel berhasil lolos dari cengkeraman Lucas. Ia segera berlari keluar dari studio. Ia bahkan tak mengatakan apapun lagi, tak mengatakan sepatah kata seperti sumpah serapah atau hal lainnya. Rachel langsung pergi dengan beruraian air mata dan penampilan yang acak acakan. Ia tak menilik ke belakang, yang Rachel lakukan hanya berlari dan menjauh sejauh mungkin dari Lucas. Laki laki itu sangat berbahaya.
Lucas segera menampar dirinya sendiri, mengembalikan kesadarannya. Ia tak bisa kehilangan Rachel. Ia tak boleh membiarkan wanita itu jatuh ke tangan orang lain. Karena sekarang seluruh peratiannya tertuju kepada Rachel. Dunianya baru kedatangan mainan baru. Lucas langsung memencet tombol dial dan memanggil Shawn. Tak lama berselang, panggilan itu dianggkat oleh laki laki di seberang sana, Shawn.
“Cepat cari tau apa yang membuat Rachel membutuhkan uang empat ratus juta, serahkan laporannmu kepadaku hari ini juga atau kau akan tamat .. “
Tanpa menunggu jawaban iya atau tidak dari Shawn, Lucas langsung menutup panggilan. Toh Shawn tak punya pilihan tidak, ia takkan bisa menolak semua perintah Lucas. Jika Lucas memberi perintah, hanya ada satu jawaban. Iya. Tak ada yang lain.
*** 000 ***
Rachel berlari menuju lift dan langsung menuju lantai satu, seluruh tubuhnya bergetar, ketakutan. Benar benar rasa takut yang menancap dalam di otakknya. Jika ia tak bisa lolos, jika ia tak bisa pergi tadi, ia benar benar tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Di dalam lift, Rachel hanya bisa menangis. Tubuhnya roboh dan akhirnya terduduk lemas di lantai lift. Ia tak bisa menerima bahwa laki laki yang sangat ia eluh eluhkan, tak lebih dari seorang b******n. Rachel mengutuk dirinya yang begitu naif, ia mengira Lucas hanya akan mempermainkan permpuan kelas atas yang selalu gonta ganti di setiap gosip. Tapi Lucas hanya memikirkan nafsu dan memiliki nafsu.
Begitu pintu lift terbuka, Rachel langsung berlari keluar dan melewati lobi dengan buru buru. Semua pegawai yang mentap Rachel. Mereka memiliki tatapan yang sama, heran dan juga bingung melihat Rachel yang keluar dari lift dengan penampilan yang acak acakan, rambut yang tak kusut juga Rachel yang selalu mengusap matanya, ia menangis.
Rachel langsung keluar dan menuju jalan utama, tanpa pikir panjang ia langsung menyetop taxi dan pergi menjauh dengan laju cepat.
Rachel masih di dalam kamar mandi, ini sudah lebih dari dua jam ia didalam kamar mandi. Tapi ia masih berkutik di dalam sana. Menggosok seluruh tubuhya dengan kasar. Mencoba menghilangkan tanda Lucas di setiap bagian tubuhnya yang disentuh olehnya.
“Kotor!! Ah kenapa masih kotor ... “
Rachel mengusap tubuhnya dengan sabun lagi , lagi dan lagi. Ia terus menggosok tubuhya, entah mengapa ia masih merasa kalau dirinya sepenuhnya. Kotor.Setelah berjam jam dan menjelang malam, Rachel baru keluar dari kamar mandi. Badannya hampir biru karena terlalu lama terkena air, bibir Rachel tak kalah biru dan masih bergetar. Tapi itu tak dihiraukan Rachel. Ia masih merasa kalau dirinya masih kotor.
Rachel menjatuhkan dirinya di atas kasur, menekuk tubuhnya dan meringkuk di sana. Air mata masih ada di sudut matanya. Ia masih menangisi kejadian siang tadi. Tanpa sadar, tubuh lelahnya, otaknya yang letih, serta jiwa yang tak kalah lelah karena rapuh. Rachel akhirnya tertidur dengan tubuh kecilnya yang meringkuk di atas kasur tanpa selimut. Air mata di sudut matanya kini sudah mengering.
*** 000 ***
Lucas sudah kembali ke rumahnya, berjam jam menyetir dengar rasa kesal ke pinggiran kota. Ia benar benar ingin berteleportasi ke rumahnya dan langsung menemui Shawn. Dia ingin tau, apa alasannya!! Kenapa ia membutuhkan uang sebanyak itu tapi berani beraninya menolakku! Apa!
Mobil Lucas langsung masuk ke halaman rumahnya, ia tak sabaran untuk masuk ke rumah dan mencari Shawn. Lucas langsung membuka pintu dengan cara membantingnya. Mata Lucas terarah ke segala penjuru ruangan, Ia mencari Shawn.
“Tuan, saya sudah menemukan informas yang diminta ... “
Shawn keluar dari ruang baca yang berada tepat di sebelah pintu kamar tamu. Shawn tau, ia harus bergegas menemui tuannya itu sebelum ia semakin marah dan tak terkendali.
“Cepat berikan padaku, aku akan melihatnya dengan mataku sendiri ... “
Shawn mendekati Lucas sembari menyodorkan dokumen yang ia cari seharian ini. Dengan koneksi perusahaan dan derajat Lucas. Shawn tak kesulitan mencari informasi apapun, bahkan data pribadi yang sangat rahasia sekalipun. Lucas mengambil kertas itu dan membuka tiap lembarannya dengan tidak sabaran.
“Jadi, ini alasan dia membutuhkan uang sebanyak itu ... ? “
Lucas membaca grafik yang tengah di baca, ia bisa melihat grafik kondisi serta laporan kesehatan ibu Rachel. Rachel membutuhkan uang untuk biaya operasi, transplantasi ginjal. Bukan uang yang banyak bagi Lucas. Tapi alasan kenapa Rachel tiba tiba meminta pinjaman darinya, karena ia tak punya waktu lama.
Tapi Lucas adalah orang yang memiliki harga diri yang sangat tinggi, ia tak terbiasa meminta maaf, berterimakasih, atau mengakui kesalahan lainnya yang ia perbuat. Lucas tak akan mebiarkan Rachel dengan mudahnya melakukan operaasi transplantasi ginjal itu. Tak akan mudah.
“Buat keluarga pendonor untuk meminta uang dua kali lipat sebagai imbalan donor, berikan alasan apa saja untuk mempersulit Rachel, berikan uang sebanyak mungkin, berapapun itu asal mereka menyulitkan operasi donor itu “ Lucas ingat kalau rumah sakit itu adalah rumah sakit tempat Damian. Ia akan menggunakan koneksi itu untuk memblokir setiap pendonor untuk ibu Rachel.
“Baik tuan, akan saya lakukan sesuai perintah, “ jawab Shawn dengan pasrah dan juga tunduk.
“Jangan lupa, minta kepada Damian untuk memblokir segala akses Rachel untuk menemukan pendonor lain “
Shawn hanya mengangguk tanda ia akan mengikuti semua perintah Lucas.
“Karena ia telah menolakku yang dengan senang hati mau membantu, maka akan kubuat ia tak punya pilihan lain selain memohon lebih padaku ... “
Lucas tersenyum puas, rencananya ini akan berhasil dengan cepat dan efisien.Di dunia ini takan ada yang bisa menolak uang dan kekuasaan, “Pergilah, lakukan tugasmu ... “
“Baik Tuan ... “
Shawn meninggalkan Lucas yang masih berdiri di tengah ruangan. Ia masih menerawang kemenangannya nanti. Sedangkan Shawn dengan sangat cepat, melakukan tugasnya dengan rapih dan terusun sistematis. Takan ada yang mencium konspirasi Tuannya itu. selama kekuasaan itu masih ada, mereka yang tak memiliki apa apa hanya punya dua pilihan, menurut atau tertindas.
*** 000 ***
Rachel terbangun dengan kaget, ia tak mengira ia sudah tertidur cukup lama dan sekarang sudah fajar. Ia terbangun karena ia bermimpi buruk, tubuhnya refleks bergerak seolah menghindar dari serangan. Ia bermimpi akan pelecehan yang di lakukan Lucas padanya kemarin. Mimpi buruk yang benar benar nyata.
Rachel bergegas mandi dan bersiap menuju rumah sakit, ia akan menghabiskan waktu hari ini untuk menemani ibunya. Toh ia takkan kembali lagi ke kantor Lucas untuk berlatih, setelah kejadian kemarin siapa yang akan tetap bertahan di sana setelah di lecehkan ? pasti takkan ada.
Rachel langsung bergegas setelah selesai berganti baju, ia langsung berjalan menuju ke halte. Sepagi ini dan bus masih sepi penumpang. Ia tak perlu repot repot untuk berdesak desakan dengan orang yang terburu buru ke kantor. Ia bisa dengan lega bernafas di dalam bus.
Entah kenapa, sejak ia terbangun pagi tadi. Firasat buruk selalu ia rasakan, Rachel mencoba menangkis rasa tidak enak di hatinya itu. ini semua hanyalah sugesti tanpa dasar. Tak beralasan. Abaikan saja atau itu akan merusak hariku.
Setelah hampir tiga puluh menit, bus berhenti di halte terdekat dari rumah sakit, Rachel langsung turun dari bus dan berlari ke halaman parkir rumah sakit. Ia langsung masuk dan berlari menelusuri lorong rumah sakit sampai ia menemui ruangan itu lagi. Rachel terdiam sesaat, ia masih memandangi tubuh ibunya yang masih tak ssadarkan diri, tapi juga tak kunjung membaik. Seperti berada di antara hidup dan mati.
Rachel masih menatap lekat lekat sosok itu, sudah lama sejak ia tinggal bersama ibu baptisnya itu. Tapi semua itu seperti baru hari kemarin yang mereka lewati bersama. Umur benar benar sesuatu yang tak bisa di mengerti. Dengan cepat, Rachel yang dulu adalah gadis kecil dengan gigi ompong sekarang sudah bertransformasi menjadi wanita dewasa yang cantil. Ibunya yang dulu adalah wanita muda, kuat dan sangat lincah itu. kini sudah menua dengan beberapa helai uban di rambutnya.
“Rachel... “ Rachel langsung berbalik saat mendengar panggilan dari suara yang sangat ia kenal. Dion.
“Dion, ada apa ... ? “ Rachel mencoba berbicara dengan nada yang tegar, seolah tak ada yang eterjadi padanya.
“Aku baru saja menemui keluarga pendonor. Mungkin aku tak harus menceritakan ini, tapi janganlah terkejut. Aku tak tau harus berbuat apa jika kamu menjadi putus asa .... “
Rachel seperti bisa menangkap arti firasat buruk yang ia rasakan tadi. Ini adalah firasat buruk itu, “Ceritakanlah, ini tugasmu sebagai seorang dokter ... “ Rachel mencoba menahan suaranya yang pecah karena bergetar.
“Keluarga pendonor berubah pikiran, mereka tak mau mendonrorkan ginjal keluarga mereka ... “
Rachel begitu terkejut mendengar berita dari Dion, tak mungkin. Bagaimana mereka bisa dengan mudahnya membuat keputusan yang menyangkut nyawa oranglain, “Kenapa Dion...? apa alasan mereka berubah pikiran secepat ini ... ? “
Dion tampak ragu, ia seperti tak bisa menceritakan alasan sebenarnya. Tapi Rachel membutuhkan alasan sesungguhnya.
“Dengarkan aku baik baik Rachel, mereka ternyata membutuhkan uang lebih dari empat ratus juta, mereka membutuhkan tujuh ratus juta. Mereka akan merelakan tindakan operasi jika kamu mampu memberi uang sebesar itu ... “
“Tapi, Dion. Bagaimana mungkin, aku tak bisa memberikan uang sebesar itu “
“Semua pendonor tak bisa di temukan dalam waktu dekat, hanya pendonor itu yang menjadi kesempatan kita ... “
Rachel seperti tak melihat adanya harapan, ia tak bisa memikirkan jalan keluar lagi.