Sehari menjelang keberangkatan kami ke Singapura, Om mengirim pesan ke gue. Maaf Luna, terpaksa rencana kita ke Singapura ditunda dulu. Saya ada keperluan mendesak. . Sebel gak elo mendapat pembatalan sepihak gini? Begitu pula gue, sekaligus lega. Lega? Iya, sebenarnya gue khawatir Rafa, si supir kampreto itu bakal merecokin gue selama gue honimun sama Om. Bisa aja dia menggerebek gue trus mengancam yang enggak-enggak. Nah, karena sudah batal, dia gak punya kesempatan mengganggu gue dan Om. Tapi ternyata dia masih mengganggu gue dengan kehadirannya. Gue mendengus kasar saat menemukan sosoknya didepan pintu apartemen, di pagi hari. "Apa lagi? Jangan minta sarapan kemari! Gue gak punya!" sarkas gue. Alih-alih menjawab, dia mengangkat tentengan yang dibawanya. Seko