01 : Emang gue cewek matre, lo mau apa?
1436 Kata
Gue tau gue ternama. Di kampus ini, atau dimanapun penampilan gue akan mencuri perhatian. Jadi gak susah bagi gue menemukan gebetan baru. Gak salah kan kalau gue lebih selektif?
Berbeda dengan cewek pada umumnya yang mencari cowok dari parasnya yang ngejual, gue demen yang kantongnya penuh. Yup, percuma dah ganteng tapi kere. Gue gak bakal tertarik. Makin tebel kocek cowok, makin menarik ia di mata gue. Tapi bisa saja hati gue beralih bila ia mulai gak seroyal biasanya!
"Beb, plis lo bisa ngertiin gue kan? Ehmm, gue belum bisa beliin sepatu Jimmy Choo permintaan lo. Next month okey?" bujuk Rendy, salah satu cowok gue saat ini.
"Why? Why? Why?" tanya gue gusar.
"Pap ngeblokir kartu kredit gue Beb, gegara bulan lalu jebol limitnya. Tapi jangan khawatir, Mom lagi ngebujukin Pap. Paling bulan depan gue dah bisa pake lagi," jawab Rendy santai.
Bulan depan? Sepatu Jimmy Choo itu harus gue miliki saat ini! Weekend ini gue ketemuan dengan Cyndi cs, gue dah sesumbar mau pakai sepatu itu.
Aahhhh sebal!!
Gue jadi gak mood melayani si buncit Rendy. Iya dia itu udah tampang pas-pasan, perut segede gentong! Pas dompetnya ramah sih dia fine aja bagi gue, tapi kalau mendadak dompetnya ngempes gini jeleknya keliatan semua deh.
Jadi ilfill...
Gue ceples tangannya yang diam-diam merayap ke sela-sela rok mini gue. Plak! Dia kaget. Biasanya gue digrepe kek gimana juga diem atau malah ngerespon dengan senyum menggoda.
"Beb, kenapa?"
"No no no! Be polite, Buncit!"
Mata Rendy membelalak lebar, dia nyaris gak mempercayai pendengarannya.
"Bunbunbun ... cit?!" tanyanya gagap.
"Yup, Buncit! Kita bubay aja ya, gue eneg ngelihat lo!" jawab gue tegas.
"Ta.. tapi biasanya lo bilang suka gue apa adanya. Beb, lo bohongin gue?"
"Lo salah denger," kata gue sambil tersenyum culas," gue bilang gue suka lo ada apanya. Jadi berhubung dompet lo membisu gini, jadi kita udahan aja kaliii."
Mata Rendy membelalak lebar menatap gue gak percaya.
"Selama ini gue gak percaya orang bicara kejelekan lo. Mereka bilang lo matre, lo cewek bispak.. gue ngebelain lo Luna! Ternyata mereka betul lo betulan..."
"Emang gue cewek matre, lo mau apa?" tandas gue sinis.
Rendy menatap gue dengan mata berkaca-kaca.
Jangan tangisi cewek matre kek gue, Bebbbbb...mubazir!!
==== >(*~*)
Abis mutusin si Buncit, gue jalan sendirian ke komplek pertokoan elit. Ngelihat sepatu Jimmy chow inceran gue dari balik kaca etalase.
Wow kerennya! Pasti cocok banget gue pakai bersama dress mini gold Versace gue. Tapi kampret betul si buncit yang udah membatalkan janjinya ngebeliin sepatu inceran gue ini! Masa gue harus pakai sepatu lama gue? Cih, bisa kalah taji dong gue dengan Cleo, cewek matre yang suka sirik pada gue.
Cleo selalu menganggap gue saingan beratnya, berhubung cowok tajir inceran dia banyak yang berkiblat kearah gue. Yee salah doi, pakai pendekatan recehan gitu. Apa bedanya dia sama jalang di jalan, coba?! Kita emang cewek matre, tapi bukan murahan ya.
Gue bukan cewek bispak. Sekali lagi... gue matre, tapi bukan bispak! Sampai sekarang gue masih bisa jaga virgin gue. Meski gak muna, gue udah sering digrepe-grepe, gue juga beberapa kali petting, blow job, oral. tapi gak sampe intercouse lah. Masuk sampai dalam itu gue. Pokoknya yang itu tetap gue jaga khusus buat suami gue ntar. Gini-gini gue kan masih punya cita-cita punya perkawinan yang utuh dan bahagia.
Btw, masa gue harus ngelepas inceran gue si Jimmy Chow? Sayang banget. Hufffft, gue ngehela napas panjang.
Ikhlasin Luna, ikhlasin..
Gue baru berbalik saat ngerasa ada yang menatap gue intens. Deg. Cakep banget cowok ini. Dia tengah berdiri bersandar di besi pembatas jalanan sambil memandang gue dengan tatapan elangnya.
Ketampanannya elegan. Keren. Branded. Macho. Dia cowok muda kinclong yang tajir. Kapan lagi gue bisa dapat paket komplit sangat spesial kek gini? Ikan kakap nih!
Fishing time!
Gue tersenyum manis pada cowok itu.
"Kakak, apa kita saling mengenal?" tanya gue pasang aksi sok polos.
Cowok itu menatap gue agak lama, barulah ia ngejawab, "tidak!" Suaranya husky, seksi euyh.
"Oh, kirain... abis Kakak ngelihatnya gimana gitu," kata gue dengan gaya malu-malu meong. Udah gue bilang, pdkt gue alusan. Gak recehan kek w*************a seperti Cleo.
Cowok itu tetap pasang wajah cool, apa dia gak mempan terkena pesona gue?!
"Lo suka sepatu itu?" Dia menunjuk sepatu idaman gue dengan dagu machonya yang terbelah dua itu.
Ih gemas. Eh maksudnya apa nih? To the point banget, emang dia mau ngebossin apa?!
"Suka sih Kak, cuma..."
"Gak punya duit buat beli?!" sindirnya. Yaoloh, frontal banget nih cowok. Karakter khas cowok tajir yang gak suka berbelit-belit.
Gue mengangguk sambil tersenyum tanpa daya.
"Mau gue beliin?" tawarnya langsung.
Gue melongo saking kagetnya. Gak pernah ada cowok yang begitu frontal tanpa basa-basi kayak cowok ini.
"Ahhh, Kakak... ehmmm, gak usah re..."
"Gak usah berbelit-belit. Basi tauk! Gue juga gak suka repot. Lo masuk duluan, pilih dan segera transaksi. Ntar gue nyusul." Cowok itu menginstruksikan dengan lagak big bossnya.
Sungguh, gue baru sekali ini bertemu cowok model gini. Dia jutek, tapi seksi. Ah, yang penting dia tajir!
Cowok itu melambaikan tangannya, mengkode gue supaya masuk toko sepatu elit itu. Gue pun masuk dan langsung menunjuk sepatu yang gue incer. Trus transaksi. Pasti cowok itu gak suka nunggu terlalu lama, jadi begitu dia masuk tinggal ngelunasin. Selesai.
Pramuniaga toko menunggu dengan sabar, setengah sabar, dibatas sabar.... tak sabar lagi!
"Mbak jadi beli sepatu ini enggak sih?! Ini saya sudah nunggu setengah jam loh, masak belum dilunasi juga?" katanya gusar.
"Aduh Mbak, sabar napa?! Gue juga lagi nungguin teman yang janji ngebayarin tadi."
"Bayar sendiri dulu saja, abis itu situ itungan sendiri sama TEMANNYA!"
Njirrr, sekarang si Mbak menatap gue kek gue ini p***k saja. Sial, gue mana ada duit buat bayar sepatu mahal kek gini!
"Ehm, Mbak, bisa dibatalin transaksinya?" pinta gue menebalkan muka. Astaga malunya! Gue bersumpah tak akan kembali ke toko ini!
Mbak itu ngelirik gue sadis. "Maaf Mbak. Gak bisa. Itu label sepatu sudah dicopot. Mbak juga memakai sepatu ini sejak setengah jam lalu," katanya tegas.
Mampus gue. Apes bener gue hari ini. Cowok sialan itu! Dia dah nipu gue mentah-mentah! Awas kalayu ketemu, gue kebiri dia hidup-hidup!!
"Ehmm, plis Mbak. Saya gak bawa duit sebanyak itu, bagaimana? Atau boleh dicicil?" gue berusaha negosiasi dengan wajah memelas.
"Tidak. Mbak mau mempermainkan kami?! Mau nipu ya?! Maaf terpaksa kami akan perkarakan kasus ini ke kepolisian!"
WHAT?!!
Enyakkkk!! Kenapa jadi begini?! Masa cewek seimut gue dipenjara gegara si Jimmy Chow?! Ngebayangin seremnya kehidupan di penjara, melelehlah airmata gue. Tanpa malu, gue menangis didepan si Mbak untuk mengemis belas kasihnya.
Huaaaaa...
"Dik, kenapa menangis?" terdengar suara maskulin yang datang menyapa gue.
Gue yang sedang menunduk cuma bisa melihat sepatu hitamnya yang mengkilat. Kalau gak lagi jiper pasti gue interest banget sama pemilik sepatu mahal ini. Tapi kini gue tengah ketakutan terancam di penjara.
"Om, hik.. hik.. saya ditipu. Teman saya meminta saya membeli sepatu Jimmy Chow ini, dia bilang ntar dia yang bayar. Ternyata, ternyata dia kabur. Huaaa..... huaaa.."
Airmata gue mengucur deras hingga ngebasahin sepatu mahal si Om. Gue terlalu asik nangis, hingga tak tahu si Om menarik si Mbak menjauh. Beberapa saat kemudian si Mbak ngehampirin gue sambil menyerahkan kotak dus berisi sepatu Jimmy Chow yang tadi gue pilih.
"Apa ini maksudnya?" tanya gue bingung.
"Kamu beruntung. Pria tadi membayar sepatu kamu!"
Gila!! Dia bayar lunas sepatu tujuh jeti hanya gegara tangisan memilukan gue?! Sinterklas bener si Om!
"Ma-mana si Om tadi?" tanya gue penasaran.
"Dia baru saja pergi."
Gue bergegas lari keluar toko untuk mencarinya. Kemana dia? Lalu pandangan gue tertuju pada pria yang baru memasuki mobil Lhamborgini.
"Om! Om!" teriak gue sambil berlari mendekatinya.
Dengan napas ngos-ngosan, gue berkata padanya, "makasih hah... hah. . buat.... Jimmy Chow... nya... hah... hah...."
Deg.
Gue terpaku menatap si Om. Dia menatap gue dengan mata elangnya. Begitu macho, berwibawa dan maskulin. Belum pernah gue menemukan pria dewasa yang setampan dan semenarik dirinya!
Oke, gue emang matre. Tapi selama ini gue ngehindarin yang namanya om-o*******g. Bukannya apa yang model gitu kan lebih sulit dikendaliin daripada yang muda. Gue takut kebablas. Gak bisa ngejaga permata eh virgin gue. Lagian gue juga ngehindarin image cewek yang biasa dibawa Om-o*******g! Bersama cowok-cowok yang sebaya gue kan kesannya lebih smooth gitu, gak recehan banget! Tapi Om satu ini berhasil meruntuhkan prinsip gue itu. Saat ini juga gue pengin menjadikannya sasaran gue!
Dia sangat indah dan karismatik!
"Dek... dek..." Dia melambaikan tangannya didepan wajah gue yang lagi mode bengong on.
Ctek!
Dia menjentikkan jarinya hingga bikin gue tergagap.
"Om.. om, om namanya siapa?! Mau jadi pacar gue, Om?!" cetus gue diluar kesadaran gue.
Jiahhhhhhhhh!!
Kenapa gue langsung nekat nembak dia?! Ini sudah bukan cuma receh!! Ini obral gede-gedean harga diri gue! BIG SALE!
==== >(*~*)
Bersambung
- Penulis
