Adam terus melangkah menjauh, satu tujuannya saat ini adalah tempat dimana Hans berada. Dia tidak ingin sendiri, karena kesendirian membuat otaknya menggila. Adam butuh teman untuk berbicara, dia juga takut kalau imajinasi dan depresinya akibat gagal menjadi penulis yang famous.
“Aku tidak gila, mereka ada di sana. ada banyak orang di rumah itu,” gumamnya. Ini memasuki minggu kedua, tapi Adam sudah separah ini, dia merasa tidak percaya pada rumah itu. Jika saja dia memiliki pekerjaan baru, maka Adam akan meninggalkannya. Hanya saja dia bertahan dengan alasan uang karenanya.
“Aku pernah ke hutan ini, dan aku yakin tempat itu ada di sekitar sini,” gumamnya sambil melangkah dan mengedarkan pandangan. Adam pernah masuk ke dalam hutan, dimana dia dengan teman temannya pernah berhenti di sebuah pos penjaga hutan saat itu.
Sampai akhirnya mata Adam melihat apa yang dia cari selama ini, dia melangkah semakin cepat kesana dengan tergesa gesa. Sebuah rumah kayu kecil yang menjadi pos penjaga hutan, dimana Adam mengetuk pintu berulang kali. Sayangnya tidak ada jawaban sama sekali, yang mana membuat Adam menghembuskan napasnya kesal. Dia mengintip ke dalam jendela, tapi tidak mendapatkan siapapun di dalam sana.
“Kemana orang orang ini? apa mereka sedang berkeliling hutan?” gumamnya.
Namun, entah karena sugesti atau apapun itu, Adam merasa lebih aman berada di tempat ini daripada villa di sana. padahal pos penjaga ini berada di tengah hutan, dimana mana pohon berbeda dengan Villa yang masih bisa menyajikan pemandangan luas di bagian danau.
Adam mengerutkan keningnya saat melihat ponselnya, tidak ada sinyal sama sekali di sini. Yang mana membuatnya memilih untuk duduk dan menunggu sendirian. Sampai akhirnya kantuk melanda, Adam pun memejamkan mata dengan perlahan sampai akhirnya benar benar tidur di kursi yang ada di beranda depan pos.
Satu jam..
Dua jam…
Adam tiba tiba terbangun saat merasakan kalau tubuhnya tiba tiba ditarik ke belakang. Dia kaget melihat sekitarnya gelap. Ini sudah malam, dan tidak ada cahaya sama sekali.
“s**t, jam berapa ini?” gumam Adam mengeluarkan ponselnya, dia menjadikan bend aitu sebagai senter. “Ini baru jam enam sore, kenapa sudah segelap ini?”
Sayangnya, tidak ada listrik di pondok ini, pencahayaan biasanya dari obor kaca. Namun, Hans tidak ada hingga tempat ini tidak menyala. Adam ingin masuk ke dalam pos, tapi pintunya tetap terkunci.
“Kemana pria tua itu?” gumamnya kesal. Tidak mungkin Adam kembali ke villa di malam yang gelap ini, dia khawatir ada makhluk buas apalagi jaraknya membutuhkan waktu sekitar 30 menit berjalan kaki. “Kenapa dia tidak kunjung kembali.”
Adam memastikan kembali ponselnya, tidak ada sinyal dimana dirinya tidak bisa menghubungi Hans. “Aku tidak mau kembali sekarang, ini terlalu gelap.”
Matanya mengedar ke sekitar hutan, dimana terdengar suara suara hewan malam yang terdengar mengerikan. Adam menelan salivanya kasar, ternyata tempat ini sama menyeramkannya seperti villa di sana.
“s**t! Ada apa dengan penunggu tempat ini? kenapa mereka semua pergi?”
Sampai Adam tau kalau setiap tempat pasti memiliki pintu belakang. Itulah yang membuatnya memilih untuk memutar ke belakang, berusaha masuk ke dalam pos untuk menyalakan perapian dan tidur dengan tenang di sana, terlebih lagi sekarang Adam merasa lapar.
Namun, langkahnya terhenti saat Adam melihat seorang perempuan yang duduk di depan pintu belakang. Rambutnya terurai menutupi seluruh badannya.
“Hallo? Siapa kau?” tanya Adam kembali melangkah mendekat dengan perlahan. “Aku hendak masuk, bisa kau menyingkir dari pintu? Tolong?”
Bukan jawaban yang didapatkan, melainkan geraman. Sosok itu menggeram dan membuat Adam kembali menghentikan Langkah.
“Kembali….,” ucapnya lirih.
“Apa?”
“Kembali… tolong…”
“Kembali ke mana? Apa kau tersesat? Makannya datang ke sini?” adam mencoba berfikiran positive walaupun pada kenyatannya dia benar benar takut dengan sosok ini. mengerikan dan juga bau amis. “Penjaga pos di sini memang sedang pergi. kau tersesat ya? Kau datang bersama dengan siapa?”
“Kembali… villa… tolong kami.”
“Apa? Aku tidak paham.”
“AKU BILANG TOLONG KAMI!” teriaknya kemudian menerjang Adam dan menggigit wajahnya dengan ganas.
“AAAAA!” pria itu mencoba meloloskan dirinya dari Wanita berwajah hancur, tapi tubuhnya tidak bisa digerakan. Adam merasakan kulit pipinya terluka akibat gigitan makhluk ini.
“Hahahaahahah! TOLONG KAMI! TOLONG KAMI!” teriaknya mengeluarkan lebih dari satu suara dari dalam mulutnya.
“AAAAA!” adam semakin panik saat sosok itu menjauhkan wajahnya, hingga Adam bisa melihat dengan jelas bagaimana kedua mata perempuan itu berjatuhan mengenai dirinya, disusul dengan air liur hitam yang keluar dari mulutnya. “AAAAA! TOLONG!”
“HAHAHAHAAH!” kembali tertawa dengan mengeluarkan lebih dari satu suara dari mulutnya.
**
**
“AAAAAA!” teriak Adam membuat beberapa orang yang baru saja sampai di pos penjaga itu langsung panik, mereka berlari mendekati pria itu dan membangunkannya dari tidur.
“Hei, Nak. bangun, kau ini kenapa? bangun.”
“Tampar saja supaya dia bangun.”
“Apa? Lebih baik mengguyurnya dengan air.”
“lakukan kalau begitu.”
Salah satu dari mereka mengambil air dan menyiramkannya pada Adam yang masih berteriak. Hans hanya melihatnya dari kejauhan bagaimana anak itu terlihat kaget saat wajahnya basah. Dia bangun, dan salah satu penjaga langsung berkata, “Kau baik baik saja? sejak kapan kau ada di sini?”
Adam langsung mengedarkan pandangannya, melihat matahari yang belum terbenam, semuanya masih terang. Jadi, tadi hanya mimpi?
“Maaf menyirammu, kau tidak mau bangun sejak tadi. Apa yang kau lakukan di sini?”
“Aku mencari Hans.”
“Oh, itu Hans di sana,” ucap salah satu dari mereka, tapi keningnya kembali berkerut saat tidak mendapati Hans di sana. “Ya ampun, sepertinya dia langsung ke belakang untuk menata kayu. Pergilah ke sana. dan keringkan wajahmu.”
Adam menerima handuk itu dan mengeringkan wajahnya yang disiram air. Jujur saja, dia merasa kalau apa yang dia lihat sebelumnya itu merupakan kenyataan, begitu mengerikan dan membuatnya takut sekarang ini. wajah perempuan dalam mimpinya hancur, banyak darah di mana mana dan juga bau amis yang menyengat. Bahkan Adam sendiri masih mengingat bagaimana aroma dari tubuh Wanita mengerikan itu.
“Hei, Hans ada di sana. bukankah kau ingin menemuinya?”
Adam mengangguk dan segera bangun dari duduknya. Saat hendak melangkah ke belakang pos, jantungnya berdetak kencang. Dia takut bertemu dengan sosok aneh itu lagi.
“Kenapa kau ke sini?”
“Ingin menemuimu,” ucapnya berhenti melangkah menatap pria yang sedang memotong kayu. Sesekali matanya menatap ke samping, dimana pintu belakang pos tempat Adam menemukan perempuan berambut Panjang.
“Ada apa?” tanya Hans tanpa menghentikan kegiatannya.
“Ada yang salah dengan villa itu. Itu adalah villa yang mengerikan. Aku pikir, aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi di sana.”
“Kau ingin berhenti?”
“Bukan begitu maksudku, aku ingin punya teman di sana, setidaknya berikan aku seseorang untuk menjaga villa itu juga.”
“Kau mau berbagi ranjang dengannya? Berbagi gaji? Belum lagi berdebat dengan orang itu karena mungkin ada ketidaksepahaman?” tanya Hans menghentikan Gerakan memotong kayu, dia menatap Adam yang wajahnya terlihat mengerikan karena penuh dengan ketakutan. “Kau menginginkan semua itu?”
“Aku pikir, aku tidak masalah dengan itu.”
“Tapi sayangnya pemilik pondok itu tidak mau banyak pekerja di sana, mereka hanya ingin satu. Jika kau tidak mau, aku bisa mencari yang lain. Tapi gajimu minggu ini harus dikembalikan, karena kau belum bekerja dengan benar, termasuk dengan bonus bonus.”
“Bukan begitu,” ucap Adam panik.
“Lalu?”
Adam menghembuskan napasnya kasar. “Aku hanya merasa asing saat berada di sana, aku selalu berhalusinasi kalau di sana banyak orang, dan banyak sekali suara, kadang barang barang milikku pindah sendiri. tempat itu mengerikan, aku rasa….,” ucapannya menggantung menatap Hans dengan ragu ragu.
“Kau pikir tempat itu berhantu?”
Adam menelan salivanya dan mengangguk. “Tempat itu sudah tua bukan? mungkin memang berhantu, dan penunggu di sana menggangguku. Aku tidak suka mereka menggangguku seperti itu, tolong aku. aku yakin ada yang salah dengan mereka. apa penjaga sebelumnya juga merasakan hal yang sama.”
“Dengar, Adam. Kau bisa menemui penjaga sebelumnya, dia bekerja di kedai roti terdekat dari arah selatan, tepat di pinggir jalan raya. Tanyakan pada dia apa yang terjadi di sini.”
Adam menarik napasnya dalam. “Tapi, akku merasakan ada yang aneh dari tempat itu, aku yakin itu makhluk lain.”
“Adam, kau itu penulis. Dan apa yang penulis lakukan? berimajinasi, jadi hal hal mengerikan itu berasal dari imajinasimu, dari khayalanmu.”
Saat Adam hendak menjawab, penjaga pos lain lebih dulu memanggil dari dalam. “Hei! Kemarilah! Ayok, makan malam dulu. Anak muda, kau juga ikutlah, ayok ke sini.”
“Ayo makan dulu, kau tidak sehat,” ucap Hans melangkah lebih dulu lewat pintu belakang.
Adam menarik napasnya dalam, dia terpaksa melangkah menuju pintu itu juga. Tapi dia berhenti sejenak tatkala melihat cairan merah seperti darah di tempat dirinya digigit dalam mimpi. Ini darah segar, dan darah milik siapa ini?
Pertanyaannya, kenapa dia mulai merasa keanehan saat masuk ke dalam hutan ini? kepalanya terasa diisi oleh banyak bisikan mengerikan saat dirinya tidak bicara. Sama seperti sekarang
“Berhenti, keluar dari telingaku,” ucap Adam berkali kali.
Membuat temannya Hans terdiam dan mengerutkan kening. “Hei, kau baik baik saja, anak muda?”