Sekar dibawanya ke atas rooftop dan si sana ada kedua orang tuanya Saka sudah menunggu. Sekar baru tahu kalau diatas gedung kantor milik Global itu dibangun sebuah kafe yang terlihat sangat unik. "Sekar?" perempuan setengah baya yang pernah menjadi mertuanya itu memeluk Sekar hangat. "Apa kabar sayang?" tanya nya cemas.
Sekar membalas pelukan itu lembut. "Aku baik sekali, mah. Mamah sendiri apa kabar?" tanya Sekar balik, lalu mereka melepas pelukannya. "Mamah baik sekali, tapi mamah sangat kangen sama kamu." mantan mertuanya Sekar mengajak nya menemui mantan ayah mertuanya yang saat ini terlihat sedang mengobrol dengan seorang lelaki tampan memakai seragam hitam putih. Lelaki itu terlihat melirik Sekar untuk beberapa saat, kemudian mengobrol kembali bersama pemilik Global itu. Lalu terlihat Saka menghampiri keduanya dan ikut mengobrol.
Sekar masih bersama mamah mertuanya ikut menghampiri. "Pah, ada Sekar!" ujar sang mamah nya Saka pada suaminya.
"Eh, apa kabar?" tanya papahnya Saka. Lalu Sekar menyalaminya. "Baik, Pah. Papah sendiri apa kabar?" tanya Sekar balik.
"Papah sudah tua, dan kamu harus jagain Papah!" ucap Papahnya Saka, terlihat senang. Membuat Sekar tersenyum kikuk. Ia melirik Saka yang seolah ingin mengatakan kemenangannya. Seolah Sekar tidak akan bisa menolak semua yang dikatakan oleh mantan ayah mertuanya itu.
"Iya, Pah," ucap Sekar hanya berbasa basi.
"Ayolah, enggak usah ngerasa asing sama kami." Ajak mamahnya Saka. "kita udah nunggu ini lama sekali. Kami ingin kembali seperti dulu." ungkapnya.
Sekar duduk di samping mantan Mamah mertuanya itu. Lalu papahnya Saka duduk di depannya mamah mertuanya. sedangkan Saka duduk di depan nya Sekar. Sehingga Sekar bisa melihat tatapan lelaki itu padanya. Tatapan yang menyiratkan bahwa Saka hanyalah Saka yang berhak menang di sini. Hanyalah Saka yang bisa mengendalikan Sekar. Dan sekar tidak akan pernah bisa pergi meninggalkan dirinya. Lalu si lelaki yang memakai baju kemeja putih berlengan panjang itu ijin pergi entah kemana.
"Jadi kamu sekarang tinggal di mana? Mamah enggak nemuin kamu, pas ke rumah orang tua kamu. Bahkan mereka tidak tahu tentang kamu. Mereka bilang kamu tinggal di kontrakan. Tapi kenapa sayang?" Mamahnya Saka terlihat sangat cemas.
Sebelum menjawab, Sekar melirik Saka yang memang tidak berhenti menatapnya. "Aku memang enggak tinggal sama mereka, Mah. Setelah malam di mana Saka nalak aku. Aku enggak mau nemuin siapapun lagi yang ada hubungannya dengan Saka." jelasku.
Dan karena jawabanku itu, Saka terlihat menunduk. Sedangkan kedua orang tuanya menatap lakinlaki itu dengan tatapan kesal.
"Mamah sangat menyesal sekali sayang. Mamah sudah memberi hukuman pada anak itu!" ucapnya dengan melirik Saka. Dan yang di lirik itu, dia masih saja menunduk.
Sekar sebenarnya tidak pernah mengharapkan ini. Ia tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh kedua orang tuanya Saka. Namun jika mereka melakukan itu, mereka menghukum Saka bahkan dengan mencopot semua harta warisannya dulu. Itu tidaknya sedikit menghibur sekar. Namun tetap saja Sekar tidak mendapatkan apa apa.
"Begini sayang, banyak sekali yang ingin mamah tanyakan sama kamu, mengenai anak yang selalu kamu bawa ketika pergi ke Mal!"
Deg!
Anak?
Mendengar mertuanya menyentuh anaknya. Kedua tangannya Sekar gemetar. Dan itu jelas tertangkap oleh kedua mata gelap yang menawan itu. Lelaki itu menanggapinya dengan meminum air yang ada di depannya. Namun tatapan lekatnya terus mengunus Sekar. Seolah tidak mau kehilangan momen di mana perempuan itu berinteraksi.
"Mamah menemukan ini! Maaf, mamah selalu ikutin kamu diam diam!" mertuanya mengeluarkan photo Starla yang sedang ia gendong ketika Sekar pergi ke Mal. Dan karena hal itu, membuat Sekar semakin panik.
"Sayang, kalau itu anak Saka. Mamah mohon sama kamu, Mamah mau--"
"Maaf, Mah, Pah. Aku permisi dulu!" Sekar tiba tiba berlari dan meninggalkan mereka. Membuat Saka segera mengikuti dan mengejarnya.
"Sekar!" teriak Saka. Sedangkan kedua orang tuanya hanya terdiam saling menatap bingung.
***
Di dalam lift, Sekar menangis dan memeluk tubuhnya sendiri. Ia sungguh takut kedua orang tuanya Saka mengambil Starla. Ia yang membesarkan dan merawatnya sendirian. Ia juga yang mengandungnya sembilan bulan. Ia bahkan mengalami masa ngidam itu sendirian. Bagaimana tersiksanya di sebuah kosan kecil. Bagaimana ia mengalami mual muntah sendirian. Lalu bagaimana ia mengalami sakitnya disaat ia kontraksi sendirian. Tidak ada satu pun keluarganya yang tahu untuk semua penderitaan itu. Hanya Sekar yang mengalaminya sendirian. Namun Sekar tidak menyesali semuanya, ia bahagia bisa mengalami hal itu dan menjadi seorang perempuan yang sempurna. Namun jika saat ini ada orang yang mengganggu dirinya dan Starla. Maka Sekar tidak akan pernah membiarkan itu. starla hanya miliknya saja.
"Starla ...," Sekar meraung sendirian di dalam lift itu. Ia sungguh sangat ketakutan. Sampai lift terbuka, ia segera keluar dan berlari sekuatnya. Namun tiba tiba saja ia menabrak seseorang. Dia lelaki yang bertemu dengannya di atas tadi. Laki laki yang mengobrol dengan Ayahnya Saka.
"Eh, Mbak yang tadi kan?" tanya nya sopan.
Sekar mengangguk dengan wajah ketakutan. "Tolong saya! Tolong sembunyikan saya!" Dia kembali menangis. Membuat laki laki itu terlihat bingung. "Mbak kenapa? ada yang ngejar? apa saya harus telpon Pak Sa--"
"Jangan tolong! Jangan kasih tahu Saka kalau saya di sini!" Sekar menyatukan kedua tangannya terlihat sangat memohon. Dan lelaki dengan wajah tampan dan kedua mata gelap menyejukan itu, terlihat menimang nimang sesuatu. Lantas ia pun membuka pintu prakteknya sebagai Dokter, karena kebetulan Sekar menabraknya ketika lelaki itu keluar dari ruangannya.
"Baiklah, silahkan masuk!" dia mempersilakan, membuat Sekar segera masuk. Dan berselang beberapa detik dari itu. Sekar mendengar sesuatu.
"Dokter, Adrian!" itu suaranya Saka. Sepertinya laki laki itu sudah sampai.
"Eh, Pak Saka? ada apa Pak?" tanya Dokter yang bernama Adrian itu.
"Dokter melihat istri saya?" tanya nya.
Istri?
Sekar memejamkan kedua matanya kesal. Jadi Saka mengakuinya sebagai suaminya di depan Adrian? sungguh menggelikan.
"Oh, saya tidak melihatnya."
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu." Sepertinya mantan suaminya itu sudah tidak ada. Sehingga Adrian pun masuk ke dalam menemui Sekar yang duduk di atas lantas dengan memeluk tubuhnya sendiri.
Lelaki itu menghela napas."Duduk di sini yuk, di sana dingin." ajaknya.
"Di-dia sudah pergi kan?" tanya Sekar masih belum tenang.
Adrian mengangguk."Iya, Mbak baik baik saja?" tanya nya.
Sekar mengusap rambut dan wajahnya yang pasti terlihat sangat berantakan. "Aku enggak mau mereka mengambil anaku, Dokter. Aku yang mengurus dan melahirkannya sendirian. Aku ..." entah kenapa perempuan itu menangis di sana sejadi jadinya. Membuat Adrian segera mengunci pintu dari dalam. Kemudian menghampiri Sekar.'
"Saya mengerti sekali, ayo ke sini. Mbak duduk di sini ya...," Adrian membantu Sekar bangun dan duduk di atas sopa empuk. "Mbak akan baik baik saja di sini, Mbak jangan harus tenang ya ...," lelaki itu terlihat membuka botol air mineral dan memberikannya padanya. "Minum dulu, Mbak." katanya.
Sekar masih saja menangis, bahkan tubuhnya kini gemetar. "Starla miliku! Starla hanya milikku!" Dan perempuan itu malah histeris. Membuat Adrian semakin bingung. Dan sepertinya tidak ada yang bisa ia lakukan. Selain membawa perempuan yang ternyata berwajah jelita itu ke dalam dekapan dan menenangkannya. "Maafkan saya, Mbak." ucapnya sungkan. Namun entah apa yang terjadi. Tangisan Sekar perlahan reda, kemudian perempuan itu terkulai lemas.
Adrian menghela napas lega, namun juga cemas. "Dia pingsan ...," gumamnya.