BAB 8. Dia Benar-Benar Mabuk

1076 Kata
Glenn menoleh, dia terdiam beberapa saat. “Zara?” desisnya. Ternyata tidak hanya Zara yang terpukau dengan penampilan Glenn. Namun pria itu begitu terkesan melihat Zara yang sangat cantik memakai gaun pilihannya, dipadukan dengan riasan yang tidak terlalu tebal tapi terlihat segar. “Kamu cantik sekali, istriku.” Sontak Zara menghentikan langkahnya dan wajahnya langsung tegang. Dia teringat kata-kata Vince soal rayuan itu. Detik kemudian Glenn terkekeh geli melihat reaksi Zara seperti itu. “Kamu cantik sekali, istri palsuku. Itu maksudku. Ya sudah, ayo kita berangkat.” Glenn berjalan keluar diikuti Zara. Mereka memakai salah satu mobil mewah milik Glenn. Glenn mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, dan sesekali masih sempat dia melirik Zara yang tegang lalu mentertawakannya. Glenn terlihat senang sekali menggoda Zara. Mereka sampai di Hotel Shangri-La jam delapan kurang tiga menit. Glenn menyodorkan lengannya untuk menggandeng Zara. “Ayolah, kita harus cepat. Kalau kamu tidak berpegangan padaku, kamu bisa terpeleset di tengah lobi hotel, mau?” Zara mendengkus kesal dan merutut sepatu hak tingginya di dalam hati. Dengan ragu tangan kirinya melingkar pada lengan Glenn yang kekar. Begitu sampai di restoran di dalam hotel itu, mereka segera menuju meja yang telah dipesan Glenn sebelumnya. Tidak lama kemudian, Mr. Ahn datang bersama dengan istrinya. Mereka berdua bisa berbahasa Indonesia tapi tidak terlalu lancar. Jadi Glenn lah yang lebih banyak menggunakan bahasa Korea saat mengobrol dengan mereka. Sedangkan Zara lebih banyak diam dan ikut tersenyum saja. Setelah menyantap makan malam, Mr. Ahn tampak memesan sesuatu pada pelayan. Tidak lama kemudian tiga botol soju disajikan di atas meja. Zara mulai cemas. Dia khawatir Glenn akan mabuk. Beberapa kali Zara ditawari untuk mencoba soju oleh Mr. Ahn,tapi dia selalu menolak. Zara hanya menghabiskan minumannya sendiri perlahan sambil terus memperhatikan suami palsunya. Kekhawatiran Zara terjadi, Glenn terlihat mulai mabuk. Dan lebih parah lagi Mr. Ahn. Kolega dari Korea Selatan itu sampai harus dibopong oleh dua orang pelayan pria untuk sampai ke mobilnya. Sedangkan istrinya dengan tenang berjalan di belakang Mr. Ahn. “Glenn, apa kamu bisa berjalan sendiri ke mobil?” tanya Zara dengan kening mengernyit. Glenn tergelak. “Tentu saja aku bisa. Memangnya aku anak kecil?” Dua langkah, tiga langkah, Glenn terhuyung lalu tersandung kakinya sendiri. “Glenn!” seru Zara lalu menangkap tubuh kekar Glenn sebelum pria itu terjengkang ke lantai. Dengan terpaksa Zara membopong Glenn untuk sampai ke mobil. Seorang pelayan pria menawarkan bantuan tapi justru didorong oleh Glenn. “Pergi kau! Jangan sentuh aku kecuali istriku yang cantik ini!” Zara memutar kedua bola matanya dengan malas. Ingin rasanya dia memberitahu pelayan itu kalau dia bukan istri sungguhan. Susah payah Zara membopong tubuh berat Glenn hingga masuk ke mobil di kursi belakang. Zara memindai keadaan sekitar, area parkiran tampak sepi, karena mungkin sudah jam sepuluh. Dilihatnya Glenn terbaring dengan pasrah di kursi belakang. Zara akhirnya merogoh saku celana Glenn dan mengambil kunci mobil. Dia menyetir mobil dengan kecepatan lebih tinggi dibandingkan saat tadi Glenn yang menyetir. Hanya butuh waktu lima belas menit bagi Zara untuk sampai di mansion. Seorang security di pos depan segera membantu memapah Glenn setelah tahu sang bos pulang dalam keadaan mabuk, seperti biasa. Glenn dipapah sampai ke kamarnya di lantai dua. Zara sudah akan meminta bantuan security itu untuk sekalian menggantikan pakaian Glenn, tapi untung saja dia langsung teringat jika semua pekerja di mansion ini tahunya dia adalah istri sah Glenn. Akhirnya Zara terpaksa masuk ke kamar Glenn yang sangat monokrom itu. Kira-kira hanya ada warna hitam, abu tua, dan beberapa bagian tampak menonjol dengan warna gold yang mewah. Zara tidak ingin membuang waktu, segera dia berjalan ke ruang walk in closet. Lalu mengambil sepasang piyama di tumpukan teratas. Yang juga berwarna gelap. Dia kembali ke tempat tidur lalu meletakkan piyama di atas kasur. Gadis itu mendekati wajah Glenn yang seperti orang pingsan, dia menggoyangkan tangannya di atas wajah Glenn beberapa kali. Setelah yakin Glenn memang sudah tertidur pulas karena mabuk, Zara mulai menjauh dari Glenn. Lalu dia berjalan mengelilingi kamar dengan perlahan. Memindai apa saja yang menarik perhatiannya. Pertama Zara melepaskan sepasang sepatu Glenn lalu melemparkan begitu saja ke lantai. Kemudian barulah mulai melucuti pakaian Glenn satu-persatu. Tentu saja tidak termasuk pakaian dalamnya. “Ohh … umm sedang apa … kamu?” racau Glenn dengan matanya yang terbuka sebentar saja, lalu tertutup kembali karena begitu berat. Kedua tangannya memegang kepala yang terasa pusing. Zara hanya mendelik galak pada Glenn, dan dia tidak mau menjawab apapun. Bahkan dia tidak ingin Glenn menyadari kalau dirinya yang akan menggantikan pakaian. Zara mengambil sepasang piyama di sebelah Glenn. Lalu dia mulai meraih tangan kanan Glenn dan berusaha memakaikan baju. Namun tanpa diduga, tangan Glenn justru menepis dengan cukup kencang sehingga baju tersebut jatuh ke lantai. “Glenn!” seru Zara kesal. Glenn yang samar mendengar suara Zara, berusaha membuka kedua matanya kembali. “Hai Sayang,” ucapnya lemah. Dia berusaha bangkit dari posisi rebahan. “Diam, Glenn! Aku akan pakaikan kamu baju tidur kalau kamu bisa diam dan berbaring saja! Kalau tidak aku akan pergi sekarang juga!” ancam Zara dengan kedua mata melotot. “Sayang, kenapa kamu … ahh galak sekali? Kamu cantik … tapi kok … galak? Aku suka gadis galak. Karena … karena lebih menggairahkan … daripada gadis penurut!” Glenn kini sudah benar-benar duduk di tepian tempat tidur. Meskipun badannya masih tampak sempoyongan. Sesekali dia tersenyum sambil melihat ke arah Zara yang berdiri di hadapannya. Kedua bola matanya begitu sayu dan agak merah. Zara pikir, Glenn sudah lebih baik dari tadi, karena sudah kuat untuk duduk seperti itu. Dan juga Glenn tidak menurut padanya. Maka akan dia tinggalkan saja pria itu dan mengurus dirinya sendiri. “Itu baju tidurmu! Pakai sendiri! Aku juga mau istirahat.” Zara sudah akan pergi dari sana. Namun tanpa diduga tangan kanan Glenn menarik tangan kiri Zara dengan kencang, sehingga gadis itu tersentak dan tidak sempat mengerem badannya. Lalu tangan kiri Glenn bertumpu pada punggung bawah Zara dan mendorong ke arah dirinya. Sehingga dalam hitungan detik, tubuh ramping Zara menabrak tubuh Glenn. Tentu saja Glenn tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia merobohkan badannya sendiri ke kasur, sehingga kini posisinya berbaring telentang dengan Zara menimpa tubuhnya. Glenn tersenyum senang sekali, apalagi dia hanya sedang memakai celana dalam saja, gairahnya menggebu kepada Zara. Tanpa pikir panjang Glenn langsung memajukan bibirnya untuk mengecup bibir ranum Zara. “Stop, Glenn!” Zara berontak dengan sekali sentakan. Tangan kanannya berhasil bebas dan terangkat tinggi di udara. Dia sudah akan meninju wajah tampan Glenn yang m***m. “Zara!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN