Part 03

1163 Kata
Sudah beberapa minggu ini Daniel tidak bisa tidur dengan tenang. Selain karena Noah yang terbangun tengah malam untuk ganti pampers atau kehausan, Daniel juga tidak bisa tidur memikirkan siapa ibu dari Noah. Berulang kali ia mencoba mengingat wanita mana saja yang sudah ia tiduri tapi tidak ada satupun yang dia ingat. Sial. Semua itu berimbas kepada kinerjanya di Restoran. Pernah sekali Faisal menemukan Daniel tidak fokus dan salah saat membuat pesanan costumer. Ia mengomel panjang lebar dan meminta Daniel mengulang pesanan yang sudah dipesan oleh pengunjung restoran. "Elo kacau, Bro! Bisa bisanya Head Chef salah bikin pesanan pengunjung. Biasanya elo yang ngamuk kalau ada anak buah lo yang bikin salah. Nah ini elo sendiri. Kalau kayak gini terus lama-lama Restoran ini bisa bangkrut." Omel Faisal. "Sorry." Hanya itu yang bisa Daniel ucapkan. "Kepala gue lagi bercabang banyak." "Mendingan elo pulang lebih awal, Niel." Daniel menatap Faisal. "Bukan maksud gue ngusir elo. Tapi kayaknya elo butuh pulang lebih awal terus istirahat. Biar besok elo bisa kerja dengan otak yang lebih waras." Faisal menepuk pundaknya. "It's ok. Saran lo gue terima. Gue balik dulu ya. Gue titip Restoran sama lo. Kalau ada apa-apa telpon gue." "Beres." Daniel pulang lebih awal. Ia menyerahkan urusan restoran kepada Faisal sang manager. Ia sengaja pulang lebih awal karena ada janji bertemu dengan seorang kawan lamanya. Tak lama ia pun tiba di sebuah komplek perumahan mewah di kawasan Pondok Indah. Kedatangan Daniel disambut oleh seorang pria muda yang langsung membawanya menuju sebuah ruangan minimalis. "Tunggu sebentar ya Pak. Pak Arthur sedang rapat. Sebentar lagi selesai. Beliau meminta saya membawa Bapak menunggu beliau di ruang kerjanya." "Ok. Thanks." Pria itu pergi meninggalkan Daniel dan tak lama kembali membawa minuman dan camilan. Daniel menunggu kedatangan Arthur untuk membantu permasalahannya ini. Disaat kalut seperti ini otaknya memang sulit untuk dipakai berpikir. Beruntunglah ia teringat kepada Arthur Jordan yang bisa membantunya memecahkan permasalahannya. Tak lama Arthur pun tiba. Disaat yang bersamaan Celine menghubungi. Daniel mengangkat sebelah tangannya dan meminta Arthur menunggunya sementara ia menjawab telepon Celine. "Ya, kenapa?" tanyanya sambil memeluk Arthur. Keduanya kembali duduk di sofa. "Elo kapan balik Niel?" "Belum tahu. Bisa ngga sih to do point kalo ngomong?" ucapnya kesal. Menurutnya kenapa sih wanita kalo ngomong selalu berbelit-belit. Kenapa tidak ucapkan langsung apa yang diinginkan. Merepotkan. "s**u Noah habis. Pampersnya juga. Elo bisa beliin ngga? Gue mau beliin tapi diluar hujan. Masa iya gue bawa Noah ke minimarket sambil ujan-ujanan. Makanya gue tanya kapan elo balik." Celine pun ikut-ikutan kesal. Terdengar dari nada bicaranya yang ketus. "Emang udah habis lagi? Perasaan masih ada deh." "Udah habis Daniel." "Yakin? Elo udah cari di dapur dan di kamar gue?" "Ya Tuhan... Kalau masih ada ngapain gue minta elo beliin. Udah gue cari kemana-mana ngga ada. Lagian itu barang kita beli hampir sepuluh hari yang lalu. Ya udah habis lah." "Ck... Boros banget sih itu Bayi!" Arthur yang tengah menikmati kopinya mengerenyit. Bayi? Daniel punya bayi?! Tanyanya penasaran. "Oke oke. Nanti pulangnya gue mampir dulu beli ke Supermarket. Fotoin aja bungkus s**u sama diapersnya. Iya iya bawel." Daniel mematikan sambungan teleponnya. "Si Celine?" tanya Arthur. Daniel mengangguk. "Makin deket aja lo sama dia. Gimana kabarnya dia?" "Gimana ngga deket orang rumah kita sebelahan. Dia baik dan makin bawel. Pusing gue denger dia ngoceh mulu." Arthur tertawa. "Hati-hati jodoh loh!" Kali ini Daniel yang tertawa. "Si Erick mau dikemanain." "Loh... Masih lanjut mereka?" "Masih lah. Cuma kayaknya sekarang kayaknya jarang ketemu. Tauk tuh orang pergi kemana. Gue juga jarang liat dia datang ke rumah si Celine." "Oh... Bagus tuh Niel. Sabi kali Niel..." Daniel mendelik sebal. "Kenapa elo jadi ngomongin si Celine sih. Gue kan kesini bukan ngomongin itu." "Iya gue tahu kok apa yang mau elo obrolin ke gue." Arthur menaruh kopi di atas meja. "Lo mau minta tolong kan." "Iya. Gue mau minta tolong." "Siapa? Apa dia berhubungan dengan bayi yang elo maksud?" tebak Arthur. Daniel melongo. "Kok elo bisa tahu kalau gue mau minta tolong tentang itu." Arthur tersenyum. "Kelihatan dari muka b**o lo." "Sialan lo!" Arthur tertawa. "Gue serius anjir!" "Iya tahu elo serius. Kalo ngga serius ngapain gue repot repot luangin waktu buat lo. Udah sekarang lo ceritain dari awal sama gue masalah lo." Daniel pun mulai bercerita apa yang menjadi pikirannya selama ini. Arthur pun siap membantu mengungkap siapa ibu dari Baby Noah. *** Di salah satu Supermarket dekat rumah. Daniel mendorong troli ke bagian rak s**u. Ia mencari-cari merek s**u yang gambarnya dikirim oleh Celine. Namun ia tidak menemukan s**u yang dimaksud. Akhirnya Daniel meminta bantuan kepada salah satu sales promotion girl s**u yang ada disana. "Permisi Mba. Saya mau cari s**u formula merk ini tapi kok saya cari ngga ada ya?" Daniel memperlihatkan foto s**u yang dimaksud. "Oh itu sudah tidak produksi lagi Pak." "Masa sih? Beberapa minggu lalu saya masih beli s**u merk ini disini." "Memang benar. Beberapa minggu lalu masih tersedia Pak. Dua hari setelahnya ditarik dari peredaran karena akan ganti kemasan. Anak bapak ada alergi sama s**u tidak? Kalau ngga ada saya merekomendasi s**u formula merk ini." Spg tersebut menyodorkan kotak s**u berwarna ungu keemasan. "Cocok ngga untuk bayi usia 3 bulan? Saya ngga mau nanti habis minum susunya dia jadi diare." "s**u ini memang untuk usia 0-6 bulan Pak. Aman kok kecuali anak bapak ada alergi dengan s**u sapi. Kalau ada ya rekomen s**u soya." Daniel berpikir sejenak. "Sepertinya dia ngga ada alergi sama s**u sapi. Ya sudah saya pilih ini saja." "Boleh Pak. Mau yang dus apa yang kaleng?" "Dua duanya saja. Sekalian buat stok dirumah." Spg itu tersenyum. Ia segera menyiapkan pesanan milik Daniel dan menaruhnya kedalam troli. "Beneran kan Mba ini aman untuk anak saya?" tanyanya memastikan. "Aman Pak." "Oke. Makasih." Ia pun berlalu dari area s**u dan berpindah ke area diapers. Lagi lagi dia kebingungan mencari merek diapers yang dipakai oleh Noah. Puluhan merek diapers dan berbagai ukuran tertata rapi dietalase. "Loh... Mas Daniel ya." Daniel menoleh. "Pak Rt. Bu Rt." "Wah benar Mas Daniel ternyata," seru Bu Rt kegirangan melihatnya. Daniel hanya tersenyum. "Belanja juga Pak Bu." "Iya nih. Si ibu ngajak belanja bulanan." Daniel hanya mengangguk. "Masnya lagi cari pempers bayi ya?" "Iya nih Bu. Saya bingung sendiri mau beli yang mana." "Buat anak yang kemarin itu kan Mas?" Daniel mengangguk kikuk. "Anak siapa sih Mas sebenarnya? Beneran anaknya Mas? Kan belum nikah Masnya kok tahu tahu punya anak." Daniel ingin sekali mencekik tetangganya yang kepo itu. Pak Rt beberapa kali menarik istrinya untuk pergi dari sana tapi si Ibu seolah enggan beranjak sebelum rasa penasarannya itu terjawab. Daniel memilih pergi dari sana lalu kembali lagi ke area pempers setelah dirasa aman. "Sial banget sih gue. Pake ketemu buk ibu tukang gosip," dumel Daniel sambil asal menarik diapers. Ia harus cepat cepat pulang sebelum bertemu lagi dengan ibu ibu penggosip. *** To Be Continue. Cerita akan dilanjut setelah ttd kontrak. Kalau aku update tiap hari itu tandanya udah selesai kontrak ya. Yuk jangan lupa kasih lope buat ceritanya dan jangan lupa komen yang banyak. Terima kasih ^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN