Bab 13

1398 Kata
        Angkasa mendekati Anggita dan memandang wajah pucat Anggita. Leticya yang baru selesai memeriksa Anggita pun ikut terkejut mendapati Angkasa berada dihadapannya. Bagi Leticya hari ini seperti reuni yang tidak direncanakan setelah bertahun-tahun lamanya mereka tidak saling bertemu.         "Gimana keadaan Anggita?" tanya Angkasa to the point.         "Keadaannya sudah stabil. Tensi darahnya normal. Detak jantungnya sudah normal. Sekarang pasien sedang tertidur. Gue pasang infus untuk boost energy. Menurut cerita Dhika tadi pasien terlihat mengalami sakit kepala sebelum pingsan, apa pasien memiliki suatu kondisi dengan kepalanya?"         Angkasa menghela nafasnya sejenak. Angkasa lega mendengar Anggita kini sudah baik-baik saja. "Adek gue empat tahun lalu terlibat kecelakaan lalu lintas sepulang sekolah, akibat dari kecelakaan itu dia mengalami amnesia. Hingga sekarang setiap dia berusaha keras mengingat masa lalunya, kepalanya akan berdenyut dan terkadang berujung dengan dia tidak sadarkan diri."          Radhika kaget dan terasa kakinya lemas mendengar penuturan Angkasa. Radhika pun bersender pada tembok yang berada dibelakangnya. Radhika terlalu kaget mendengar cerita Angkasa. Lama tidak bertemu dengan Anggita dan Angkasa ternyata sesuatu yang besar sudah terjadi pada Anggita dan Angkasa.         Leticya tiba-tiba undur diri ketika HP nya berbunyi. Leticya keluar dari ruang kesehatan untuk menerima panggilan telepon yang masuk ke HP nya. Sementara itu Angkasa menatap Anggita yang kini sedang memejamkan matanya. Tangan Anggita dipasangi selang infus. Angkasa menghela nafasnya. Angkasa membalik tubuhnya dan menatap Radhika yang berdiri dibelakangnya.         "Loe apa kabar?" tanya Angkasa sambil menatap Radhika.         Radhika yang tadinya sedang menatap Anggita pun mengalihkan pandangannya dan menatap Angkasa. "Baik, Tata... kecelakaan?"          Angkasa mengangguk dan menghela nafas. "Empat tahun yang lalu, tepat dihari ulang tahun loe. Anggita kecelakaan sepulang sekolah. Ojek motor yang Tata naiki ditabrak mobil dari arah samping. Anggita pun terpental cukup jauh dan kepalanya terbentur pembatas jalan. Malang nasib Tata saat itu helm yang ia gunakan tidak cukup aman melindungi kepalanya,"         Radhika mengusap wajahnya kasar mendengar cerita Angkasa. Angkasa menghela nafas melihat reaksi Radhika. Angkasa tau Radhika pasti akan kaget mendengar apa yang terjadi pada Anggita.         "Tata dibawa ke rumah sakit oleh warga sekitar. Dia melewati beberapa operasi. Kondisinya saat itu begitu mengkhawatirkan. Papa, Mama, Gue dan Anika sudah pasrah jika saat itu Tata nggak sanggup melewati semuanya. Tapi Tuhan masih ingin Tata berada ditengah-tengah kami. Tata bangun setelah satu minggu tertidur setelah operasi yang ia jalani... Tata memang bangun tapi dia tidak mengenali kami semua. Waktu itu kami semua kaget bukan kepalang. Efek dari kecelakaan itu membuat ingatan Tata menghilang. Perlahan-lahan kami semua mencoba mendekati Tata. Dokter berpesan agar tidak terlalu memaksanya mengingat-ingat masa lalunya. Maka dari itu kami semua memutuskan untuk memulai semuanya dari awal. Kami memperkenalkan diri satu per satu sebagai anggota keluarga Tata."         Radhika mendengarkan cerita Angkasa dengan seksama sambil membatin 'Jadi ini penyebab Tata sama sekali tidak mengenali gue,'         "Gue harap loe juga melakukan hal yang sama Dhik, jangan coba-coba membuat Tata berusaha mengingat masa lalunya, Gue cuma nggak pengen Tata pingsan seperti hari ini. Mungkin dia lupa sama masa lalu dan cerita kita semua didalamnya tapi yang lebih penting hatinya masih mengenal kita semua,"         Radhika menatap Angkasa dalam diam. Radhika tidak menyangka beberapa tahun belakangan banyak hal yang terjadi dalam keluarganya sendiri dan keluarga Angkasa.         "Jadi kemana aja loe selama ini?" tanya Angkasa mengalihkan pembicaraan.         Angkasa tersenyum tipis bahkan nyaris tidak terlihat. "Hari kita pengumuman kelulusan, Ayah sama Ibu mengalami kecelakaan, Sa. Beruntung Ayah hanya mengalami luka ringan. Ibu, Ibu mengalami luka yang cukup parah karena kepalanya terbentur dashboard. Ibu memerlukan penanganan khusus karena itu Ibu dirujuk ke rumah sakit yang ada di Singapore,"         Angkasa mengangguk sesekali mendengarkan cerita Radhika sementara Radhika menceritakan apa yang terjadi pada hidupnya beberapa tahun belakangan ini.         "Ayah akhirnya memutuskan untuk pindah ke Singapore. Ayah membeli sebuah rumah untuk kami tinggal disana. Satu bulan pertama gue sibuk ngurusin Raisa, Raina dan Ricky sementara Ayah fokus dengan Ibu. Pas gue kalian, gue coba kontek rumah loe tapi nggak ada yang angkat, setelah itu gue memutuskan mengambil kuliah di UNSW. Setelah itu gue balik ke Jakarta dan melanjutkan S2 gue disini sambil menjadi Dosen,"         Angkasa menhela nafas kasar. Apa yang Radhika alami juga tidak mudah.         "Terus kabar Ibu sama Ayah gimana?"         "Ayah sama Ibu sehat. Mereka lebih memilih tetap di Singapore karena usaha Ayah disana juga maju pesat,"         "Waktu itu Tata nanyain loe. Dia penasaran tapi dia tahan diri untuk nggak terus-terusan tanya ke Gue apa Loe udah kasih kabar atau belum. Dari dulu kalian begitu dekat jadi Loe pasti tau gimana perasaan dia waktu Loe tiba-tiba menghilang tanpa kabar,"         "Sorry Sa, Gue sendiri panik saat itu. HP Gue juga hilang dirumah sakit. Gue bahkan gak hafal nomer HP Gue sendiri," ucap Radhika dengan nada menyesal dan terkekeh lirih.         Angkasa mengangguk membenarkan. Radhika memang tidak mengingat hal-hal kecil yang menurutnya remeh temeh dan tiba-tiba Leticya masuk kedalam.         "Sorry, gue harus angkat telepon dari suster di rumah sakit. Adek loe bisa pulang setelah sadar ya Sa," ucap Leticya pada Angkasa.         Angkasa mengangguk mendengarkan. "Thank you Ticya. Loe sekarang jadi dokter?"         Leticya tersenyum lebar. "Sama-sama. Iya sekarang gue dokter kebetulan gue ambil spesialis syaraf di kampus ini. Gue juga bantu-bantu kampus sesekali untuk jaga ruang kesehatan. Anyway gue gak nyangka kita akan ketemu gini. Feels like reuni yang gak direncanakan,"          Radhika dan Angkasa mengangguk membenarkan.          "Loe apa kabar Sa?" tanya Leticya sambil menatap Angkasa.         "Baik. Kalian.. Sering ketemu disini?" tanya Angkasa menatap Radhika dan Leticya.         Leticya menatap Angkasa dan Radhika bergantian kemudian tersenyum menatap Radhika. "Bukan sering lagi Sa. Sering banget, Dia yang pertama liat gue dikampus ini. Semenjak itu Gue sama Dhika deket lagi dan ya sekarang kami kembali pacaran,"         "Ticya," ucap Radhika dengan nada memperingatkan         Angkasa yang hanya tersenyum tipis sementara Leticya menatap Radhika sambil meledek menjulurkan sedikit lidahnya. Melihat tingkah Leticya Radhika menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.         "Congrats, gue tunggu undangan dari kalian," ucap Angkasa sambil menatap Radhika dan Leticya.         "Loe sendiri masih jomblo atau?" tanya balik Leticya pada Angkasa.         Angkasa hanya tersenyum tipis dan menggeleng. "Gue masih sendiri,"         Leticya pun hanya mengangguk menanggapi.         Ketika sedang asik berbincang, Angkasa mendengar suara erangan kecil Anggita pun segera menghampiri Anggita yang kini sedang berusaha membuka matanya perlahan. Anggita berusaha menyesuaikan pandangannya.         "Ta, kamu uda bangun? Masih sakit kepalanya?" tanya Angkasa dengan nada khawatir.         Anggita menatap Angkasa dengan senyum tipis. "Mas Asa..."         "Iya, kepala kamu masih sakit?" tanya Angkasa lagi dengan panik yang sama.         Anggita menggelengkan kepalanya perlahan. "Nggak usah panik Mas,"  ucap Anggita dengan suara masih terdengar lemah.         Angkasa menghembuskan nafas menetralkan rasa paniknya. "Oke. Jadi masih berasa pusing kepala kamu Ta?" tanya Angkasa lagi.         "Mas Asa udah nanya aku tiga kali loh, kepala aku udah nggak sakit Mas," ucap Anggita sambil tersenyum.         Angkasa mengusap rambut Anggita dengan penuh perasaan. Anggita menatap sekelilingnya dan pandangannya tertuju pada Radhika. Keduanya saling berpandangan. Angkasa menyadari tatapan Anggita. sebelum Anggita berusaha mengingat Radhika, Angkasa pun mengenalkan Radhika pada Anggita.         "Ta, kenalin temen sekolah Mas dulu, Mas Dhika sama Mbak Ticya." ucap Angkasa berhati-hati sambil melihat respon yang Anggita saat mendengar ucapan Angkasa.         Anggita mengerutkan dahinya karena rasa sakit tiba-tiba kembali datang, "Mas Dhika?"         "Ta," ucap Angkasa dengan nada khawatir.         Anggita memejamkan matanya sesaat dan kembali membuka matanya sambil tersenyum tipis pada Angkasa.          "Hallo Mas Dhika dan Mbak Ticya," ucap Anggita sambil memandang kedua orang tersebut.         Melihat respon Anggita, Angkasa menghembuskan nafas lega. Sementara itu Leticya melambaikan tangannya dan membalas sapaan Anggita sementara Radhika hanya diam memandangi Anggita. Anggita yang menatap Radhika pun dibuat bingung dengan arti tatapan Radhika.         Anggita memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dan menatap Angkasa. "Mas, Tata udah bisa pulang? Kepala Tata uda nggak sakit kok," ucap Anggita dengan nada memelas.         Angkasa menghela nafas lagi. Hari ini Angkasa banyak menghela nafas hanya karena kondisi Anggita. Angkasa menatap Leticya meminta persetujuan dan Leticya mengangguk.          "Setelah infusnya habis kamu udah bisa pulang. Kira-kira 10 menit lagi," ucap Leticya sambil tersenyum.          Anggita mengangguk dan berterimakasih pada Leticya. Leticya pun pergi meninggalkan Angkasa, Radhika dan Anggita di dalam ruang kesehatan. Tiba-tiba Anggita teringat pada Kiara yang tadi bersamanya.         "Mas, Kiara dimana?" tanya Anggita tiba-tiba.         "Pas kamu masih tidur, Mas sudah minta Kiara pulang. Nanti kamu kabari dia supaya dia gak khawatir,"         Anggita mengangguk mendengar ucapan Angkasa. Anggita sejujurnya merasa aneh dengan tatapan Radhika. Radhika menatapnya lurus dengan tatapan yang membuat Anggita bingung. Anggita bertekad akan menanyakannya pada Angkasa nanti.         Hingga saat persiapan pulang pun Radhika masih menatapnya dalam diam. Radhika membantu Anggita dan Angkasa. Sesekali Radhika berbicara pada Angkasa namun Radhika hanya diam ketika menatap Anggita.         Anggita bertekad dalam hati. Anggita benar-benar harus menanyakan pada Angkasa lebih detail mengenai Radhika.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN