I'm Gay?!! ~ 4

2107 Kata
Kenapa hanya satu wanita yang bisa memporak-porandakan hatiku? Kalian pasti tau siapa dia. Ya, dia masih tetap sama, cinta pertamaku yang selalu dihatiku yaitu Rasya Dylan Wijaya. Biar kuperjelas kenapa nama belakang kami dengan embel Wijaya. Dia sepupu jauhku. Papi punya sepupu bernama uncle Dylan Wijaya. Pertemuanku pertama kali dengan Rasya itu saat uncle Dylan bersama istrinya yang bernama Jennyfer datang ke Indonesia tepatnya akan menginap selama beberapa hari di mansion Opa-Oma. Uncle Dylan dan aunty Jennyfer membawa seorang putri yang sangat cantik dengan dress selutut berwarna peach serta rambut pirangnya dihiasi oleh bandana yang senada dengan dressnya. Cantik dan imut itulah yang terlintas difikiranku saat pertama melihatnya. Wajahnya sangat cantik, walaupun pipinya itu tembam, tapi dia mempunyai lesung pipit. Matanya berwarna caramel dihiasi oleh bulu mata yang lentik, serta alisnya yang tidak tebal dan tidak tipis hanya saja alis matanya itu seperti uncle Dylan. How’s so beautiful girl. Sebenarnya umur kami tidak jauh, hanya berbeda lima tahun. Tapi, cinta itu tidak memandang umur, bukan? Ingatanku kembali ke awal pertemuan kami. Dimana saat dia menangis karena boneka Daniel a.k.a pacarnya Hello Kitty dalam kartun, itu jatuh mengenaskan di dalam kolam renang. Gadis itu menangis sambil bergumam: “Mom, Dad.. hiks my lovelly doll… “ tangisnya yang masih aku simpan dalam memori otakku. Saat itu aku mendekatinya, -kan harus bersikap gentle- tapi yang membuatku tercengang adalah saat ia memelukku. Ingat. MEMELUKKU!! Dan saat itulah jantungku rasanya sudah goyang dombret ria. “Ken! Please help my doll. If you didn’t safe my doll, my doll was dead” ujarnya sesenggukan sambil mengusap hingusnya di baju kaosku. Tadinya nih kaos gak mau ku cuci karena itu adalah tanda cintanya dariku ahaha… Eh, tapi tunggu dulu. Ken? Siapa Ken? Apakah temen cowoknya di Swiss, kah?! Tiba-tiba rahangku mengeras jika itu benar Ken adalah teman lelakinya. Si Rasya melepaskan pelukannya, menatapku dengan matanya yang berair karena habis nangis, “Please, Ken, selamatkan Daniel. Kasian dia keburu mati… hiks” ujarnya sesenggukkan. Aku menatapnya dengan b**o’. Mati? Yang benar saja boneka bisa mati. Ck. Tapi kenapa dia memanggilku dengan nama Ken? Oke, kita koreksi dulu namaku dengan nama Ken. Raka dengan Ken, walah jauh tau bedanya, Raka diakhiri oleh Ka, sedangkan Ken diawali dengan Ke. “Ken itu siapa?” tanyaku dengan blo’on “Ken itu pacarnya…” si Asya, oke namanya Rasya, karena dulu aku masih labil aku memanggilnya dengan Asya. Eh? Pacar? Pacar siapaaa ituuuu?!!! “Pacar siapa, Sya?” desakku. “Pacarnya Barbie,” ujarnya polos. Eh? Barbie?! Oh… Barbie yang sering Andira nonton kartunnya itu. Huft… aku bernapas lega karena itu adalah pacarnya Barbie bukan pacarnya Asya. Setelah dia memberitahuku kalau Ken pacarnya Barbie, aku menyelamatkan boneka Danielnya. ♥♥♥ Author POV Dosen yang sedang di kelas menatap tajam kearah Raka. Semua yang ada dikelas pun mengikuti arah dosen mereka yang melihat Raka sedang senyum-senyum gak jelas, apalagi dia sedang bergelayut manja di lengan Nando. Nando berusaha melepaskan tangan Raka yang menempel di lengannya. Tapi usahanya gagal total. “Rak, ish… geli tau, singkirkan tangan loe di lengan gue” ujar Nando yang terus berusaha menyingkirkan tangan Raka dilengannya. Raka hanya bergumam gak jelas, kini seluruh kelas pada lihatin Raka dengan jijik karena mengira bahwa Raka itu sudah pindah haluan. tapi hanya para lelaki sedangkan wanitanya mereka sih masa bodo’ “Raka gay lho, ternyata”ujar salah satu wanita yang berada dikelas. “biarlah, mau Raka gay kak ataupun b*****g, tapi Raka tetap di hatiku selalu”   Dan blablabla… kini seluruh wanita yang berada dikelas pada ngegosipin Raka bahwa pria itu gay. Apalagi sekarang Raka sedang memonyong-monyongkan bibirnya agar bibirnya itu bisa menempel di pipi Nando. Entah apa yang dipikirkan Raka sampai melakukan hal yang sangat ‘gila’itu. “Raaakkkkaaaaaa…….!!!” Teriak dosen yang didepan kelas mereka dengan wajah jijik. Raka terkesiap, dia mengerjapkan matanya berkali-kali. Daydreamer membuatnya tidak fokus. “Woy… setia banget sih sama lengan gue” cibir Nando. Raka menatap Nando dengan heran. Mata Nando mengarah ke lengannya yang dipeluk erat oleh tangan Raka, apalagi mulutnya masih ia monyongkan. Raka mengikuti arah tangan Nando, dia melotot lebar dengan cepat menjauhkan tangannya di lengan Nando. “Raka, mulut loe tuh, kayak ikan cucut” bisik Nando. Raka reflek memegang bibirnya dengan tangannya. Wajah tampannya itu berubah menjadi merah seperti tomat busuk Antara malu dan kesal. Anak-anak cowoknya yang berada dikelas menjadi riuh gara-gara melihat tingkah konyol Raka. Sedangkan anak ceweknya pada melongo b**o karena Raka yang notabenenya itu tampan ternyata dia gay. “Raka,” panggil dosen yang berada dikelas menatap Raka dengan tajam. “I-iya pak” ucap Raka dengan gugup. “Apa yang kamu pikirkan, heh?” Tanya dosen yang bernama Pak Adam dengan tajam. “Eum, gak ada kok Pak” elaknya. “Bapak gak habis pikir ternyata kamu gay,” ucap Pak Adam tak percaya. Raka melongo tapi tetap ganteng, kok.  ‘Apa? Gue gay?!’ batinya. “Apa, Pak? Gay?” Tanya Raka tak percaya. Kini kelas bertambah riuh. “Iya,  saya masih gak percaya kalau kamu itu beneran gay, Raka” “Serius Pak, saya ini laki-laki tulen.” Ucap Raka meyakinkan dosennya dan seluruh kelas. Kini dosen menatapnya tidak dapat diartikan. Sedangkan Nando disebelahnya malah cengengesan gak jelas. “Ternyata efek ngelamunin Rasya bikin harga diri loe jatuh ya” gumam Nando sambil terkekeh geli melihat tingkah aneh sahabatnya itu.  Sedangkan Raka menatap Nando dengan tajam. ♥♥♥ Raka POV Argghh…. Sialan, gara-gara ngelamunin Rasya jadi di cap gay akunya. Damn!! Mengingat hal itu membuatku gak selera makan. “Ahahaha… masih mikirin yang tadi, huh? Hey, dude , mana gaya loe yang cool itu?” ucap Nando sambil menahan tawanya. Aku menatapnya jengah, “Biarin aja sih, toh aku juga gak peduli apa yang mereka ucapkan” ucapku acuh seraya meminum iced lemon tea. “Gayanya sok gak peduli padahal jauh dari lubuk hatinya gelisah banget” cibirnya. Aku memutar bola mata. “Terus? Apa hubungannya sam—“ ucapanku terputus karena datanglah badut ancol tergesa-gesa berlari kearah kantin yang aku tahu pastinya akan mengganggu hariku. Ck! “Rakaaaa…. my honey bunny sweety my lovelly” pangilnya. Ya Tuhan, itu suara apa mercon sih. Kan malu aku kalo dilihat sama para mahasiswa yang sedang makan karena Nara memanggilku dengan nama alay bin jijay bajay gitu. Idih.. “Apalagi sih Nara? Gak bosan apa gangguin gue?” tanyaku malas. Dia mencebikkan bibirnya, “Ih, Raka my future husband kok gitu sih ketemu sama calon istrinya?” ucapnya sedih. Huaaapaaaah?!! Dia calon is-istriku? Terus apa dia bilang? Kalo aku itu suami masa depan dia?! Cih, in your dream! Karena aku itu adalah calon suaminya Rasya Dylan Wijaya bukan Nara, Diva ataupun monyet, badak, singa, ular, macan. Walah, kok ujung-ujungnya jadi nama hewan sih?! “Nara, kalo kedatangan loe itu gak penting banget buat gue, lebih baik loe pergi!” usirku secara halus. “Ih, Raka kok ngusir sih? Aku padahal mau nanya sesuatu yang penting banget buat aku” Aku menghela napas panjang, “Sudah cepetan mau nanya apa?” ujarku malas. “Raka eum, kamu.. kamu itu eh, gay ya?” tanyanya. Aku mengernyit bingung, oh ternyata dia mau memastikan kalau aku itu gay atau nggaknya. Tiba-tiba terlintas ide aneh diotakku. Aku menggelayut manja di lengan Nando, sambil mengelus-elus jemarinya. Ugh jijik banget sumpah! Tapi mau gimana lagi, ini adalah satu-satunya cara agar badut ancol itu gak ngerusak hidup aku. Nara melongo, matanya melotot lebar, “Raka… jadi bener ya? Dan pasangan kamu itu Nando, pantesan kalian selalu dekatan kok aku gak mudeng sih” tanyanya tak percaya. Aku hanya mengangkat bahu tak peduli. “Woooy, Raka lepasin ih,” jerit Nando risih karena lenganku masih menempel kaya anak gak mau kehilangan emaknya. “Shttt.. diem aja ya, daripada gue dikejer titisan badut ancol gak jelas” bisikku. Kini aku mendengar Nara menghela napas panjang, “Rak, jadi aku gak bisa masuk ke dalam hatimu, ya?” tanyanya sedih. Walah, tuh badut kok jadi melankolis begitu sih? “nggak, karena aku gak napsu liat cewek” ucapku dingin. Padahal jijik banget ngelontarkan kata itu. Berasa beneran gay akunya. Hih.. amit-amit. Nara tersenyum tipis, “Yaudah Rak, percuma aku ngejer kamu sampai ke planet Venus pun, pastinya kamu nggak nganggap gue ada. Makasih ya, karena kamu bisa bikin aku jatuh cinta sama kamu” ucapnya. Eh, kok jadi prihatin banget liat nih cewek ngungkapin ‘sedikit’ perasaanya ke aku ya? Tidak tidak tidak!! Aku gak boleh begitu, ingat ada Rasya disana. Kini tangan Nando mengusap rambutku pelan. Ya ampun kami ini bener-bener kaya pasangan gay  yang sedang dilanda keasmaran. Hueeek…. Nara tersenyum tipis setelah itu dia pergi meninggalkanku dan Nando dengan mata yang berkaca-kaca. Tapi gak disini saja masalah kami selesai, ternyata Sofia the First eh, nggak deng maksudku Sofia menatap kami berdua dengan tatapan tak percaya sekaligus jijik, apalagi sekarang tangan Nando sedang mengelus rambutku. Seakan tersadar dengan kegiatan kami, Nando mengejar Sofia. Ck… “Damn!!” umpatku kesal. Waduuhh… kenapa masalah jadi tambah besar sih…?! ♥♥♥ Sehabis aku menjemput Dira dari sekolahnya, kami langsung menuju mansion keluarga kami. “Kak, kenapa wajahnya kok kusut gitu?” tanyanya sambil menghadapku. “Gak kenapa-kenapa kok” jawabku tanpa  memandangnya. Setelah sampai ke mansion, aku masuk kamar untuk bertapa dalam kasur empukku. Holly s**t, padahal baru aja mejem mata eh si pintu sudah berdendang ria tandanya ada orang yang mengetuk pintu kamarku. Dengan malas aku berjalan kearah pintu seraya membukannya. Terlihatlah wajah adikku itu, “Kenapa sih Dek, Kakak ngantuk nih,” gumamku. Andira mendengus, “Ya ampun, Kakak kesayangan Dira memang kebo” kekehnya, aku memutar bola mata malas, “Itu Kak ada tamu, kalo gak salah namanya Nando. Gillaaaaa… ganteng pake banget.” Ucapnya girang. Aku memandangnya aneh, setelah itu aku meninggalkan Andira dan menuju ke ruang tamu, ternyata disana sudah ada Nando sedang memainkan gadgetnya. “Hey, dude. What’s wrong?” tanyaku tanpa basa basi. Seraya duduk di sampingnya. Nando menatapku dingin, “Loe, arggghhh… gara-gara loe yang tadinya Sofia benci gue malah tambah benci, huh… loe tau tadinya si Sofia sama gue baru satu hari udah baikkan, eh malah elo yang ngerusak hubungam ‘kami’ dan dia mendengar ucapan loe kalau kita itu gay arrgghh…. Gak mau tau pokoknya elo harus bikin si Sofia yakin kalau elo sama gue itu gak ada apa-apanya hanya sahabat. Aarrrgghh….” Ujarnya frustasi sambil mengacak rambutnya. Hooossshh… gimana ini?!! Aku harus gimana?!! Gara-gara aku, hubungan si Nando sama Sofia jadi hancur begini. Ya Tuhan, tolonglah hambamu yang hina ini. Gimana caranya agar membuat Sofia sama temen kunyukku itu agar kembali bersama? Aku menghela napas panjang, “Oke, akan aku usahain bikin kalian balikkan lagi,” ucapku yakin. Iya, aku harus yakin bisa bikin si Sofia tambah deket sama Nando. Karena apapun dari masalah mereka berdua kini dalangnya adalah aku. Nando menghela napas, “Syukurlah, elo sih pake alasan ngomong gay jadi salah paham kan si Sofia” gerutunya. Aku nyengir, “seengaknya kan bikin alasan kalau gue gay si Nara bakal jauh-jauh dari gue” ujarku. Nando geleng-geleng kepala. Dan saat mataku gak sengaja menangkap Andira menatapku dengan kaget. Aku terkesiap, walah ini gimana kalo si Dira tau kalau aku gay ralat maksudku bukan ‘gay’ beneran.  “Ja-jadi ka-kak i-itu g-gay” ujar Andira terbata-bata. Aku melongo’ “Dira, Kakak, bisa jelasin Dek” Andira menggeleng, “Gak usah dijelasin, Kak, Dira udah tau semuanya” ucapnya dengan suara bergetar. setelah itu dia berlari ke kamarnya. Aku tercengang. “Diraaaaaaaaa………..” panggilku “Arrrgghhh…..” teriak ku frustasi sambil mengusap wajahku dengan kasar. Sedangkan Nando diam tak bergeming. Ya Tuhan coba’an apa lagi ini? Aku berasa ketahuan dengan pacarku kalo aku itu gay, duh Dira.. kenapa jadi salah paham gini sih? Kenapa hari ini masalahnya tambah besar sih?! Ketahuan satu kelas kalau aku itu gay jadi-jadian tapi itu gak masalah. Terus aku dan Nando ‘bermesraan’ ketahuan sama si Sofia. Dan ini adalah masalah sangat besar yaitu aku ketahuan ‘gay’ oleh adekku Andira. Hadduuuhhh… ini gawaaaat!! Kalau misalnya Dira kasih tau ke Mami sama Papi atau nggak Oma-Opa gimana? Bisa dipecat aku jadi keluarga Wijaya. Aku gak siap kalau keluarga besar Papi sama Mami tau kalau aku itu ‘gay’ jadi-jadian. Arrrggh… ini gimana ini?! Oh bumi telanlah aku sekarang juga….! Geeezzz…                            
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN