Pagi hari Zeline sudah bergegas ke dapur, membantu membuat sarapan.
"Pagi, Ma," sapanya kepada mama mertua.
"Pagi, Nak." Rossy menyapa kembali sambil tersenyum. Zeline pun menyapa Mbok Marni di sana.
"Ma … aku boleh bantu?" tanya Zeline ragu.
"Biar Mama dan si Mbok saja, Sayang. Sarapannya juga cuma nasi goreng. Nanti saja bantu-bantu buat masak makan siang ya. Kamu bisa masak juga?"
Senangnya dipanggil sayang sama Mama, tapi kenapa Mama tidak tahu aku bisa masak? Kata Paman Haris keluarga mas Darren suka masakanku.
"Bisa, Ma. Cuma enggak terlalu jago."
"Yo wes, nanti bantu Mama masak ya. Sekarang kamu bangunkan Darren saja sepertinya dia belum bangun," perintah Rossy yang segera dilaksanakan oleh Zeline, dia bergegas ke kamar suaminya.
"Ternyata Non Zeline baik ya, Bu," ungkap Marni.
"Iya, saya rasa kita salah kira sebulan ini." Rossy mengingat lagi ucapan Haris kala itu.
Jika kalian lebih dekat dengannya kalian akan tahu betapa baik dan tulusnya anak itu.
***
Zeline mengetuk beberapa kali pintu kamar suaminya, tapi tak ada jawaban.
"Jangan-jangan benar belum bangun."
Ternyata pintu kamar tak dikunci, terlihat Darren tertidur sambil tengkurap tertutup selimut di ranjang king size-nya. Zeline benar-benar ragu untuk membangunkan. Dia tidak enak, apalagi dari dulu tak pernah dekat dengan lawan jenis kecuali sang paman.
"Mas Darren," panggil Zeline dari kejauhan, mana kedengaran apalagi suaranya seperti angin sepoi-sepoi. Dia melangkah maju selangkah, kembali memanggil Darren, tentu pria itu sama sekali tak terganggu.
Kalau begini terus bisa berjam-jam ini bangunin mas suami—eh suami.
Zeline mendekat dan menepuk punggung suaminya yang tertutup selimut.
Darren mencoba membuka mata, samar-samar dia melihat seseorang berbaju putih dengan rambut hitam panjang terjuntai.
Astaga kenapa di rumah jadi ada Sadako, eh ini mah kunti sih kayaknya!
Darren memejamkan matanya rapat-rapat. Berdoa semoga makhluk halus itu segera pergi. Tidak berapa lama dia baru menyadari ada yang aneh.
Kenapa suara kunti mirip suara istriku. Ini kunti jadi istriku atau benaran istriku ya.
"Zel …," panggilnya ingin memastikan.
"Mas, bangun sudah terang." Zeline kembali bersuara.
Huh ternyata benar Zeline!
Darren membalikkan tubuhnya menjadi terlentang, melihat wajah sang istri sebentar lalu segera membuka selimutnya dan bangun. Zeline yang melihat itu segera menutup matanya dengan telapak tangan. Ternyata suaminya tak mengenakan baju hanya pakai boxer.
Darren terheran. "Kamu tidak suka punya suami berbadan bagus?" tanya Darren sambil bercermin melihat tubuhnya lumayan kekar, di perutnya terdapat enam kotak.
Perfect.
"Eh, bukan begitu Mas, aku—malu." Zeline berkata sambil menunduk dia sudah menurunkan telapak tangannya.
Darren melirik sekilas istrinya itu. Maklum sih kalau cewek lugu sekelas Zeline malu karena badanku terlalu oke.
Darren melangkah menuju Zeline dan memegang kepala istrinya itu. "Kalau malu, sudah sana keluar, kamu mau nungguin saya buka boxer," ucapnya.
Zeline yang menunduk langsung menengadah, dia menggeleng cepat, kemudian lari terbirit-b***t. Sementara Darren, kesusahan menahan tawanya dan sesampainya di kamar mandi tawanya pecah. "Lucu sekali ternyata."
***
Sarapan diisi dengan banyak kediaman, pertama kali mereka makan bersama Zeline dan masih sedikit canggung, tapi tidak masalah. Setelahnya Darren sendiri pergi ke ruangannya karena masih harus mengerjakan pekerjaan yang tertunda.
"Zel …," panggilnya sebelum menuju lantai dua.
"Iya."
"Nanti setelah makan siang saja kamu ceritakan ke saya n****+ New Life."
"Siap, Mas." Baru kali ini Zeline mendapat tugas tentu dia jadi semangat belum lagi dia boleh membantu membuat makan siang.
Apa aku buat bolu gulung untuk camilan? Kata Paman Haris, Mas Darren, Mama, dan Papa suka bolu gulung buatanku.
Zeline menuju dapur yang sepi. Para ART sepertinya sedang bersih-bersih lantai tiga. Rumah ini sebenarnya terlalu besar untuk keluarga yang hanya terdiri dari tiga orang, tapi tambah dirinya menjadi empat orang.
Zeline memeriksa bahan-bahan kue dan ternyata sudah lengkap. "Apa Mama suka buat kue juga? Aku minta izin dulu saja ke Mama."
Zeline pergi mencari mama mertua ternyata sedang duduk santai bersama papa mertua di taman samping.
"Ma, Pa," panggil Zeline.
Keduanya menoleh dan tampak menantunya sudah mengikat rambut panjangnya. Di mana Zeline mendapat ikat rambut? Tentu beli online dan kurir baru saja mengantarnya. Dia beli banyak sesuai saran Darren, tapi tidak se-toko juga.
"Ada apa?" tanya mereka bersamaan.
"Aku boleh tidak buat bolu gulung? Kata Paman Haris, Mama, Papa, sama Mas Darren suka bolu buatanku, jadi aku mau buat lagi."
"Apa!?" Keduanya jadi terkejut yang mereka tahu itu buatan Cintya.
Zeline yang melihat mertuanya kaget merasa terlalu lancang meminta.
"Enggak boleh, ya?"
"Boleh, Sayang," jawab Rossy cepat.
"Buat yang banyak kalau bisa." Broto menambahkan.
"Nanti aku buat dua rasa." Dia berencana buat yang vanila seperti waktu itu dan mocca. Ini disetujui oleh Broto dan Rossy.
Zeline bergegas kembali ke dapur. Sementara Broto dan Rossy saling berbincang.
"Kalau rasa bolu gulung buatan Zeline sama dengan yang kemarin berarti Cintya dan Fenny itu berbohong." Broto terlihat tidak suka kalau benar itu kebohongan.
"Tunggu, jangan-jangan masakan malam itu dan saat kita berkunjung untuk kedua kalinya juga, habisnya aku melihat ekspresi Haris yang tidak suka saat Fenny mengatakan kalau masakan adalah buatan Cintya."
"Kalau benar begitu, mereka sangat keterlaluan!" Belum apa-apa hal ini sudah membuat Rossy kesal.
***
Bolu gulung vanila dengan topping keju sudah siap dan bolu gulung mocca dengan topping cokelat juga sudah hampir selesai.
"Astaga Sayang ini kelihatan enak sekali." Rossy datang ke dapur.
"Ayo, Ma, dicoba." Oke Rossy mulai memotongnya. Bolu vanila inilah yang sudah dua kali dia cicipi karena Cintya pernah datang ke rumah ini membawa bolu yang sama seperti waktu pertama kali keluarga Broto datang ke rumah Haris.
Tentu rasanya seratus persen sama, sangat lembut benar-benar enak. "Enak sekali, Sayang. Mama tidak sabar mencoba yang mocca." Rossy tersenyum, tapi dalam hati ia kesal pada Cintya dan itu bisa dilihat oleh Zeline.
"Mama kesal sama aku?" Zeline salah paham ia kira Rossy kesal kepadanya.
"Bukan, Sayang. Itu salah satu tetangga buat kesal ingin Mama jambak rambutnya. Untung ada bolu buatan kamu membuat hati Mama lebih tenang." Zeline mencoba melihat kembali sepertinya mama mertua tidak berbohong.
Kedua bolu sudah jadi, Broto juga telah mencicipi keduanya. Dia senang sekaligus kesal sama seperti Rossy. Apalagi saat Darren juga ikut datang dan tergiur untuk mencicipi, benar saja rasanya sama persis dengan yang katanya buatan Cintya, keluarga mereka benar-benar dibodohi.
Zeline terlihat bingung dengan sikap ketiganya, tapi dirinya sudah memastikan bahwa suami dan mertuanya bukan kesal kepadanya.
Siapa ya tetangga yang bikin Mas Darren, Papa, dan Mama kesal? Pasti orangnya sangat menyebalkan.
Zeline sebenarnya penasaran, tapi takut untuk bertanya. Rossy yang akan mengajak Zeline memasak makan siang mulai memberi umpan.
"Nak, Mama kangen sama masakan saat pertama kali datang ke rumah kamu."
"Mama mau aku buatkan itu?"
"Boleh, Nak. Pas itu kamu 'kan yang buat?"
"Iya Ma, tapi kata Paman Haris, Papa enggak makan udang saos padang dan ayam goreng cabe hijaunya karena enggak kuat pedas."
"Iya, kurangi saja kadar pedasnya ya, Nak. Yang penting enak, biar papamu bisa mencicipi."
Zeline mengangguk. Dia merasa heran kenapa dari tadi mama mertua menampilkan warna aura yang tidak biasa. Masakan pun jadi dalam waktu singkat. Broto dan Darren tertegun melihat masakan yang sama persis dengan apa yang mereka makan saat pertama kali ke rumah Haris.
"Ini Papa bisa mencicipi, karena sudah dikurangi kadar pedasnya sama Zeline. Mama juga sudah mencicipi semua," ungkap Rossy.
Broto dan Darren pun mencoba masakan Zeline itu. Broto bisa merasakan sop sayuran, tuna cripsy yang ia rasakan waktu itu sama persis dengan masakan Zeline.
Aku benar-benar dibohongi, kenapa Haris tidak berkata jujur? Apa dia takut dengan istrinya? batin Broto.
Sial! Kelihatan banget busuknya si Cintya dan si Fenny itu. Darren ingin sekali menggebrak meja. Namun, dia tidak lakukan karena dirinya tak akan menyia-nyiakannya makan siang yang lezat yang sungguh real buatan sang istri.
Zeline hanya bisa menatap aneh keluarga barunya. Kenapa ya?
Selesai makan siang Zeline kembali dibuat heran dengan sikap Rossy yang tiba-tiba memeluknya.
"Terima kasih Sayang sudah menyajikan makanan yang enak," ujar Rossy.
"Sama-sama, Ma," balas Zeline.
Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikanku menantu yang seperti batu permata ini untuk mengganti calon menantuku yang seperti batu kerikil.