Hardi tersenyum sinis. Kini posisinya dia tengah membelakangi peserta. Keke yang berada di depan tak sengaja menangkap bayangan Hardi dari belakang. Hardi memakai jas hitam, jadi Keke mengira kalau Hardi juga merupakan panitia di acara ini. Padahal, Hardi bukanlah panitia. Keke menunduk lagi malas memperhatikan, bibirnya masih tersenyum.
“Lalu, mengapa dia berada di depan?” tanya Hardi.
“Dia terambat tuan, dan beberapa kali dia memang terlihat berbuat ulah.” kata Danar.
“Ulah?” tanya Hardi tidak mengeti dengan apa yang dikatakan Danar.
“Iya, Tuan. Dia mual ketika keluar dari mobil penjemputan, dia meletakkan kopernya ketika dia lelah, terus menggerutu sepanjang perjalanan, dia satu-satunya wanita yang lolos pemeriksaan tanpa kami bisa menyentuhnya, dan dia telat datang sekarang.” kata Danar, menjelaskan.
“Mengapa dia bisa lolos pemeriksaan?” tanya Hardi.
“Tubuhnya penuh lumpur dan kotoran kucing, Tuan.” kata Danar.
Hardipun langsung tersenyum miring. Ini bukan kali ini saja sayembara pencarian istrinya di mulai. Ini adalah yang ketujuh kalinya sayembara ini di adakan. Baru kali ini tertarik dengan salah satu peserta.
Hardi mengamati Keke dari kepala sampai ujung rambut. Melihat bagaimana Keke pakaian keke yang hanya celana panjang dan kaos pendak, tidak seperti yang lainnya yang memakai pakaian seksi.
“Lalu, apa hukuman yang akan di dapatnya?” tanya Hardi.
“Dia akan dikeluarkan.” jawab Danar.
“Pastikan hal itu tidak terjadi.” kata Hardi.
“Baik, Tuan.” kata Danar.
Danar lalu menyuruh panitia mendekat, panitia yang pangkatnya lebih rendah darinya langsung mendekat.
“Kau harus pastikan Keke, kontestan yang memakai celana jeans, tidak akan dikeluarkan dari arena.” kata Danar.
“Baik, Pak.” kata panitia itu.
“Kau boleh pergi.” kata Danu.
Hardi tidak begitu memperhatikan apa yang di lakukan Danar karena matanya masih tertuju pada Keke, yang masih di depan dengan senyum terpaksa sambil mengurut-urut kakinya sendiri yang mulai pegal.
“Masuklah dalam mobil!” seru Hardi pada Danar.
Hardi masuk terlebih dahulu, Danar mengikuti perintah atasannya itu.
“Berikan pakaianmu pada saya!” kata Hardi sambil melepaskan jas dan kemejanya.
Danar menurut tanpa bertanya atau membantah. Dia tentu tidak berani membantah kata-kata Hardi karena Hardi adalah bosnya.
Setelah bertukar pakaian Hardi keluar mobil.
Di tempatnya, panitia yang bertugas untuk memberikan hukuman kepada 10 orang yang terlambat ini dihampiri panitia yang tadi diberitahukan Danar. Dia membisikkan perintah Danar kepada panitia itu. Panitia itupun mengangguk.
“Bagi yang tidak bermasalah silakan kalian masuk ke bagian pengecekan barang.” kata panitia.
Setelah mendapatkan perintah itu, para kontestan yang masih dalam tahap aman langsung masuk ke bagian pengecekkan barang, karena penitia harus mengeluarkan barang-barang yang tidak boleh di bawa kontestan dan menghitung baju yang dibawa kontestan.
Keke memperhatikan bagaimana mereka mengantre. Siang makin terik, dan kini dia seperti sendang di hukum karena telat sekolah.
“Apa kalian tahu apa kesalahan kalian?” tanya panitia.
“Tahu.” Jawab sepuluh orang itu termasuk Keke.
“Baiklah, saya tidak akan berlama-lama. Kau nanti masuklah ke kandang ular pertama yang ada di dalam.” kata panitia pada wanita paling kanan.
Keke berada di urutan kelima.
Tuhan, aku tidak mau tidak mau satu kandang ular.- mohon Keke delam hati.
“Lalu kau, masuk ke kandang selanjutnya, begitupun seterusnya. Sebelum masuk ke kandang, kalian akan tetap masuk dari pintu bagian pemeriksaan barang.” kata panitia.
Hardi mengganti kaca mata hitamnya dengan kacamata biasa, lalu dia mengedepankan rambutnya ala-ala orang korea, dengan sedikit penyamarannya, dia merasa Keke tidak akan menyadarinya. Hardipun mendekati meja pemeriksaan. Panitia yang ingin membungkuk buru-buru ditahan Hardi. Dia tidka mau penyamarannya ketahuan untuk saat ini.
Hardi memberikan isyarat kepada panitia yang sedang memberikan pengumuman untuk menambahkan pengumuman.
“Kalian tidak boleh mendongak pada panitia di meja pemeriksaan. Mengerti?” seru panitia.
“Mengerti!” jawab kesepuluh kontestan.
Keke benar-benar tidak mengerti mengapa dia dan teman-temannya tidak boleh mendongak. Peraturan di sini benar-benar membuatnya gila. Tidak ada yang bisa diterima akal sehatnya. Namun, jika di perhatikan dari awal dia masuk, Keke harusnya dia terkejut.
Terserahlah, yang penting aku akan memenangkan sayembara ini dan bisa menjadi istri Danu. –batin Keke. Kiki menggelora lagilah semangat 45-nya.
“Kau! Si Celana Jeans, kau masuk bagian pemeriksaan paling belakang!” seru panitia.
“Oke, Pak.” kata Keke dengan ceria sambil memberikan mengacungkan 2 jempol kepada panitia yang seram itu.
“Ck!” ardi tersenyum sinis melihat Keke.
Keke dan kawan-kawan yang terlambat membawakan koper mereka di arah meja pemeriksaan khusus. Di sana semua pakaian di hitung, dan make up atau hal yang tidak diminta untuk di bawa langsung di keluarkan dan di sita oleh panitia.
Hari maju ke depan saat Keke mendapatkan giliran untuk diperiksa.
Hardi menyodorkan sebuah surat yang harus ditandatangani Keke. Keke langsung mengambil pulpen dan menandatanganinya tanpa membacanya. Hardi tersenyum miring.
Hardi mencium bau wewangian dari tubuh Keke.
“Parfum yang kau kenakan unik sekali.” kata Hardi.
Mendengar suara itu di telinganya, membuat bulu kuduk Keke meremang. Dia masih hafal suara itu. Suara iblis itu tentu saja masih sangat diingatnya. Tangan Keke gemetar karena takut.
Keke mendongak. Dia tidak bisa berpikiran jernih dan tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, meski sudah diperingari namun dia tetap ingin memastikan.
Hardi tersenyum. Lalu melepas kacamatanya lalu menatap Keke.
Seakan percaya, Keke langsung mengarahkan tangannya untuk menyentuh pipi Hardi.
“Hei! Kau tidak boleh bersikap tidak sopan!” seru seorang panitia.
Keke langsung tersadar dan langsung menarik tangannya.
“Tubuhmu masih mengingat saya, Hmm?” kata Hardi tersenyum miring.
“K-kau.. bagaimana bisa kau ada di sini?” seru Keke. Kali ini senyumannya benar-benar hilang, wajahnya kini mulai pucat pasi.
“Menurutmu?” tanya Hardi.
Keke mengamati pakaian yang pakai oleh Hardi. Lalu, tiba-tiba Keke tertawa keras. Suaranya renyah namun menggelegar. Keke terbahak-bahak.
“Mengapa kau tertawa?” tanya Hardi terang-terangan melirik Keke dengan tidak suka.
“Aku kira kau adalah orang besar. Ternyata kau hanyalah seorang panitia. Pegawai biasa hahaha. Tunggulah sampai aku memenangkan sayembara ini. Aku akan melaporkan pada Tuan Hardi. Lihat saja, akan aku pastikan kalau kau akan kehilangan pekerjaan dan mendapatkan balasan.” kata Keke sambil mengacungkan tangan kepada Hardi.
Dia benar-benar tidak tahu kalau orang yang duduk di hadapannya yang sedang diacungkan tangan olehnya adalah Hardi yang dimaksudkan.
Hardi menampik tangan Keke smabil tersenyum miring. Keke memang lain dari pada yang lain. Keke, gadis itu ada lah satu-satunya gadis yang berani menertawakannya. Gadis yang moodnya mudah berubah, dan gadis yang menyebalkan.
“Ck, kau yakin sekali kalau kau akan menang.” kata Hardi sambil tertekekeh.
“Kau tunggu saja. Aku, seorang Keke Larasati akan memenangkan sayembara ini. Akan membuatmu kehilangan pekerjaanmu. Aku akan menghukummu untuk merangkak di kakiku!” seru Keke berapi-apa.
“Bagaimana bila aku adalah Hardi yang kau maksud?” tanya Hardi menarik alisnya.
Keke kembali tertawa. “Bangun! Kau lihat, hari sudah siang! Tak usah bermimpi lagi.” kata Keke.
Keke jadi teringat, Hardi memang mengenakan pakaian bagus saat di tempat penculikan terkutuk itu namun lihatlah, Hardi kini berpakaian panitia. Keke lebih percaya dengan pakaian yang digunakan Hardi saat ini.
Hardi yang geram langsung berdiri. Dia keluar dari balik meja berjalan ke depan Keke langsung. Keke menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari pertolongan sebab nalurinya berkata kalau dia akan mendapatkan masalah.
Sesampainya di depan Keke, Tangan Hardi langsung memegangi dagu Keke dengan kasar agar Keke mau menatapnya.
Kali ini Keke menciut, nyalinya yang tadinya begitu besar kembali menciut, keberaniannya berganti rasa takut.
“T-..” Danar yang melihat bagaimana Tuannya memperlakukan Keke dengan kasar langsung berjalan. Namun, Hardi langsung menahannya dengan tangannya.
Danar diam. Hatinya tidak tega melihat Keke.
“L-lepaskan aku.” kata Keke dengan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya.
“Kemana keberanianmu tadi, Hah?” tanya Hardi.
Keke langsung meludahi Hardi. Mau tak mau, Hardi semakin marah dan langsung menjauh. Dia mengambil tisu dan menghapus bekas ludah itu dengan kesal.
Dua kali. Dua kali Keke meludahinya. Hardipun geram.
Dia buru-buru berlari menerjang bibir Keke dengan membabi buta. Keke tentu berontak hingga air matanya mengalir.
Semua panita memalingkan muka melihat apa yang dilakukan Hardi. Sedangkan tidak ada kontestan lain di sana. Semua kontestan memang sudah masuk karena Keke adalah kontestan terakhir.