Brian dan Dalila saat ini masih makan malam sembari mengobrol, ia sampai saat ini masih heran kenapa Dalila bisa mencuri perhatian Dillon dan membuat Dillon kesal. Sedari tadi juga Dalila tidak membahas tentang Dillon jadi ia tidak bisa bertanya. Sampai akhir nya mereka berdua berpisah untuk pulang ke rumah mereka masing-masing Brian belum mengetahui sebenar nya apa yang terjadi ke Dalila.
Dalila saat ini sudah mengendarai mobil nya menuju ke rumah nya. Ia tampak bahagia hari ini, entah kenapa hari-hari nya akhir-akhir ini di lewati dengan pertemuan-pertemuan tak sengaja diriny dengan beberapa cowok termasuk Dillon. Ia bertemu Dillon, bertemu dengan Gian, lalu ia juga bertemu dengan Andra dan tadi ia bertemu dengan Brian. Rasa nya mereka semua tampak bisa menjadi teman Dalila ya kecuali Dillon karena seperti nya ia memang orang yang keras dan tak mudah luluh.
“Cuman lo aja Dillon yang bikin gua kepikiran dari pertemuan pertama sampai sekarang. Bahkan setelah ketemuan untuk kedua kalinya gua jug masih mikirin lo. Semoga Tuhan yang Maha Baik mendengar permintaan gua ini.” ujar Dalila itu.
Saat ini Dalila sudah sampai di depan rumah nya dan ia langsung turun menbawa belanjaan nya. Dalila masuk ke kamar dan saat ini ia melihat barang belanjaan nya. Besok ia akan ke SMA Harapan Bangsa lagi untuk mengambil baju seragam. Dalila tampak sangat semangat karena bisa saja ia besok bertemu Dillon.
Dalila pergi ke kamar mandi untuk mandi dan setelah itu dirinya langsung berganti piyama dan akhirnya Dalila pun tertidur. Ia tidur dengan cukup pulas.
Sementara Dillon saat ini sedang melihat grup nya yang sedang membahas besok mereka harus pergi ke sekolah untuk mengambil seragam, tapi Dillon sangat malas untuk itu jadinya ia menitip kan kepada yang lainnya. Namun ternyata yng lain nya juga malas dan berujung dengan mereka akan mengambil sendiri di Yayasan. Mereka hanya malas jika besok mereka sudah menjadi titik fokus dari siswa baru.
Dillon saat ini berada di balkon kamarnya, tadi ia diminta untuk turun makan tapi ia tidak mau. Papa nya seperti nya ada urusan pekerjaan di luar kota jadi yang makan di bawah hanyalah Mama Tiri dan juga Daniel. Dillon kesal ketika melihat mereka berdua karena itu dia tidak mau untuk pergi makan bersama dengan mereka.
“Mas Dillon ini tadi ada pesan antar makanan datang.” ujar Bibi, Dillon menerima nya karena memang tadi dirinya yang memesan makanan tersebut itu.
“Makasih ya Bi.” ujar Dillon dan Bibi meninggal kan kamar nya. Dillon pun duduk di balkon sembari memakan nasi goreng yang ia pesan serta memakan pizza yang juga ia pesan. Lebih baik ia makan di balkon ini daripada makan di bawah bersama dengan keluarga yang ia tidak bisa dan tidak mau sebut dengan keluarga.
Saat Dillon makan, ia tiba-tiba teringat dengan pertemuan nya tadi dengan Dalila. Ia tampak kesal tiap kali dirinya memikir kan tentang Dalila. Entah lah itu semua karena apa yang jelas saat Dalila mengatakan bahwa dirinya dan Dillon akan berpacaran jika mereka satu sekolah, rasa nya Dillon ingin tertawa sinis pada saat itu.
“Lo ga akan mungkin bertahan sama gua Dalila. Jadi mending sebelum semuanya semakin besar, sebelum hati lo semakin terpaut sama gua mending lo matiin hati lo itu buat gua. Gua ga suka orang masuk ke kehidupan gua dan setelah mereka tahu gimana nya gua mereka lari kesetanan. Ga lagi Dalila.” ujar Dillon itu.
Malam ini akhir nya Dillon tertidur setelah ia kekenyangan makan malam nya.
Pagi hari nya Dalila sudah bersiap dengan sangat anggun dan cantik, ia pun memoles wajah nya sedikit. Dalila berangkat dengan mobil nya dan saat ini ia sudah berada di parkiran SMA Harapan Bangsa. Ia penasaran apakah dirinya akan bertemu dengan Gian dan Dillon disini, dan ia saat ini juga sedang menghubungi Brian karena ia sudah pasti tahu dengan jelas bahwa Brian memang bersekolah di SMA HaBang ini.
“Mana nih gua belum liat antara Brian, Gian atau pun Dillon. Kalo yang Gian sama Dillon sih emang belum jelas mereka sekolah disini atau ga tapi kan kalo Brian udah pasti disini. Mana chat gua belum di bales lagi sama Brian. Eh bentar deh bukan nya tadi malem Brian baru ngomong kalo dia udah punya form nya, jangan-jamgan dia ga jadi lagi di SMA HaBang.” ujar Dalila dengan cemberut padahal ia sudah senang punya teman baru yang satu sekolah dengan nya tapi sepertinya itu pupus.
“Ya udah deh gua cari temen disini aja deh.” ujar Dalila yang langsung keluar dari mobil nya, saat ini Dalila berjalan menuju ke lobby SMA Harapan Bangsa, tapi belum ia berjalan lama sudah ada yang memanggil namanya. Ia pun menengok.
“Loh Andra? Lo sekolah disini juga?” tanya Dalila kepada Andra tersebut.
“Iya, wah kebetulan banget ya. Ga nyangka gua.” ujar Andra kepada Dalila.
“Akhir nya gua punya temen juga buat masuk. Gua pusin gua ga punya temen buat ngambil seragam apa lagi nanti kan disuruh buat kumpul di auditorium dulu. Hadeuh, udah yuk ke sama yuk.” ujar Dalila dan Andra mengangguk ke Dalila.
Mereka berdua tampak berjalan bersama menuju ke auditorium, saat ini mereka pun sudah sampai di auditorium dan mereka terlihat sedang memilih bangku, sesudah itu mereka berdua pun duduk dan melanjut kan obrolan mereka berdua lagi. Di sela-sela obrolan itu tampak Dalila sepeti mencari sesuatu membuat Andra melihat nya.
“Lo lagi nyari sesekrang La?” tanya Andra karena melihat Dalila celingukan.
“Ah? Ngga kok, gua cuman lagi nyari aja kali aja ada yang gua kenal lagi kan disini. Kan bisa gabung sama lo dan gua hehhehe.” ujar Dalila kepada mereka itu.
“Ah bener juga, nanti kalo ada temen gua boleh kan gabung juga? Tapi gua ga tahu sih mereka jadinya datang atau ga.” ujar Andra kepada Dalila tersebut itu.
“Sure dong boleh biar makin rame heheh. Gua tuh ga sabar cepet-cepet MOS deh terus abis itu kita dah resmi jadi anak Harapan Bangsa.” ujar Dalila senang.
“Hahaha iya rasa nya emang seru sih apa lagi kalo pas udah MOS, ada seru nya ada kocak nya sih kalo menurut gua. Tapi ya udah lah ya.” ujar Andra tersebut.
“Iya juga ya kalo gua pikir-pikir. Eh udah mau di mulai.” ujar Dalila san saat ini Dalila masih mencari keneradaan Dillon, Gian mau pun Brian tapi tetap tidak ada. Kemudian ia melihat ke handphone nya dan ternyata ada pesan dari Brian.
From: Brian
• Aduh La sorry banget ya gua hari ini ga berangkat ke HaBang, ada urusan.
• But gua masuk ke HaBang kok, santai aja. Have fun ya Dalila.
Dalila pun sudah membaca nya dan saat ini dirinya melihat ke depan, Brian tidak berangkat tapi untung saja ada Andra yang bisa menemani nya. Tapi apa kah benar jika Gian dan Dillon tidak satu sekolah dengan nya? Padahal ia yakin bahwa mereka berdua itu satu sekolah dengan dirinya. Tapi ya sudah lah ia lihat nanti saja.
Sabar Dalila, semua nya akan lebih jelas kalo udah MOS nanti. Batin Dalila.
Sementara di Markas saat ini mereka semua sedang berkumpul dan makan pagi,
“Lah Andra ga ikut bolos tuh? Tumbenan dah dia berangkat?” tanya Daffa.
“Lagi khilaf kali itu anak, udah lah biarin aja. Kayak nya lagi ada masalah sih sih dia di rumah, biarin aja kasian.” ujar Zayn kepada mereka semua saat ini.
“Eh btw kemarin lo kok ga balik lagi kesini Bri? Kemana lo?” tanya Daffa.
“Ah kemarin, gua balik ke rumah.” ujar Brian dan diangguki oleh mereka.
Dillon masih diam saja sedari tadi padahal teman-teman nya sudah mengobrol dengan sangat seru. Saat ini Dillon pun tampak meminum air putih di depannya.
“Daff, lo coba cari tahu apa di SMA Harapan Bangsa ada murid nama nya Dalila Oceana.” ujar Dillon membuat teman-teman nya yang tadi bercanda menjadi terdiam, mereka jujur saja sangat terkejut mendengar Dillon meminta hal ini ke Daffa.
Apa Dillon beneran tertarik sama Dalila? Atau ada apa sebenar nya. Ini hener-bener kayk bukan Dillon yang minta buat dicariin informasi tentang cewek kayak ini. Jadi apa Dalila bener-bener menarik Dillon? Batin Brian melihat ke arah Dillon.
“Hah? Lo yakin Dill? Lo minta gua buat cari info tentang cewek? Emang ada apa sama Dalila? Dari kemarin gua liat lo ga beres gegara Dalila deh.” ujar Daffa. Itu lah yang jadi pertanyaan dari mereka semua. Mereka tampak sangat penasaran.
“Karena kalo dia di SMA kita, gua sama dia bakalan pacaran.” ujar Dillon mengambil kata-kata dari Dalila tersebut, terakhir ia memperlihat kan senyum sinis.
Ini kayak nya ga baik buat Dalila, gua ga bisa gitu aja kalo Dillon bakalan nyakitin Dalila. Tapi gua juga ga bisa ngehentiin Dillon. Batin Brian tersebut.
“Pacaran? Lo yakin Dill? Kenapa lo bisa bilang kayak titu?” tanya Gian saat ini. Ia baru tersadar dari kekagetan nya mendengar perkataan dari Dillon tersebut tadi.
“Ya karena gua sama dia ditakdirkan bersama maybe. Cari aja cepetan Saff gua butuh info secepat mungkin.” ujar Dillon dan saat ini Daffa menncoba mencari nya.
Ia memcari dengan menghack data sekolah nya, itu sudah sering ia lakukan untuk mencari seseorang. Ia pun masih mencoba mencari dan ia menemukan nya.
“Ketemu. Namanya Dalila Oceana Amarta Lon, dia masuk ke SMA Harapan Bangsa dan dia bakalan ditempatin di kelas yang sama kayak kita.” ujar Daffa membuat beberapa dari mereka tampak sangat terkejut mendengar perkataan Daffa.
“Lah kelas nya udah di bagi? Kita kelas apaan emang?” tanya Zayn penasaean.
“IPS 2.” ujar Daffa dan membuat mereka semua mengangguk. Brian dan Gian kompak melihat ke arah Dillon saat ini, Dillon tanpak tertawa tapi terlihat seram.
“Ternyata nasib baik lo bagus juga Dalila.” ujar Dillon masih tertawa saat ini.
“Lo ga akan beneran pacaran sama Dalila kan Lon?” tanya Daffa karena sia tahu bagaimana cara berpacaran dari Dillon, meski pun mungkin Dillon akan berubah tapi tetap saja temprament Dillon sangat tinggi, selain itu juga ia sangat overprotect.
Ia tidak akan suka jika milik nya di ganggu oleh orang lain meski pun ia tidak mencintai cewek itu tapi jika ia melakukan penghianatan padanya. Maka tidak hanya cowok yang menjadi perusak hubungan mereka saja yang hancur tapi Dillon tidak segan untuk menghancur kan cewek itu juga. Meski pun ia masih jadi cewek nya.
“I do, why? Ga ada masalah kan. Lagi pula dia lumayan juga kok.” ujar Dillon.
“Lon tapi lo ga akan ngelakuin hal-hal yang kayak gitu lagi kan? Dalila itu keliatan baik Lon.” ujar Zayn yang ijut khawatir kepada Dalila juga pada saat ini.
“Siapa yang tahu? Gua ga bakalan tahu apa yang bakalan terjadi kedepan nya. Jadi ya gua ga bisa jawab gitu aja.” ujar Dillon kepada mereka semua dengan senyum.
Okay mari kita lihat seberapa pingin nya lo jadi cewek gua Dalila, dan mari kita lihat seberapa lama lo bisa bertahan sama gua. Batin Dillon dengan menyeringai.