Malam sebelum keberangkatan kami, aku dan Zahra tak bisa tidur dengan lelap. Jam 9 malam kami berdua sudah mengistirahatkan diri kami sebentar agar kondisi tubuh lebih fit menghadapi penerbangan yang akan memakan waktu puluhan jam. Besok, kami harus berangkat pagi-pagi buta sekitar jam 4 pagi dari rumah. Alih-alih tidur, Zahra bahkan lebih sering bolak balik memeriksa tas selempang kecil yang masing-masing akan kami bawa. Apa ada yang tertinggal, apa ada yang perlu dibawa lagi dan sebagainya. Hanya itu yang nampaknya mengisi kepala Zahra di malam sebelum keberangkatan kami. Bukan hanya Zahra, tetapi aku pun tak bisa sepenuhnya melelapkan mata. Antara tidur dan terjaga. Semalaman yang kulakukan hanya mempersiapkan diri untuk keberangkatan. Nuruta sendiri tidur bersama kakek neneknya di kam