Bagian 12

1129 Kata
Noah menelisik suasana jalanan sekitar. Ia lalu menatap Eve yang terlihat kikuk. Seolah - olah sedang ketahuan, tertangkap basah sedang mencuri. "Lo mau bawa gue ke apartemen lo?" Noah langsung menyuarakan isi hatinya. Eve sepertinya sudah tidak bisa mengelak lagi. Ia pun tertawa cengengesan kemudian. "Aduh ... Sorry sebelumnya ya, Noah. Habisnya gue bingung mau bawa lo ke mana. Mau minta tolong temen gue, ntar dia malah jadi cepu, dia ngomong - ngomong ke bokap gue. Kan itu bakal mengancam kebebasan gue. Sementara lo tinggal dulu di apartemen gue dulu, ya." Noah memasang tampang kesal luar biasa. "Tadi pas gue bilang lo mau bawa gue pulang, katanya enggak. Katanya di tempat lain!" Eve cengengesan lagi. "Ya maap. Habisnya tadi gue masih bingung harus gimana. Masih bingung mau bawa lo pergi ke mana." Noah melirik Eve, masih dengan tampang kesalnya. "Tadi katanya nggak usah khawatir, tenang aja, udah dipastikan ada tempat buat gue. Ternyata bener dugaan gue. Lo emang masih bingung." Eve cengengesan lagi dan lagi. "Maap ... maap ... oke ... oke ... gue akuin. Gue emang masih bingung dari tadi. Gue bikin lo pergi dari kost itu soalnya pemiliknya songong banget. Gue otomatis aja bertindak. Nggak mikir panjang. Dan gue gengsi buat akuin itu. Tapi kan gue tetep bertanggung jawab, kan. Lo tetep dapet tempat tinggal layak. Yaitu ... di rumah gue. Hehe." "Lo nggak konsisten deh. Kemarin saat gue bilang bakal dateng ke apartemen lo setiap hari buat makan. Tapi lo larang. Katanya takut ada tetangga atau temen lo yang cepu lapor ke bokap lo. Lhah, sekarang gue malah lo bawa tinggal seatap. Gimana, sih?" Eve mencebik, sedih karena sejak tadi di - skak mat oleh Noah terus. "Kan situasinya beda, Noah. Kemarin kan belum tahu kalau hari ini gue bakal bikin lo kehilangan tempat tinggal. Gue kan cuman beritikat baik buat tanggung jawab. Lagian gue juga udah minta maaf. Jangan skak mat gue terus dong. Apa gue nggak usah tanggung jawab aja? Gue turunin lo di sini sekarang." Niat Eve mau sedikit bercanda supaya Noah mencair. Eh, malah cowok itu menanggapi dengan serius. "Kalau lo nggak tanggung jawab, gampang aja. Tinggal gue laporin ke polisi." Eve melirik Noah dengan memelas. "Gue kan cuman bercanda ... astaga ... sensitif amat sih lo. Kayak cewek pms." "Ya siapa yang nggak jadi sensi kalau berhadapan langsung sama orang yang bikin gue kehilangan pekerjaan sekaligus tempat tinggal. Mana dari tadi ngomongnya bohong terus." "Gue kan udah minta maaf." "Iya tahu. Udah gue maafin juga. Gue cuman masih kesel aja. Emang nggak boleh? Lo aja kesel sama gue sampai kasih gue bintang 1. Ya kali saat gue kesel sama lo, gue nggak boleh sewot?" "Iya - iya, terserah lo aja deh. Gue diem." "Ya udah." Eve langsung kembali konsentrasi ke jalan. Dan Noah juga kembali diam karena tak harus menjawab ocehan Eve lagi. ~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Sampai di apartemen, Eve mengendap - endap sambil membawa barang bawaan. Sudah persis seperti maling yang takut tertangkap basah. Sementara Noah jalan biasa saja. Noah sesekali hanya bisa geleng - geleng tiap melihat kelakuan si Eve itu. Kenapa ada manusia absurd seperti itu? "Noah ... lo jangan terang - terangan gitu dong kalau jalan. Kalau ada yang curiga gimana?" Eve menegur Noah yang berjalan tegak seperti tak terjadi apa - apa. "Justru orang - orang bakal lebih curiga kalau lihat elu!" jawab Noah jujur - sejujur - jujurnya. Perjalanan dari parkiran menuju ke lokasi apartemen Eve terasa sangat panjang. Dan pastinya melelahkan. Ketika akhirnya pintu apartemen terbuka, dan mereka berdua telah masuk beserta barang - barang bawaan Eve baru leluasa untuk kembali berjalan tegak seperti semula. Ia juga bernapas dengan lega kini. Tidak menahan - nahan seperti saat berjalan membungkuk. "Duh ... pegel juga, ya," celetuk Eve begitu pinggangnya terasa lega. "Ya iya lah. Siapa suruh jalan kayak kura - kura ninja begitu!" Eve hanya mencebik kesal. Ia lalu melakukan gestur tangan mengajak. "Ayo, buruan. Gue kasih lihat kamar lo. Untung apartemen gue cukup gede. Ada kamar utama. Ada kamar tamu juga." Noah sedang malas menanggapi ucapan Eve. Ia hanya diam dan ikut saja dengan sang empunya apartemen ini. Eve membuka pintu kamar yang ia maksud. Kamar itu tampak sangat luas, bersih, dan rapi. Kira - kira kamar kost lamanya jika dimasukkan ke dalam kamar ini, hanya akan sebesar bagian kamar mandinya saja. "Ya udah, lo masuk sana dulu, gih. Beres - beres, istirahat. Gue juga mau istirahat. Bye ..." Eve hanya langsung melambai dan pergi begitu saja setelah menurunkan barang Noah yang ia bawa. Noah menatap kepergian Eve, sampai cewek itu masuk ke dalam kamarnya sendiri. ~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Noah baru keluar dari kamar barunya menjelang sore hari. Setelah masuk tadi, ia langsung beres - beres, membersihkan diri, lalu istirahat. Entah karena dirinya yang kelelahan, atau memang betah berada dalam kamar barunya. Noah tidak munafik. Tentu saja berada di sini jauh lebih nyaman dibanding tinggal di kamar kost lamanya. Kemarin saat tidur di sofa saja, Noah sudah merasakan kenyamanan yang luar biasa. Apa lagi hari ini ia justru memiliki kesempatan mencicipi ranjang mewah berukuran king size, dengan ruangan ber - ac nam sejuk. Mana pernah Noah bermimpi akan pernah mengalami hal seajaib ini. Jangankan bermimpi, sedikit kepikiran saja tidak pernah. Karena Noah orangnya tahu diri. Noah menegok ke kanan dan ke kiri. Tidak nampak Eve di mana pun. Apakah cewek itu masih betah istirahat di kamar? Atau sudah keluar tapi entah berada di mana. Noah yang haus segera menuju ke dapur untuk mengambil minuman. Sampai di sana, ia kebingungan menemukan letak air minum.  Di wastafel ada beberapa sayur yang sudah dikupas, sepertinya baru saja dicuci. Berarti Eve sudah bangun, kan? Pandangan Noah mencari tempat minum, namun kemudian menemukan sebuah jalur pendek yang terhubung dengan sebuah balkon luas. Saking luasnya, lebih cocok disebut taman, dari pada balkon. Penasaran, Noah berjalan memasuki area itu. Lamat - lamat ia mendengar suara seseorang. Suara Eve. "Moa belum datang hari ini. Ke mana dia? Aduh ... apartemen udah kotor banget. Waktunya dibersihin. Harusnya kemarin, kan, Moa datang? Kok sampai hari ini nggak datang juga. Buruan suruh dateng, ya. Soalnya aku lagi ada tamu. Nggak enak kalau rumahnya berantakan dan kotor." Ternyata itu benar Eve. Sepertinya sedang bicara dengan seorang customer service perusahaan cleaning service yang ia sewa. Apa? Rumah sebersih dan serapi ini disebut kotor dan berantakan oleh Eve? Noah ingin menunjukkan bahwa dirinya ada tak jauh dari Eve. Lagi pula ia juga ingin menanyakan di mana letak air minum. Karena ia benar - benar sudah haus tak tertahankan. "Ehem ...." Noah hanya berdeham kecil. Namun karena suasana sedang sepi, dehaman kecil saja akan mampu diantar oleh udara menuju telinga Eve. Yang membuat Eve seketika menoleh. ~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ -- T B C --
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN