Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, sekarang Daniel sedang menunggu Floria di parkiran. Dua menit yang lalu, Floria mengirim pesan bahwa ia sedang bertugas piket sebentar. Jadilah Daniel menunggunya sekarang.
Mata Daniel tak sengaja menangkap seseorang yang sedang berlari menuju mobilnya. Gadis yang tadi beradu mulut dengan Alin.
"Cantikan juga dia daripada si Alin. Pantes aja dia nyalahin tuh cewek." ujar Daniel berbicara sendiri.
Ponsel didalam saku celana Daniel bergetar, menandakan ada sebuah panggilan masuk.
Incoming Calls, Papa..
"Hallo, Pa?"
"Daniel, kamu bisa pulang sekarang?" tanya Dimas, Papa Daniel.
"Ada apa, Pa? Kok suara Papa kaya yang lagi khawatir gitu?"
"Oma masuk kerumah sakit dan dia pengen ketemu sama kamu sekarang katanya." ujar Dimas disebrang sana.
"Oma kenapa, Pa?"
"Kamu jangan banyak tanya. Sekarang kamu mending kesini. Dirumah sakit tempat Oma biasa dirawat." ujar Dimas.
"Tapi Daniel gak bisa, Daniel ada janji sama Floria."
"Jadi kamu lebih mementikan pacar kamu itu daripada Oma kamu sendiri?"
"Bukan gitu, Pa. Tapi—"
"Pokoknya Papa gak mau tau, kamu kesini sekarang. Kamu emangnya gak sayang sama Oma? Dia lagi butuh kamu, Dan. Dia nyariin kamu."
Ingin rasanya Daniel mengumpat. "Yaudah. Daniel kesana sekarang."
Daniel menghembuskan nafasnya kasar, lalu sambungan diantara mereka terputus bertepatan dengan Floria yang baru saja datang.
"Maaf ya nunggu lama. Tadi kelas berantaran banget, banyak sampah." ujarnya.
Daniel menatap Floria menyesal. "Maaf banget, Flo, kayanya acara jalan kita hari ini batal deh."
"Kenapa?" tanya Floria.
"Aku harus pulang sekarang." ujar Daniel.
"Emang ada apa?" tanyanya.
"Oma sakit, dia sekarang dirumah sakit. Katanya mau ketemu sama aku sekarang." jelas Daniel.
"Yaudah kamu cepetan kesana."
"Tapi kamu pulangnya gimana?"
"Gampang. Ini masih siang jadi taksi juga masih gampang."
Daniel mengangguk. "Yaudah, kamu hati-hati ya. Nanti aku kabarin kamu."
Floria mengangguk. Daniel naik keatas motornya, kemudian melajukan motornya tanpa memasang helm terlebih dahulu.
*****
Daniel memarkirkan motornya diparkiran rumah sakit. Lalu melangkahkan kakinya kedalam. Tadi Papanya sudah memberitahukan dimana kamarnya.
Sedari tadi perasaan Daniel tidak enak. Seakan akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Namun Daniel tidak tau itu apa.
Daniel masuk kedalam ruang rawat Omanya. Disana ada Mama, Papa, Adiknya, dan juga beberapa anak Omanya yang lain.
Diatas brankar ada Omanya yang dipasang oksigen.
Daniel menghampirinya. "Oma kenapa?" tanyanya sambil meraih tangan kiri Omanya.
"Penyakit Oma kambuh, Dan." jawab Rina.
"Tapi Oma gak papa kan?"
Daniel mendengar Dimas menghela nafasnya.
"Oma gak papa kok." terdengar suara lemah Nina, Oma Daniel.
"Oma udah sadar? Ada yang sakit gak? Daniel panggilin dokter yah."
Nina menggeleng. "Oma cuma butuh kamu." ucapnya lemah.
"Oma butuh apa? Biar Daniel ambilin."
Daniel memang dari kecil dekat dengan Nina karena dulu Dimas dan Rina, Mamanya, sangat sibuk mengurusi bisnisnya, jadi Daniel sering dititipkan kepada Nina. Namun sekarang Rina tidak lagi terlalu sibuk semenjak lahirnya Dania, Adik Daniel yang sekarang sudah berusia 15 tahun.
"Daniel.." panggil Nina.
"Iya Oma?"
"Menikahlah dengan wanita pilihan Oma sama Opa."
Deg...
Daniel mematung ditempat. Apa yang tadi diucapkan Omanya? Menikah? Dia harus menikah? Lalu bagaimana dengan Floria? Tidak, Daniel tidak bisa melakukan itu.
Ia tidak bisa memutuskan Floria hanya karena permintaan konyol Omanya.
Lagipula, sesuatu yang dipaksakan pada akhirnya akan sia-sia.
Daniel memijat pangkal hidungnya. "Kenapa harus Daniel?"
"Karna kamu yang bisa Oma harapkan."
"Kenapa gak Bang Iky aja?"
Iky adalah sepupu Daniel. Dia anak dari Bibinya.
"Daniel, kamu tidak mengerti, nak." Nina masih mengeluarkan suaranya meskipun lemah. Wanita paruh baya itu menatap cucunya dengan wajah memelas.
Semua yang ada diruangan hanya diam. Tidak ada yang membuka suaranya untuk membujuk Daniel.
"Daniel gak mau. Daniel udah punya pacar." ucap Daniel tegas.
"Daniel.." panggil Rina lembut.
"Apa? Mama mau maksa Daniel juga? Daniel gak mau. Iya Daniel bakalan nikah, tapi gak sekarang dan akan bersama wanita pilihan Daniel sendiri." tanya Daniel sarkatis.
Rina menghela nafasnya. Ia kemudian menuntun Daniel untuk duduk di sofa. "Daniel, ini semua tidak seperti apa yang kamu kira."
"Terus apa? Kenapa harus Daniel? Cucu laki-laki Oma kan banyak."
"Daniel, semua berawal dari perjanjian Oma sama Opa kamu."
Daniel menaikkan satu alisnya. "Perjanjian apa?"
"Kamu masih inget sama Kakek Fredi dan Nenek Laila?"
Daniel mencoba mengingat dua nama yang disebutkan Mamanya tersebut. "Yang dulu mereka sering main ke rumah?" tanyanya dengan agak ragu.
Rina mengangguk.
"Terus?"
"Oma sama Opa dulu punya perjanjian kalo suatu saat nanti jika cucu pertama mereka berlawan jenis, maka mereka akan menjodohkannya pada saat umurnya 17 tahun. Cucu pertama Kakek Fredi adalah laki-laki, tetapi yang kedua adalah perempuan." jelas Rina.
Mungkin itu alasannya kenapa seminggu terakhir ini Opanya sering datang ke mimpinya. Daniel kira itu cuma hal yang wajar karena mungkin ia merindukan Opanya. Tetapi ternyata maksud Opanya mungkin ini? Ingin menjelaskan tentang perjodohan konyol ini.
"Daniel punya pacar Ma, dan Daniel gak bisa memenuhi permintaan Oma sama Opa."
"Floria? Daniel, Mama udah bilang kan sama kamu kalo Mama gak suka sama Floria."
"Apa alasan Mama buat gak suka sama Floria?"
"Apapun alasan Mama, kamu pasti akan menganggap bahwa apa yang dikatakan Mama itu salah, Mama cuma belum mengenal dia." ujar Rina yang sudah mengerti apa jawaban Daniel.
"Kamu gak bisa nolak, Daniel. Papa sama Paman Joe akan mengurus semuanya." ujar Dimas yang mampu membuat Daniel menoleh dan menatapnya tajam.
"Maaf, Daniel. Ini semua untuk kesembuhan Oma. Mama juga tidak setuju jika bukan karena Oma sakit." ujar Rina dengan pelan.
"Yaudah Mama bujuk Oma supaya perjodohan ini batal."
Rina menggeleng. "Gak bisa."
Daniel menutup matanya, menghela nafasnya kasar. b*****t!
Daniel kemudian menghampiri Oma Nina yang sedang berbaring. "Oma?"
Oma Nina menoleh lemah. "Daniel akan ngelakuin apa aja buat Oma asal jangan perjodohan itu ya, Oma. Daniel mohon sama Oma."
"Daniel—"
"Atau Oma jodohin Dania aja sama yang anak pertamanya itu, laki-laki kan?"
"Jangan gila, Daniel. Anak pertamanya itu udah kuliah, udah 21 tahun." sahut Dimas.
Daniel menatap Omanya dengan wajah lebih memelas lagi. "Oma,"
"Daniel, Oma cuma bisa berharap sama kamu." ucap Oma Nina.
Daniel menjatuhkan kepalanya diatas lengan Oma Nina, menggeleng pelan. Cowok itu terlihat frustasi sekarang.
Sudah tidak ada cara untuk membujuk Oma Nin agar membatalkan perjodohan gila itu. Mungkin sekarang Daniel akan memikirkan bagaimana caranya agar perjodohan ini tidak tercium orang lain. Apalagi Floria!
*****