Cari Istri!
"Mau sampai kapan sendiri terus?"
Jagat kembali terdiam di tempatnya saat pertanyaan tersebut kembali dilayangkan oleh sang bunda. Sampai telinganya pengang pun, bunda akan terus menanyakan pertanyaan yang sama hingga Jagat bisa menjawabnya.
"Kamu tidak mikirin Keyra? Kasihan anak kamu, dia juga butuh yang namanya ibu."
"Kan ada Bunda, sama saja kan?" sahut Jagat santai, yang mana membuat sang bunda geleng-geleng kepala.
"Cari istri, Jagaaat!"
Jagat menghela napas panjang. Sudah tidak terhitung lagi, berapa kali sang bunda mengatakan hal tersebut. Memintanya untuk cepat-cepat mencari istri.
Semua tidak sesederhana itu. Jagat bahkan tidak terpikirkan untuk menikah dalam waktu dekat. Meskipun memang dia selalu membayangkan adanya sebuah keluarga yang utuh.
Jagat juga mau memberikan ibu untuk Keyra sang anak yang sudah besar. Jagat selalu memberikan apa pun yang terbaik untuk Keyra. Semua keinginannya selalu Jagat penuhi tanpa menunggu sampai memintanya dua kali. Namun, Jagat belum bisa mewujudkan keinginan Keyra untuk memiliki keluarga kecil sendiri. Jagat belum bisa memberikan ibu untuk Keyra. Dan tentunya, tugasnya sebagai pemimpin perusahaan membuatnya sedikit kesulitan untuk membagi waktu bersama sang anak.
"Keyra sudah berusia 6 tahun sekarang. Kamu tidak kasihan sama anak kamu nanti? Di sekolahnya pasti banyak banget anak-anak yang dijemput sama ibunya. Sementara Keyra? Yang jemput pasti si Siti, mbaknya. Kamu tidak mikir sampai di situ Gat?"
"Nggak segampang itu buat cari istri, Bun. Bunda pikir cari istri kayak cari batu depan rumah?"
"Kamu kan sudah sering Bunda kenalin ke anak-anaknya teman Bunda, tapi selalu alesan nggak cocoklah, nggak ngertiin kamu lah dan masih banyak banget. Aslinya tuh gampang kalau kamu mau buka hati. Kamunya saja yang susah Gat,"
Bunda sudah lelah sekali menyuruh putra semata wayangnya itu untuk segera menikah. Sejak Keyra berusia tiga tahun, Bunda sudah sering menjodohkan Jagat dengan anak-anak teman arisannya. Tapi tetap saja sampai sekarang tidak ada yang pernah jadi. Mentok-mentok hanya sebatas perkenalan saja.
"Anak Bunda ganteng begini kan gampang banget ngegaet ceweknya. Perasaan kok susah banget sih Gat? Dulu jaman masih kuliah saja sampai ada banyak cewek yang dateng ke rumah nangis-nangis gara-gara kamu putusin. Sekarang kok susah banget perasaan mau cari istri?"
Dari dulu jaman kuliah, siapa sih yang tidak mengenal Jagat Kaivan Mahatama?
Salah satu mahasiswa terpopuler pada masanya. Terkenal sangat tampan, pintar, tapi minusnya playboy.
Sampai sekarang pun sebenarnya masih populer di kalangan orang-orang kantor. Banyak karyawati yang menaruh hati pada sosok Jagat. Jagat si pria matang nan mapan, tentu banyak yang kepincut oleh pesonanya. Tapi ya begitu, pria berusia 33 tahun itu sulit untuk membuka hati semenjak terakhir kali mencoba untuk memulai hubungan baru. Namun ternyata, wanita itu hanya pura-pura menyukai kehadiran anaknya.
Oleh sebab itu, sampai sekarang setiap kali sang bunda berniat menjodohkannya, Jagat selalu berusaha untuk menggagalkannya. Karena yang ada di dalam pikirannya adalah, semua wanita sama saja. Tidak mau menerima kehadiran bidadari kecilnya.
"Bun, dulu sama sekarang kan sudah beda. Mana mau sih sama Jagat yang udah punya anak?"
"Banyak! Tapi kamunya saja yang menutup diri. Nggak mau buka hati,"
"Bukannya nggak mau Bun, tapi kebanyakan pada nggak beneran sayang sama Keyra. Pokoknya yang nomer satu buat Jagat ya Keyra."
"Susah deh Bunda kalau ngobrol sama kamu."
"Sudahlah Bun, jangan bahas ginian terus. Lagi pula Keyra nggak pernah nanyain lagi soal itu. Dia happy karena ada aku, opa dan oma-nya."
"Ya tapi kan Bunda nggak bisa setiap hari nemenin Keyra. Siti yang terus ada sama Keyra. Makanya Bunda tuh pengennya kamu cepet nikah, biar ada yang ngurusin Keyra. Jangan bergantung sama Siti terus."
"Bun—"
"Atau jangan-jangan kamu masih mikirin perempuan gila itu?" sela bunda, namun tatapannya seakan tengah menuduh sang putra.
Jagat sontak menghela napas berat. Menggelengkan kepalanya dan menyahut, "nggak, sama sekali Jagat nggak kepikiran dia. Bunda tau sendiri sebenci apa Jagat sama orang itu."
"Bagus kalau begitu. Bunda cuma takut saja kalau kamu masih mengharapkan orang itu. Demi Tuhan, Bunda nggak setuju dan nggak akan mau kasih restu."
Jagat hanya bisa mengangguk mengiyakan. Lagi pula, dia sama sekali tidak pernah memikirkan orang di masa lalu. Apalagi yang sudah mengecewakan dan menyakiti hatinya.
Tidak ada tempat bagi orang-orang yang sudah membuat separuh hidupnya menderita. Sampai kapan pun, Jagat akan mengingat luka yang sudah ditorehkan oleh orang tersebut. Karena yang dilukai bukan hanya dia, tapi juga anaknya—Keyra Putri Mahatama.
"Sudah malam Bun, tidur gih. Besok harus ke Solo kan nemenin ayah?"
"Pinter banget alesannya biar Bunda cepet-cepet masuk kan?"
"Bunda nih selalu aja negatif thinking," sahut Jagat dengan cepat.
"Ya sudah, Bunda masuk sekarang. Tapi omongan Bunda yang tadi dipikirkan baik-baik Gat. Cepat cari istri. Kalau kamu masih nggak bisa dapetinnya, biar Bunda yang carikan."
"Bun, masih aja pembahasannya begitu. Emang Bunda nggak capek? Nggak malu apa ngejodohin anaknya mulu, tapi nggak pernah ada yang jadi sama sekali."
Bunda yang gemas akhirnya memukul lengan Jagat. Namun tidak terlalu kasar.
"Malu ya pasti! Tapi tebelin muka aja kalau Bunda. Abisnya kamu banyak maunya, aneh-aneh. Padahal anak-anak temannya Bunda pada cantik-cantik."
"Udah dibilang nggak cocok. Pada nggak bener Bun, cuma suka sama Jagat doang."
"Alesan!"
"Udah sana, Bunda buruan masuk terus tidur. Besok nggak bisa bangun pagi, awas kena omel ayah baru tau rasa,"
"Anak kurang ajar, malah ngedoain bundanya kena omel. Ya sudahlah, Bunda masuk sekarang. Kamu juga jangan lama-lama di luar. Besok nganter Keyra ke sekolah sebelum pergi ngantor,"
"Iya Bun," sahut Jagat singkat, lalu refleks menghela napas panjang saat sang bunda sudah masuk ke dalam.
Sumpah demi apa pun, Jagat sebenarnya malas jika sang Bunda menginap di rumahnya. Karena pasti ujung-ujungnya akan membahas perihal istri. Lalu soal perjodohan dan lain-lainnya.
Ini sudah bukan lagi zaman dahulu yang masih kental budaya perjodohan. Zaman sekarang tentu berhak memilih apa pun yang sudah menjadi kehendak masing-masing. Sesuai dengan isi hati dan kecocokan.
Jagat, belum menemukan yang cocok. Yang benar-benar bisa mengetuk hatinya. Sebab wanita yang dia cari cukup unik. Pertama, yang tidak suka dengannya. Kedua, tidak tau siapa dirinya. Karena dari situ, tantangan yang ingin Jagat taklukkan. Sudah pasti wanita yang seperti itu sangat istimewa.
Pertanyaannya, di mana Jagat bisa mencari wanita yang sesuai dengan keinginannya itu?
Jawabannya, tentu tidak tau. Tapi Jagat percaya, pasti ada. Sebagai mantan playboy, Jagat sudah bosan dikejar-kejar. Sekarang, giliran dia yang ingin mengejar wanita yang dia sukai.
"Dipikir cari bini semudah membalikkan telapak tangan apa? Ck! Bunda-bunda..."
Jagat bangkit dari duduknya. Kepalanya mendongak ke atas untuk menyaksikan ribuan bintang malam ini.
Bibirnya membuat lengkungan indah sesaat melihat rembulan bersinar terang. Di bawah langit yang begitu tenang, Jagat merapalkan banyak keinginan. Siapa tau, semesta akan mewujudkan keinginannya satu persatu.