Father and Son

1087 Kata
“Wah … siang yang sejuk seperti ini, enaknya memang merebahkan diri seperti ini dan tertidur seperti ini” ucap Julio mulai mengatakan hal-hal yang aneh, dan ya … ketika dia sudah seperti itu, Nathan tahu bahwa Julio sudah sangat mengantuk dan akan tertidur dalam hitungan detik. Mendengar hal itu, Josh menoleh menatap ke arah Julio yang tengah berbaring di sampingnya, dan benar saja … setelah ia berucap seperti itu, Julio sudah tidak berada lagi bersama dengan mereka, dan tentunya hal itu membuat Josh dan Nathan menahan tawa mereka mendapati bahwa Julio sudah tertidur di bawah pohon apel tersebut. “Ap akah harus kita bangunkan dia?” tanya Nathan kepada Josh, dan hal itu langusng diberi gelengan kepala oleh Josh, “Tidak perlu, kasihan dia … biarkan dia seperti itu” ucap Josh kepada Nathan, dan hal itu pun membuat Nathan menganggukkan kepalanya dan turun dari atas pohon apel itu, “Kalau begitu aku akan berkeliling sebentar” ucap Nathan kepada Josh, mendengar hal itu Josh pun menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Nathan untuk berjalan-jalan di sana. … Nathan berjalan-jalan di sekitaran rumah besar itu, dan ketika dia sudah berada di salah satu samping dari rumah mewah itu, Nathan melihat ada Samuel yang tengah bermain basket seorang diri saja, dan hal itu tentunya mendatangkan sebuah tanda tanya di dalam benaknya. Hal itu pun membuat Nathan memutuskan untuk mendekati Samuel yang tengah asyik bermain basket sendirian di sana. Tentunya dengan topeng yang selalu dipakai di wajahnya, karena ia takut jika ada sesuatu hal yang lebih serius dari hal ini terjadi di sana, “Hei!” panggil Nathan, dan hal itu membuat Samuel yang mendengarnya pun menolehkan pandangannya menatap ke arah Nathan yang baru saja datang di sana. “Oh, hei Mr.Nathan! Senang masih bisa melihatmu di sini” ucap Samuel kepadanya, mendengar hal itu membuat Nathan menatap anak tersebut yang kini mendrible bola sebanayak tiga kali dan kemudian melemparkanya ke atas ring basket yang ada di sana, namun tembakannya saat itu meleset, dan membuat Samuel mendecih sedikit kecewa karenanya, “Kenapa bermain seorang diri?” tanya Nathan kepada Samuel, dan hal itu membuat Samuel tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Aku tidak bermain sendirian, aku akan selalu bermain dengan ayahku … tidakkah kau melihatnya??” ucap Samuel seraya memperlihatkan kalung yang dikenakan olehnya di sana, dan hal itu membuat Nathan berprasangkan bahwa kalung itu pasti pemberian sang Ayah kepadanya, “Ah … maafkan aku” ucap Nathan merasa tidak enak kepadanya, dan hal itu membuat Samuel menggelengkan kepalanya di sana, tidak mengambil hati apapun yang diucapkan oleh Nathan tadi, “Tak apa, karena anda tidak mengetahuinya … Mr.Nathan!” ucap Samuel lagi, dan kali ini ketika ia mendrible bolanya dengan segera Nathan berlari dan merebut bola itu lalu memasukkannya ke dalam ring basket hingga ia mencetak gol di sana. Srang! Suara bola basket yang masuk ke dalam ring basketnya, dan hal itu membuat Nathan terpukau dan kemudian menoleh menatap Nathan yang kini tersenyum kepadanya, “Jangan panggil aku Mr.Nathan … panggil saja Nathan!” ucap Nathan menjelaskan bahwa ia tidak begitu suka jika dipanggil Mr oleh Samuel, dan karenanya Samuel menganggukkan kepala dan tersenyum menanggapi hal itu. “Baiklah … eum, Nathan … apakah kau mau bermain basket bersama denganku?” tanya Samuel kepada Nathan yang kini tertawa mendengarnya dan kemudian menganggukkan kepala menanggapi pertanyaan itu, “Let’s Go!” jawab Nathan kepada Samuel dan hal itu membuat Samuel merasa senang dan segera mengambil bola basket yang ada di sana, keduanya pun asyik bermain basket di sana. Entah apa yang terjadi, namun ketika Nathan bermain bersama dengan Samuel, ia merasa bahwa semua pikirannya dan semua kekhawatirannya mengenai masalah yang tengah dihadapi olehnya seketika hilang begitu saja. Seperti awan hitam yang tersingkirkan oleh angin yang sangat kuat sehingga mentari mampu menyinari dan menggantikan sang awan hitam yang ada di sana. Nathan berlari seraya mengejar Samuel yang kala itu mendrible bolanya dan kemudan mereka bersama-sama melompat untuk mencetak dan menghalangi bola masuk ke dalam ring yang ada di sana. Srang!! Bola lemparan Samuel pun masuk dan hal itu membuat dirinya memekik kesenangan, dan hal itu membuat Nathan pun merasa senang karenanya. “Nice shoot, Buddy!” ucap Nathan seraya beradu tos dengan Samuel yang kini tersenyum dan melompat untuk menggapai telapak tangan Nathan di sana. “Yeah!! one point for me!” ucap Samuel kepada Nathan, dan hal itu membuat Nathan mengangguk mengiakan ucapan tersebut. Keduanya bermain dengan sangat senang, tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik keduanya melalui jendela ruangan lantai tiga yang kala itu menghadap langsung ke arah lapangan basket. … Permainan basket yang mereka lakukan sudah berlangsung sekitar satu setengah jam, dan setelahnya mereka memilih untuk duduk dan berteduh di pinggir lapangan dengan handuk dan juga minuman ion yang langsung disediakan oleh para maid yang ada di sana. “Permainan mu cukup bagus!” puji Samuel kepada Nathan, dan hal itu membuat Nathan terkekeh mendengarnya, “Tentu!” jawab Nathan, seolah dirinya berterimakasih karena telah diberikan sebuah pujian oleh Samuel di sana, dan hal itu membuat Samuel merasa semakin penasaran terhadap Nathan. “Siapa kau sebenarnya?!” tanya Samuel, dan hal itu tentu mengejutkan bagi Nathan, “Apakah kau seorang pemain basket??” sambungnya lagi, dan hal itu tentu membuat Nathan menjadi lega setelah mendengar ucapan tersebut dan kemudian Nathan hanya terkekeh untuk menanggapi hal itu. “Kau sendiri?? kau sangat hebat bermain basket, apakah cita-citamu menjadi seorang pemain basket?” tanya Nathan balas bertanya kepada Samuel yang kini tersenyum di sana ketika mendengar hal itu, “Aku dan papaku selalu bermain basket di akhir pekan seperti ini … setiap akhir pekan, jadi tentu aku hebat melakukannya … tapi, karena papa sudah tidak ada … aku merasa keahlianku ini tidak akan pernah bisa bertambah lagi, jadi … aku tidak akan melakukannya” ucap Samuel kepada Nathan, dan hal itu tentu sangat mengejutkan bagi dirinya, “Tidak bisakah kau bermain dengan anak yang lainnya di luar sana?? atau di sekolah bersama teman-temanmu??” tanya Nathan kepada Samuel, dan hal itu membuat Samuel menggelengkan kepalanya, “Aku tidak bersekolah di sekolah umum, aku mengharuskan diriku untuk fokus terhadap mata pelajaran yang sudah di tetapkan, dan aku juga tidak memiliki waktu untuk bermain dengan teman-teman lainnya karena aku harus melakukan banyak sekali les tambahan yang diberikan oleh mama ku” jawab Samuel di sana, dan hal itu tentu membuat Nathan merasa aneh sekaligus kecewa dengan apa yang telah diberikan kepada Samuel di sana, anak seumurannya seharusnya banyak melakukan hal yang disukai oleh dirinya. …  to be continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN