"Apa yang ada dipikiran gadis bodoh ini. Bagaimana mungkin dia mencoba bunuh diri!" suara kesal bercampur khawatir itu terdengar di telinga Aletta.
"Ibu sudahlah. Yang terpenting Qyra bisa diselamatkan." Suara asing lainnya juga terdengar.
"Apa yang nanti harus aku katakan pada ayah dan ibunya jika dia tidak bisa diselamatkan."
Aletta masih mendengarkan suara penuh kecemasan itu. Saat ini Aletta tengah berpikir apakah di akhirat terdapat bau khas rumah sakit karena penciumannya menangkap bau itu. Aletta cukup akrab dengan bau rumah sakit karena hampir tiap hari ia menjaga ayahnya yang mengidap penyakit kanker sebelum akhirnya meninggal karena digrogoti oleh penyakit mematikan itu.
Perlahan bulu mata Aletta terbuka. Ia penasaran seperti apa dunia setelah kematian. Hal pertama yang Aletta lihat ketika membuka mata adalah langit-langit sebuah ruangan yang berwarna putih.
"Qyra!"
Aletta merasakan hangat di tangannya. Perlahan pandangan Aletta turun. Dan matanya menangkap sosok wanita paruh baya yang tidak ia kenali sama sekali.
"Ya Tuhan, Qyra. Apa yang sebenarnya ada di otakmu. Kenapa kau mencoba bunuh diri?!" suara kesal itu sama seperti yang Aletta dengar tadi. Dan ternyata pemiliknya adalah wanita yang kini tengah memandangnya kesal.
"Ibu, jangan memarahi Qyra. Dia baru saja siuman."
Pandangan Aletta kini berpindah pada wanita muda berparas lembut yang berdiri di sebelah wanita paruh baya yang memarahinya.
Bunuh diri? Qyra? Kening Aletta berkerut. Ia tidak bunuh diri, melainkan dibunuh. Dan namanya adalah Atthaletta Evangellyn bukan Qyra seperti yang disebutkan oleh dua wanita yang ada di tepi ranjangnya saat ini.
Tunggu dulu... Aletta tiba-tiba menyadari sesuatu. Ia melihat ke sekelilingnya, dan ia bisa memastikan bahwa dirinya sedang berada di salah satu ruang rawat rumah sakit.
Tidak mungkin.
Aletta menggelengkan kepalanya. Ia sudah mati karena jatuh dari tebing dan tenggelam di lautan. Atau mungkin ia berhasil diselamatkan oleh orang lain?
"Qyra, kau baik-baik saja, kan? Apakah kau merasa pusing atau sakit?" tanya wanita muda bersurai hitam yang menatap Aletta cemas.
"Siapa kalian?" Aletta berhasil membuka mulut. Suaranya terdengar lemah.
"Aku, Gretta, bibimu. Dan ini adalah Laura, kakak sepupumu. Kau tidak mengenali kami, Qyra?" Gretta —wanita paruh baya di sebelah Aletta menggenggam tangan Aletta.
Bibi? Sepupu? Aletta tidak memiliki keluarga selain ibu tiri dan saudari tiri. Tatapan Aletta yang kebingungan membuat Gretta semakin cemas.
"Laura, apa yang terjadi pada adikmu? Kenapa dia tidak mengenali kita?" Gretta beralih pada putrinya.
"Qyra. Kau benar-benar tidak mengenali kami?" Laura bertanya dengan raut serius.
"Aku tidak mengenal kalian. Dan kenapa kalian memanggilku Qyra?" Aletta balik bertanya.
Laura segera memanggil dokter, sementara Gretta wanita itu terus memandangi Aletta dengan ekspresi sedih.
Dokter datang bersama dengan Laura dan langsung memeriksa keadaan Aletta. Lalu menjelaskan bahwa Aletta mengalami amnesia karena benturan yang terjadi di kepala Aletta.
Gretta merasa tubuhnya lemas begitu juga dengan Laura. Sementara Aletta, ia merasa semakin bingung. Ia tidak amnesia. Ia ingat nama lengkapnya, nama ayah dan ibunya serta semua yang terjadi sebelum ia jatuh dari tebing. Dan bagaimana bisa dokter mendiagnosanya kehilangan ingatan? Aletta harus mempertanyakan kembali lisensi kedokteran dari dokter yang memeriksanya.
"Dokter, kapan aku bisa keluar dari rumah sakit ini?" Aletta mengabaikan kebingungannya tadi. Ia hanya perlu keluar dari rumah sakit dan kembali ke kediamannya untuk membuat perhitungan dengan Calvin dan Briella.
"Kami masih perlu memeriksa kondisi Anda. Setidaknya Anda harus berada di rumah sakit ini sampai satu minggu ke depan."
Satu minggu? Itu terlalu lama. Aletta tidak akan membuang waktunya membiarkan Calvin dan Briella bersenang-senang setelah mencoba membunuhnya.
Dokter pamit permisi meninggalkan ruangan. Dan setelah dokter pergi, Aletta mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya.
"Qyra, jangan bangun dulu. Kau dengar dokter mengatakan kau membutuhkan banyak istirahat, kan?" Laura menahan Aletta yang hendak bangun.
Aletta sebelumnya tidak pernah bersikap kasar pada orang lain, tapi kali ini ia menepis kuat tangan Laura yang memeganginya. "Lepaskan aku."
"Qyra. Jangan seperti ini." Laura masih menahan lengan Aletta.
Aletta tidak peduli. Ia mencabut selang infus di tangannya.
"Qyra, apa yang kau lakukan?" Gretta menatap Aletta bengis. "Kau harus beristirahat."
"Aku tidak mengenal kalian. Dan berhenti memanggilku Qyra." Aletta menatap dingin Gretta dan Laura. Ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan turun.
Gretta tidak menyerah. Ia menghadang langkah Aletta. "Aku tidak akan mengizinkan kau keluar dari ruangan ini," tekannya.
Aletta melewati Gretta. Ia keluar tanpa peduli larangan dari Gretta dan Laura. Aletta menyentuh pergelangan tangannya yang terasa kebas. Langkahnya tiba-tiba terhenti ketika ia menyadari sesuatu. Tidak ada tahi lalat di pergelangan tangannya. Aletta memeriksa lagi tangannya, dan ia baru menyadari bahwa tangan itu bukan miliknya. Ia memiliki bekas luka di punggung tangannya karena mencoba melindung Meisie. Dan di tangannya saat ini tidak terdapat bekas luka itu.
Aletta memiringkan kepalanya. Ia semakin membeku ketika melihat pantulan di kaca rumah sakit. Seseorang berdiri di depannya, dan orang itu bukan gambaran dirinya.
"Bagaimana mungkin?" Aletta tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Aletta menyentuh wajahnya, rambutnya, dan lengannya sembari memperhatikan kaca di depannya. Tubuh yang ia miliki kini bukan tubuhnya.
Kepala Aletta tiba-tiba terasa sakit. Kakinya bergerak mundur selangkah, dan jika saja Laura tidak menahannya maka ia pasti sudah terjatuh di lantai.
"Qyra, jangan keras kepala. Kau butuh istirahat." Laura merengkuh lengan Aletta. Membawa Aletta kembali ke ruang rawat tanpa ada perlawanan dari Aletta.
Kepala Aletta terasa semakin sakit saat Aletta memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Kenapa ia berada dalam tubuh wanita yang sama sekali tidak ia kenali? Lalu bagaimana dengan tubuhnya saat ini?
Aletta tidak menemukan jawaban yang dapat diterima oleh akal dan pikirannya.
"Kau kenapa? Kepalamu sakit?" Gretta menatap wajah pucat Aletta. Ia dengan cepat membantu Aletta berbaring kembali di tempat tidur.
Aletta tidak menjawab. Ia masih terjebak dalam keanehan yang sedang terjadi.
"Di mana ini?" Aletta tidak menjawab Gretta, ia malah menanyakan hal lain pda Laura dan Gretta.
"Peterson Hospital Center, Kota S," jawab Laura.
"Tahun berapa sekarang?"
"2019."
Aletta kembali diam. Tahun dan tempat tidak berubah. Ia masih berada di dunia yang sama dengan yang ia tinggali sebelum ini.
Reinkarnasi pada tubuh orang lain, apakah hal itu memang ada?
Pertanyaan Aletta pun terdengar tidak masuk akal bagi dirinya sendiri. Aletta tidak percaya bahwa reinkarnasi itu ada, tapi apa yang terjadi padanya saat ini bisa dikatakan adalah sebuah reinkarnasi.
Kepala Aletta makin terasa sakit karena banyak berpikir. Otak cemerlangnya yang mengetahui banyak hal dan bisa menyelesaikan masalah sulit kini tampak tidak berfungsi sama sekali.
Tangan Aletta digenggam oleh Gretta. Membuat Aletta berhenti berpikir untuk sejenak dan menatap Gretta dengan ekspresi datar.
"Jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi, Qyra. Bibi memang tidak pernah menjadi bibi yang baik untukmu, tapi biarkan bibi menepati janji bibi pada ayah dan ibumu untuk menjagamu." Mata Gretta terlihat basah. Tatapan wanita itu sangat tulus. Ia memang tidak pernah bisa memberikan pakaian dan makanan serta tempat tinggal yang layak untuk Qyra, tapi ia sangat menyayangi Qyra seperti ia menyayangi putrinya sendiri.
Aletta pernah melihat tatapan tulus itu, tapi masalalu membuatnya tak mempercayai ketulusan lagi. Orang yang terlihat tulus belum tentu memiliki niat baik padanya. Seperti Briella, wanita itu juga pernah menatapnya seperti ini, tapi sebuah kebusukan tersimpan dengan rapat dibalik ketulusan yang hanya sandiwara. Begitu juga dengan Calvin, kasih sayang terlihat jelas dari tindakan dan ucapan pria itu, tapi diakhir cerita ia dibunuh oleh pria yang mengaku sangat menyayanginya.
"Aku lelah dan ingin istirahat. Kalian bisa meninggalkanku sendiri," seru Aletta dingin.
Laura dan Gretta menghela napas pelan. Semenjak kematian ayah dan ibunya, Qyra menjadi pendiam dan dingin seperti saat ini. Sangat sulit untuk menyentuh Qyra.
"Kami akan menunggumu di luar." Laura meraih lengan Gretta, meminta ibunya tanpa suara untuk ikut keluar dari ruangan. Laura pikir Qyra butuh waktu sendirian.
Dengan berat hati Gretta mengikuti ucapan putrinya. Ia melangkah keluar setelah melihat keponakannya sekali lagi sebelum ia menutup pintu ruangan.
Aletta kembali menatap ke langit-langit ruangan. Persetan dengan apa yang terjadi saat ini. Entah itu reinkarnasi atau lainnya, yang pasti ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan padanya untuk membalas dendam. Melalui tubuhnya atau bukan, asal ia masih bernyawa itu bukan masalah.
Entah itu Aletta atau Qyra, ia akan menjalani kehidupannya saat ini.
Dengan identitas baru dan tubuh baru ini, Aletta bersumpah ia akan menagih setiap rasa sakit yang ia terima dari Calvin dan Briella. Akan ia datangkan badai untuk dua manusia yang sudah mengantarkannya pada kematian.
"Calvin, Briella, aku tidak akan pernah membiarkan kalian senang setelah semua perbuatan kalian padaku. Akan aku buat kalian meneteskan air mata darah karena kekejaman kalian." Aletta yang murah hati telah berubah menjadi pendendam. Jangan salahkan Aletta, salahkan saja Calvin dan Briella yang telah menyakitinya.
Tbc