Ratunya atau bukan

1673 Kata
Setiap 6 bulan sekali akan diadakan pemilihan gadis-gadis cantik. Pemilihan gadis cantik dibagi menjadi dua, anak-anak pejabat atau bangsawan dan anak-anak rakyat biasa. Anak-anak pejabat atau bangsawan akan dijadikan wanita-wanita milik raja sementara anak-anak rakyat biasa akan dijadikan pelayan yang masih berkemungkinan menjadi selir raja. Hari ini adalah penyeleksian untuk gadis-gadis itu. Tahap awal penyeleksian akan dilakukan oleh pejabat istana yang berwenang. Setelahnya akan ada tahap kedua, memisahkan wanita cantik berbakat dan tidak yang masih dilakukan oleh petugas berwenang, lalu tahap ketiga ratu yang akan memilih 10 wanita cantik berbakat untuk ditempatkan di hareem, tahap terakhir akan dipilih 3 wanita tercantik untuk ditempatkan di satu paviliun berbeda dari istana harem. 6 bulan lalu yang memilih bukan ratu tapi ibu suri. Semua terjadi karena ratu terlalu menghormati ibu suri. Dan sekarang karena ibu suri tidak bisa mengambil peran, akhirnya ratu yang akan turun langsung. Penelope telah selesai sarapan. Ia pergi ke tempat penyeleksian tahap awal untuk memantau. Sejujurnua Penelope tak tertarik sama sekali, namun karena itu pekerjaan yang harus dilakukan oleh ratu maka ia melakukannya. Ia tak akan membiarkan siapapun menggantikan posisinya. Meski ia sendiri sadar bahwa harusnya bukan ia yang di sana melainkan Velove yang sudah tiada. Penyeleksian awal sedang berlangsung. Semua gadis yang diperiksa adalah gadis perawan dari berbagai penjuru wilayah kerajaan. Melihat banyak wanita yang mendaftarkan diri mereka untuk jadi wanita istana, Penelope mendengus kasar. Apa sebenarnya yang ada di otak para wanita itu? Hidup di istana bukanlah suatu yang menyenangkan. Jika kau tidak kuat maka kau akan mati. Jika kau tidak punya keluarga yang berpengaruh maka kau akan tersingkirkan. Kehidupan di istana lebih kejam dari kehidupan di hutan. Meski sama-sama yang kuat yang bertahan namun di hutan tak akan ada konspirasi licik seperti yang terjadi di istana. Sekitar 500 wanita ada di tempat penyeleksian itu. Mereka diperiksa dengan ketat oleh petugas istana. Lagi-lagi Penelope mendengus, apakah para wanita ini tidak memiliki cita-cita untuk menjadi satu-satunya wanita bagi seorang pria? Meski Penelope sendiri tak paham cinta dan tak pernah jatuh cinta tapi dirinya pribadi, ia jelas tak akan sudi berbagi dengan wanita lain. Membayangkan prianya pergi dari satu wanita ke wanita lainnya lalu kembali padanya adalah hal yang sangat menjijikan. Dan pekerjaannya saat ini juga menjijikan. Memilihkan wanita lain untuk suaminya. Oh, jika saja ia berada di kehidupannya sendiri sebagai Penelope maka ia tak akan melakukan hal bodoh seperti ini. "Yang Mulia, apakah Anda melihat satu yang cocok untuk Yang Mulia Raja?" Asley menanyakan pertanyaan bodoh. Apa peduli Penelope pada wanita yang cocok untuk raja. Ia bahkan berniat memilihkan acak wanita untuk raja. "Aku tak bisa memilih satu di antara ratusan orang. Setelah hasil seleksi baru aku bisa melihat mana yang terbaik." Penelope menjawab datar. Pikiran lain terlintas di benak Penelope, nampaknya ia harus mencari gadis muda terbaik untuk membuat selir Elyse merasa terancam. Sampai detik ini yang Penelope lihat, Elyse adalah selir yang paling disukai oleh raja. Dalam waktu satu bulan Penelope sudah mengamati, raja akan menghabiskan 14 malam dengan selir Elyse lalu 16 malam lainnya akan dibagi dengan beberapa selir dan istirahat sendiri di kediamannya. Akan sangat menyenangkan jika melihat Elyse melakukan banyak hal untuk mencegah raja menyukai gadis-gadis baru yang lebih segar dari Elyse. Sekarang meski Elyse adalah selir kesayangan raja tapi dia sudah tidak memiliki pendukung lagi, putri Elena sudah tewas. Ia tak punya banyak hal untuk mengamankan posisinya. Ditambah lagi jika salah satu selir atau gadis muda mengandung dan melahirkan putra. Maka niat Elyse untuk jadi ratu akan pupus begitu saja. Pemikiran Penelope memang benar. Bahkan sekarang Elyse sudah berada di tempat penyeleksian itu. Selama ini ia merasa aman karena selir-selir dibawahnya tak bisa menandingi kecantikannya, namun kali ini ia merasa cukup terbebani. 3 gadis tercantik di Apollyon telah mengikuti pemilihan wanita-wanita raja. Masing-masing dari 3 gadis itu juga memiliki latar belakang yang baik. Cucu dari tabib besar kerajaan, putri kedua menteri pertahanan, dan terakhir putri sulung menteri kehakiman. Meski Elyse sendiri adalah putri dari perdana menteri yang begitu dihormati, tetap saja ia merasa posisinya sedikit terancam. Akan ada 3 orang yang tentunya mengincar posisi ratu atau posisinya sebagai selir utama. "Nampaknya saat ini kau bertindak seperti ratu yang sesungguhnya, Yang Mulia." Elyse tak bisa menahan dirinya untuk tak memberikan nada sarkas pada Penelope. Wanita itu tersenyum manis pada Penelope dengan kepala yang sedikit ia tundukan. Seperti kata-kata barusan adalah salam yang keluar dari mulutnya. Elyse memang tahu benar cara bersandiwara dengan baik. Mereka yang tak bisa mendengarkan apa yang Elyse katakan tentu berpikir bahwa gerakan mulut Elyse adalah ucapan salam ditambah dengan senyuman dan tundukan kepala. Penelope tak begitu peduli dengan keberadaan Elyse, lebih tepatnya ia mengabaikan wanita itu dan melihat ke deretan wanita cantik yang berada beberapa meter darinya. Tak mendapat balasan apapun dari Penelope membuat Elyse geram, ia kembali mengeluarkan kata-kata dari mulut berbisanya, "Kau hanya akan menikmati posisimu sebentar saja. Setelah ibu suri sembuh kau akan kembali menjadi pecundang." Senyuman keji terlihat samar di wajah Penelope. Sembuh? Tak akan ada yang bisa menyembuhkan ibu suri meski itu dokter terhebat yang dimiliki oleh Apollyon. Bahkan saat ini penyakit ibu suri pasti bertambah parah. Jarum yang ia suntikan kemarin pasti sudah mulai bereaksi. Bintik kecil akan muncul dari jempol kaki ibu suri, lalu akan berubah jadi sebuah luka bernanah yang akan menyebar ke seluruh tubuh ibu suri. Hanya tinggal tunggu waktu, paviliun Cherry akan menjadi paviliun paling busuk di Apollyon. "Kau terlalu mengkhawatirkan posisiku. Lihat, 500 gadis muda di depanmu adalah orang yang mengincar suamimu. Kau harus mencemaskan dirimu sendiri, Selir Elyse." Elyse tertawa kecil, "Mereka bukan apa-apa. Hati Raja adalah milikku." Penelope tersenyum mengejek, "Kau terlalu percaya diri. Jika hati raja hanya milikmu tak mungkin dia mendatangi wanita-wanita lain. Ah, atau kau saja yang berpikir bahwa hati raja milikmu?" tatapan mata Penelope mencemooh Elyse. Elyse mengepalkan tangannya, meski ia tahu yang Penelope katakan adalah kebenaran tapi ia tak terima direndahkan oleh wanita seperti Penelope. "Tch! Kau mengatakan hal seperti itu karena kau iri padaku. Sungguh kasihan, meskipun kau seorang ratu tapi kau hanya ratu boneka. Hanya menempati singgasana tapi tak pernah bisa menggapai Raja." Penelope ingin tertawa keras. Iri? Ia iri pada Elyse? Ia masih memiliki kewarasan, untuk apa iri pada wanita seperti menyedihkan Elyse. Wanita yang terus menginginkan posisinya namun tak pernah bisa mendapatkannya. "Kau dicampakan tiap malam. Setiap kedatanganmu raja selalu menolakmu. Bahkan untuk memberimu muka saja raja tak sudi. Sungguh tebal muka kau masih ada di istana ini." Elyse terus merendahkan Penelope. Inilah kenapa Penelope mengatakan bahwa saudari kembarnya adalah wanita bodoh. Untuk apa ia mengejar-ngejar raja yang sama sekali tak menaruh hati padanya. "Kau tahu karakterku dengan baik, Selir Elyse. Aku memang tebal muka. Aku tak akan pergi dari istana dan menyerahkan posisiku padamu." Sekali lagi, Penelope tak terprovokasi oleh Elyse. Ia tetap tenang. Matanya seperti air danau yang tak bergelombang sama sekali. Tak menunjukan emosi sedikitpun. "Kau akan segera kehilangan posisi yang sama sekali tak cocok denganmu itu!" Penelope tertawa geli, "Kita akan lihat siapa yang akan lebih dulu kehilangan posisinya. Aku sebagai ratu atau kau sebagai wanita yang disenangi raja." Kata-kata Penelope begitu menjengkelkan bagi Elyse. Jika saja ini tidak di tempat umum maka ia pasti akan menampar wajah Penelope.   "Asley, kembali ke paviliunku." Penelope meninggalkan Elyse dengan wajah cantiknya yang selalu terlihat dingin. Wanita-wanita cantik yang sedang diseleksi memberi hormat pada Penelope yang diumumkan meninggalkan ruangan. Tak satupun dari mereka tak memuji kecantikan Penelope, mereka heran entah apa yang dipikirkan oleh raja hingga tak terpikat oleh kecantikan dan keanggunan Penelope. Apakah raja membenci wanita yang sangat cantik? Apakah itu sebabnya ia tak terpikat pada ratu dan lebih menyukai selir Elyse yang kecantikannya dibawah ratu? Jalan kembali ke paviliun harus melewati pelataran utama, di pelataran itu juga raja dan paman kerajaan melangkah. Mau tidak mau Penelope yang berada dijalur yang sama harus menyapa dua orang itu. "Memberi salam pada Yang Mulia Raja dan Paman Kerajaan." Meski ia membenci setengah mati Elcander tapi ia tak menunjukan kebencian ith di wajah dan matanya. Wanita itu nampak tenang. "Salam diterima, Yang Mulia Ratu." Arega menerima salam. Pria itu memberikan senyuman hangat seperti di musim semi. Berbanding terbalik dengan Elcander yang mengabaikan Penelope dan masih memasang wajah dingin. Baru beberapa detik, sebuah aroma khas yang sangat diingat oleh Elcander tercium. Ia tak perlu menebak dari mana aroma itu berasal karena jelas itu dari Penelope. "Yang Mulia dan Paman Kerajaan nampak sibuk, kalau begitu saya tak ingin mengganggu." Penelope menggeser tubuhnya satu langkah ke samping. Memberikan jalan pada Elcander dan Arega. Tanpa menunggu waktu, Elcander segera melangkah. Arega tersenyum pada Penelope, lalu ia menyusul Elcander. Meluruskan tubuhnya, Penelope kembali melangkah. Tak peduli sama sekali pada penghinaan yang Elcander lakukan. Jika itu Velove, wanita itu pasti akan merasa sangat sakit hati. "Yang Mulia, mengapa Anda begitu dingin pada Ratu Penelope?" Arega membahas hal yang seharusnya tak dibahas. Elcander menatap lurus ke depan dengan mata elangnya. Pria itu tak menjawab sama sekali. Ia sedang memikirkan penyerangan malam itu. "Kenapa Paman tertarik membicarakannya? Apakah Paman sudah terpikat pada paras pelacurnya?" Arega tahu mulut Elcander sangat beracun, pria ini akan mengatakan apapun yang ia pikirkan. "Sangat disayangkan wanita secantik itu diabaikan begitu saja." "Kalau begitu Paman bisa mengunjunginya." Arega tertawa kecil, "Sayang sekali, Pamanmu ini masih memiliki moral." Kecantikan Penelope memang langka dan jauh di atas gadis-gadis cantik lainnya tapi hal itu tak membuat Arega hilang akal. Ia adalah seorang Pangeran Apollyon yang bermoral tinggi. Ia tak akan menyentuh wanita yang sudah bersuami apalagi wanita itu istri keponakannya sendiri. Pembicaraan tentang Penelope berhenti di sana. Namun di otak Elcander ia masih memikirkan istri yang tak pernah ia sentuh itu. Bukan karena saat ini ia terpikat tapi karena beberapa hal yang mengganjal. Elcander harus memastikan satu hal. Ia yakin aroma yang ia cium adalah aroma dari tubuh Penelope namun leher jenjang yang ia lihat malam itu jelas bukan leher ratunya. Ia pernah beberapa kali melihat leher Penelope secara sekilas, di sana ada tahi lalat tepat di tengah batang leher. Sementara di batang leher wanita yang mencoba membunuhnya semalam tidak terdapat tahi lalat. Yang ingin ia pastikan adalah wanita yang menjadi ratunya saat ini benar ratunya atau bukan.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN