01. Jasper
Almekia Kingdom, 3045 M
Almekia Kingdom adalah sebuah kerajaan modern dengan perkembangan teknologi yang sangat maju. Di mana umum digunakan robot (Gear), kemampuan magic dan ilmu beladiri dalam kehidupan sehari-hari oleh penduduknya.
Ibu kota kerajaan Almekia adalah kota Almerina, kota yang dikelilingi oleh padang pasir pada segala sisinya. Sehingga membuat suhu udara di dalam kota sangat terik di siang hari. Di sana terdapat pusat pemerintahan kerajaan Almekia yang bergabung menjadi suatu kompleks istana Almekia Kingdom.
Di sebuah taman salah satu paviliun istana, sedang bersembunyi di antara pepohonan, seorang pemuda berusia hampir dua puluh tahun. Pemuda itu memiliki rambut pirang yang berkilauan bagaikan emas serta kedua bola mata yang berwarna keemasan juga. Pemuda itu adalah Jasper, Putra Mahkota dari Kerajaan Almekia.
"Ceklek."
Jasper menghentikan kegiatan mengamati keadaan paviliun perdana menteri di seberang taman, saat mendengar suara ranting pohon yang patah. Pemuda itu menolehkan kepala sejenak, dia mendapati seorang gadis yang baru mendaratkan kaki di salah satu ranting pohon.
Gadis itu memiliki rambut lurus sebahu berwarna coklat, warna yang senada dengan kedua manik matanya yang jernih. Dia adalah Saphir, putri bungsu Perdana Mentri kerajaan Almekia, yang merupakan teman sebaya dengan jasper.
"Selamat siang, Pangeran Jasper." Saphir memberi sapaan dengan nada ceria yang menjadi ciri khasnya sambil mengulas senyuman manis.
Jasper tidak memberikan jawaban untuk menanggapi sapaan dari Saphir. Tetap meneruskan kegiatannya untuk mengamati segala penjuru taman.
"Pasti kamu kabur dari istana lagi ya?" Saphir lanjut bertanya dengan gaya bicara satai. Dia melompat ke salah satu ranting yang lebih dekat dengan posisi Jasper.
Jasper tetap terdiam, malas menjawab pertanyaan yang sudah pasti jawabannya itu.
"Sedang apa kamu bersembunyi di sini? Takut ketahuan para prajurit yang sedang berpatroli?" Saphir kembali bertanya karena Jasper tak kunjung menjawab pertanyaanya.
"Yang aku takuti bukannya prajurit yang sedang berpatroli, tapi justru ayahmu! Beliau ada di rumah, Saphir?" jawab Jasper tetap waspada mengamati keadaan di sekeliling taman.
"Tidak ada. Sepertinya beliau sedang berada di istana," Saphir memberikan keterangan.
"Syukurlah kalau begitu," Jasper membuang napas lega mendengarnya.
Dengan gerakan ringan, Jasper melompat dari ranting pohon tempatnya bersembunyi kemudian melangkahkan kaki dengan lebih leluasa ke bangunan super mewah yang ada di seberang taman. Paviliun kediaman keluarga perdana menteri Almekia Kingdom.
Saphir ikut melompat dan berjalan cepat mensejajari langkah Jasper. Melangkah beriringan menyusuri taman dan memasuki bangunan paviliun. Gadis itu menceritakan tentang berbagai hal kepada Jasper, seperti laporan rutin tentang berbagai hal yang terjadi di sekitar istana.
"Kamu tahu Jez, kucing peliharaan dari putri Mentri ketahanan pangan hilang kemarin. Sungguh menghebohkan karena dia mengerahkan banyak sekali prajurit untuk mencarinya."
"Kok bisa?" tanya Jasper penasaran.
"Salahnya sendiri. Dia membawa kucing itu keluar paviliun tapi tidak menjaganya dengan baik." Saphir menjelaskan dengan bersemangat.
"Apesnya si kucing malah masuk ke dapur istana, mencuri makanan di sana. Para koki istana menjadi gempar, lalu menangkap dan menghukum si kucing serta melaporkan kepada menteri ketahanan pangan."
"Apa sang menteri tahu kalau itu kucing putrinya?"
"Sepertinya beliau tidak tahu. Sungguh miris ya rasanya, bayangkan saja putrinya merengek dicarikan kucing itu, tapi beliau sendiri yang malah menangkap dan menghukum si kucing."
"Miris sekali." Jasper ikut tersenyum membayangkan nasib sial si kucing yang harus berhadapan dengan para koki istana.
Jasper dan Saphir melanjutkan obrolan ringan sepanjang sisa perjalanan mereka. Jasper sangat menyukai Saphir yang selalu bisa memberikan warna dan hiburan tersendiri baginya dalam menghadapi berbagai rutinitas monoton setiap hari. Dengan berbabagai pelajaran, ilmu pegetahuan dan kegiatan kenegaraan.
Hubungan Jasper dengan Saphir dan keluarga Perdana Menteri Kerajaan Almekia memang cukup akrab. Satu hal yang membuatnya senang adalah keluarga itu tidak pernah mempermasalahkan status Jasper sebagai seorang Putra Mahkota Kerajaan.
Selain keluarga Perdana Menteri, masih ada beberapa keluarga Menteri tinggi lain yang memiliki hubungan akrab dengan Jasper. Putra-putri mereka yang kebetulan berusia sepantaran dengannya pun sudah seperti sahabat dan teman bermain bagi Jasper.
"Hei Jasper, kebetulan sekali kau datang saat Bibi baru selesai memasak. Ayo coba cicipi!" Seorang wanita setengah baya dengan penampilan yang anggun dan keibuan menyapa Jasper.
Beliau adalah Agatha, ibu dari Saphir serta istri dari sang perdana menteri Kerajaan. Wanita nomer dua di negeri ini setelah ibunda Jasper, sang Ratu Kerajaan Almekia.
"Tentu, Bibi. Aku memang sudah sangat lapar." Jasper menyambut tawaran beliau dengan senang hati.
Jasper mengambil duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan oval yang terbuat dari marmer halus super besar. Di atas meja sudah terhidang berbagai jenis makanan mulai dari makanan pembuka, menu utama, makanan penutup bahkan sampai cemilan dan buah-buahan lengkap tersedia.
"Mewah sekali? Apakah akan ada acara di sini? Atau Bibi Agatha sengaja membuatnya untukku?" tanya Jasper menyelidik kepada Agatha.
"Tentu saja untuk menjamu Pangeran Jasper dari Almekia Kingdom." Agatha menjawab sambil menata makanan di atas meja makan.
"Bagaimana Bibi bisa tahu aku akan datang ke sini hari ini?"
"Tentu saja Jez, kemarin siang kau datang untuk makan di rumah bibi Emerald dan kemarin lagi di rumah bibi Garnet jadi sekarang bukannya giliran kediaman kami?"
"Karena kau selalu adil dalam membagi waktu makan siangmu untuk kami secara bergiliran." Saphir ikut menjawab sambil tersenyum.
"Ooh jadi begitu?" Jasper sendiri malah tidak sadar dengan kenyataan itu. Bahwa dirinya sudah berlaku adil dalam memberikan kunjungan kepada kerabat-kerabat dekatnya di paviliun istana.
"Saphir, ayo temani Jasper makan!" Agatha memerintahkan putrinya sambil terus mondar-mandir dari dapur ke ruang makan, membawakan berbagai makanan.
"Baik, Bu." Saphir mulai menyiapkan piring dan peralatan makan lain untuk Jasper dan untuknya sendiri.
"Jadi? Kamu kabur dari pelajaran lagi, wahai Pangeran nakal?" Agatha bertanya untuk berbasa-basi kepada Jasper.
"Hehe iya, Bi." Jasper menjawab sambil mulai menyantap makanan pembuka.
"Kalau sesekali kabur sih tidak masalah, Jez. Tapi kalau setiap hari kabur bukannya akan mempengaruhi hasil pelajaranmu nanti?" Sebagai orang tua, tentu saja Agatha tidak ingin pendidikan Jasper sebagai seorang Pangeran terganggu karena kenakalannya yang satu ini.
‘Apa jadinya jika calon penerus tahta Kerajaan Almekia adalah orang yang tidak cakap?’
"Aku bosan dengan segala pelajaran yang itu-itu saja, Bi." Jasper mengutarakan alasan dibalik semua kenakalannya yang sering kabur seenaknya dari jam pelajaran.
"Ibunda Ratu terus saja mendatangkan guru-guru private untukku. Mulai dari guru ilmu bela diri, ilmu kemiliteran, tata krama dan kepribadian, taktik perang, ketatanegaraan, sosial politik, bahkan ilmu magic dan pengobatan juga tidak ketinggalan."
"Pelajaran-pelajaran yang bahkan sudah aku dapatkan sejak aku masih kecil. Sungguh tidak menarik dan membosankan." Keluh Jasper yang didengarkan dengan seksama oleh kedua ibu dan anak itu.
"Bukannya semua itu bagus untukmu? Agar kamu cepat pintar dan kuat." Seperti biasa Saphir selalu berusaha menghibur Jasper dengan ucapan manisnya.
"Terus kapan kamu juga belajar memasak makanan yang enak seperti ibumu, Saphir?" Jasper balik menggoda sahabatnya.
Saphir langsung memasang muka masamnya sebagai jawaban. Sementara ibunya ikut tertawa ringan bersama Jasper sebagai tanggapan. Meskipun seorang gadis, Saphir termasuk gadis tomboi yang lebih suka belajar bela diri daripada memasak. Padahal di usianya yang sudah Sembilan belas tahun, Saphir sudah seharusnya memperiapkan diri untuk menjadi wanita yang baik. Agar siap jika kelak akan dilamar oleh seorang pangeran atau putra bangsawan.
"Saphir benar. Kalau kamu sudah cukup kuat, kamu akan bisa menyusul Diamond dan yang lainnya yang sudah terlebih dahulu memulai karir militer mereka." Agatha berusaha memberikan penyemangat untuk Jasper.
"Tapi entah kapan aku akan bisa menyusul mereka semua, Bi. Jika sampai saat ini ibunda Ratu bahkan tidak mengijinkan untuk menyentuh Gear." Keluh Jasper lirih. Merasa tertinggal jauh jika dibandingkan dengan teman-teman lain yang berusia sebaya dengannya.
Di era serba modern ini, sangat wajar jika para remaja seusia Jasper sudah bisa mengendalikan Gear. Gear adalah sebuah robot berbentuk seperti manusia dengan berbagai macam bentuk dan ukuran sesuai dengan fungsinya. Umumnya ukuran gear sangat besar, bisa setinggi dua kali ukuran manusia dewasa bahkan sampai belasan meter.
Gear dapat bergerak sendiri atau juga memerlukan manusia sebagai pilot untuk mengendalikannya. Terutama untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan ketepatan dan ketelitian. Gear biasa digunakan untuk membantu pekerjaan manusia sehari-hari, sebagai alat transportasi bahkan tak jarang digunakan untuk keperluan militer dan senjata perang.
Pyaaar!
Tiba-tiba terdengar suara keras benda jatuh. Jasper terlonjak kaget saat melihat Agata tiba-tiba menjatuhkan gelas yang sedang dipegang di tangannya.
Japer dan Saphir terlonjak kaget melihat tingkah janggal Agatha. Bahkan lebih jauh wajah wanita itu terlihat sangat syok dan tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Jasper.
'Ada apa? Kenapa Bibi Agatha sekaget itu?'
"Jez? Benarkah yang kau katakan tadi?" Agatha buru-buru menghampiri Jasper. Wanita paruh baya itu bahkan mencengkeram erat kedua bahunya dengan keras dan memaksa Jasper berdiri dari kursi.
"Benar sekali, Bi." Jasper semakin kebingungan dan tidak mengerti menghadapi reaksi janggal dari Agatha.
"Tidak mungkin, tidak mungkin Nefrit akan melarang kamu menyentuh gear! Tidak jika sampai akhir hayatnya pun ayahmu masih berada bersama dengan Gear!"
Sebuah kilatan petir seakan menyambar tubuh Jasper seketika demi mendengar kalimat yang diucapkan Agatha. Suatu informasi tentang ayahnya yang telah tiada dan sangat misterius.
‘Jadi Bibi Agatha mengetahui sesuatu tentang ayahku?’