Hari yang paling tidak disukai Fely datang. Hari dimana adanya pelajaran olah raga. Tapi, sedikit beruntung karna Fely yang mendapat dispensasi karna kakinya yang belum boleh banyak gerak untuk beberapa hari kedepan. Tapi, walau begitu, tetap saja Fely harus berganti pakaian dan tetap kelapangan walau hanya untuk sekedar duduk saja.
Dari lantai 2, Barra mengawasi Fely dari depan kelasnya. Barra memang mewanti-wanti untuk Fely tidak mengikuti kegiatan hari ini. Tentu saja Barra tidak sendirian. Barra ditemani teman-temannya tanpa terkecuali Jihan.
"Eh eh Bar apa nih di leher lo?" Tanya Haykal sambil menunjuk leher Barra yang terdapat beberapa kiss mark. Dengan spontan Barra memegangi lehernya yang ditunjuk oleh Haykal.
"Abis ngapain lo???" Tanya Luthfi.
Semua teman-temannya kini mengolok-oloki Barra karna hal itu. Barra sedikit salah tingkah. Ia lupa jika sudah dua malam ini Barra melakukan kewajibannya bersama Fely.
"Apa sih lo pada?" Tanya Barra salah tingkah.
"Hayo lo abis ngapain Bar?" tanya Haykal lagi.
"Gue ga ngapa-ngapain etdah" jawab Barra berbohong.
"Oh gue tau!!" Luthfi mengacungkan tangannya saat ia mengingat sesuatu.
"Apa, apa?" tanya Kamal dengan semangat.
"Itu pasti karna ulah cewek lo yang malem-malem itu main dirumah lo ya?" Tanya Lutfhi.
Seketika pendengaran Jihan memanas saat teman-teman prianya kini mengira jika Barra sudah memiliki kekasih. Apa lagi saat Barra tidak mengelak hal tersebut. Jihan memilih untuk pergi karna ia tidak tahan mendengarnya.
"Guys gue kekelas dulu ya" pamit Jihan.
"Yah, yah ko masuk" ucap Vino.
"Cemburu dia" jawab Ansell.
"Gila si Barra, Jihan kurang apa coba?" tanya Kamal pada Barra.
"Apa sih gue ga suka sama dia" jawab Barra dengan tegas.
"Terus selama ini deket?" tanya Luthfi.
"Gue ga ngerasa deket, dia mau temenan masa kita tolak?"
"Tapi dia cantik bro" Kamal menaruh sikutnya diatas bahu Barra.
"Kalo lo mau deketin aja". jawab Barra santai.
"Lo kan tau gue sukanya sama si Fely" jawab Kamal.
"Dia aja suka ngehindar kalo ada lo" jawab Barra sambil melepaskan tangan Kamal lalu pergi meninggalkan teman-temannya yang sedang mentertawakan Kamal.
"Bar, ikut" teriak Luthfi yang mengikuti Barra yang berjalan sepertinya kekantin itu. Lalu diikuti yang lainnya karna guru yang mengajar dikelas mereka sedang absen.
***
Sedangkan dilapangan, Fely sedang asyik memainkan hp nya. Walaupun gurunya ada didekat Fely, Fely terlihat santai sekali sekarang. Ia malah asyik chattingan dengan suaminya yang sedang berada dikantin itu. Setelah menikah, memang Barra tidak jarang menjajani Fely. Walau Fely selalu diberi uang jajan, tetap saja Barra selalu membelikannya makanan atau tidak Fely yang memintanya pada Barra.
B
Mau gw psnin mkn ga?
Cia
Ga ush gw jjn aja sma yg lain
B
Serius lo?
Cia
Iya serius ga usah
B
Gw tdinya mau di rooftop, tpi lo pasti blm kuat
Cia
Sabar ya suamikkk
B
Emg gw slama ini ga sbr apa ngadepin lo?
Cia
Ngga hahahaha
B
Sialan
Cia
Udh ah, gw lagi OR ini
B
Bct bgt gw liat tdi lo diem aja
Cia
Haha, klo ikut nnti laki gue marah
B
Bgs sdr diri
(read)
Fely mengakhiri chattingan nya dengan Barra karna Febri yang kini menghampirinya. Febri duduk disamping Fely lalu gadis itu menselonjorkan kakinya saat ini.
"Asyik banget chattan sama siapa lo?" tanya Febri.
"Ada dehhh"
Fely memasukan hp nya kedalam kantung celana olah raganya. Selain karna teman-temannya yang lain menghampiri Febri dan Fely, jam pelajaran juga sudah selesai. Mereka berlima memilih untuk berganti pakaian langsung.
***
"Gila gerah banget gue pengen beli yang seger nih" ucap Clarin yang mengibas-ngibaskan tangannya.
"Lo sih over banget mainnya" komentar Nindi.
"Makanya kaya gue, diem aja dilapangan" timpal Fely.
"Ga guna lo ganti baju juga" komentar Kai.
"Ya ga papa kan gue lagi sakit" jawab Fely membela dirinya.
"Iya deh si paling sakit" timpal Febri lalu semuanya tertawa.
Sedang asyik membenarkan baju mereka, datanglah Jihan dengan teman sekelasnya ke kamar mandi. Kedua gadis itu juga sedang asyik bercerita. Tapi, lebih ke teman JIhan yang banyak bertanya pada Jihan.
"Tumben lo ga sama Barra?" tanyanya pada Jihan.
Fely memasang telinganya saat nama suaminya disebut-sebut disini. Fely mengambil banyak kesempatan disini karna penasaran Jihan dan temannya ini akan membicarakan apa tentang Barra.
"Ga papa" jawab Jihan.
"Kalian lagi berantem ya? Biasanya juga lo berdua selalu barengan".
"Ngga, siapa yang berantem?"
"Ya kali aja".
Tidak ingin membuat Jihan curiga, Fely mengajak teman-temannya untuk pergi kekantin saja karna perut mereka yang sudah lapar. Ditambah Clarin yang terus berkata jika dirinya haus.
***
Sebelum duduk, Fely dkk memilih untuk memesan minuman terlebih dahulu. Kali ini tidak ada jadwal diantara mereka untuk memesan makanan. Karna mereka sudah sangat haus, jadi mereka terlebih dahulu memesan minuman.
Vino yang melihat Fely sedang membeli minumanpun sontak memanggil sahabatnya itu untuk duduk satu meja dengannya. Karna sudah lama Vino tidak meminta makanan atau minuman dari Fely.
"Fel, duduk sini aja" ajak Vino sambil melambaikan tangannya. Fely menoleh ke arah sahabatnya itu.
"Ogah" tolak Fely secara mentah-mentah.
"Lo paling mau minta jajanan Fely kan?" tanya Clarin yang memang berdiri dengan Fely dipenjual yang sama.
"So tau lo, gue kangen aja sama sahabat gue" ucap Vino.
"Ogah gue dikangenin sama lo!!" ucap Fely yang kini sudah selesai memesan minuman dan mencari tempat duduk yang kosong bersama Clarin. Karna Kai, Febri dan Nindi memesan minuman boba, sedangkan Fely dan Clarin memesan jus.
Fely menemukan meja yang memang berada didekat meja Barra. Bahkan dirinya dan Barra duduk berdekatan. Jika Fely dan Barra menoleh kearah belakang, sudah pasti wajah mereka akan bertemu.
"Tumben lo cuman beli jus aja" komentar Kai yang sudah duduk dimeja Fely dan Clarin. Diikuti oleh Febri dan Nindi tentunya.
"Gue lagi diet" jawab Fely.
"Kalo lo kenapa Clar?" tanya Kai.
"Gue ngikutin si Fely aja. Dia ga beli makan ya udah gue juga ngga"
"Sialan lo, kenapa ga bilang mau makan?" tanya Fely.
"Ya gue lagi diet juga sih" jawab Clarin lagi.
"Labil banget sih lo!!" Komentar Nindi. Yang diberi komentar hanya nyengir kuda.
"Fely, gabung sini aja" ajak Kamal sedikit berteriak pada Fely. Fely menoleh sebentar kearah meja Kamal.
"Lo bisa ga, ga usah rusuh sekali aja?" tanya Fely pada Kamal. Mendengar itu gelak tawa teman-teman Barra terdengar. Memang besar sekali nyali Kamal untuk mendekati Fely. Tidak peduli seberapa kali Fely menolaknya, Kamal tetap saja berusaha untuk mendekati Fely.
"Tau lo, ganggu aja!" tambah Nindi sinis.
***
Sama halnya seperti kemarin, Barra menghampiri kelas Fely dengan kondisi yang sudah memungkinkan. Barra masih tidak tega membiarkan Fely berjalan sampai kedepan gerbang sekolah. Maka Barra memaksa Fely untuk pulang bersamanya.
"Lo nunggu lama?" tanya Barra pada Fely. Fely menggelengkan kepalanya.
Setelah itu Barra meraih tangan Fely untuk digandengnya. Mereka kini berjalan menuju parkiran saat kondisi sekolah benar-benar sepi.
Sesampainya diparkiran, dengan segera Fely masuk kedalam mobil Barra. Walaupun sekolah sudah sepi, mereka tetap saja harus waspada. Tidak boleh ada yang tahu tentang hubungan Barra dan Fely saat ini.
"Bar gue boleh bawa mobil lagi ga besok?" tanya Fely hati-hati.
"Belum seminggu" jawab Barra menolak dengan halus.
"Tapi-"
"Felysia" Mendengar Felysia saja dari mulut Barra, membuat Fely bungkam.
"Lo mau cari makan dulu ga? Lo belum makan kan tadi?" tanya Barra saat Fely memilih diam saat ini.
"Ngga, gue lagi diet"
"Lo itu ya, udah gue bilang berkali-kali jangan diet"
"Gue laporin mama mau?" ancam Fely karna Barra pasti akan diam sekarang.
Dan, benar saja dugaan Fely. Barra kini tidak berani melawannya. Barra malah semakin fokus mengendarai mobilnya.
Kringg
Suara hp Barra berbunyi tanda ada telfon masuk. Barra yang menyimpan hp nya di dashboard mobil itu segera mengangkat telfon nya. Barra juga men loud speaker nya karna ia tidak membawa air pods nya.
"Barra, Barra bisa bantun aku ga?" tanya seseorang yang ternyata JIhan di telfon.
Fely mendengus kesal saat mendengar suara Jihan sekarang. Barra menoleh kearah Fely sebentar. Terlihat Fely yang sangat kesal sekarang ini.
"Lo kenapa?" tanya Barra.
"Mobil aku tiba-tiba mogok. Barra masih dijalan kan?"
"Lo udah coba telfon bengkel belum?" tanya Barra.
"Bengkel langganan lagi tutup katanya. Barra bisa kesini ga?"
"Maksa banget" cibir Fely yang cukup terdengar oleh Barra.
"Lo dimana sekarang?" tanya Barra.
"Aku dijalan pemuda, yang mau kejalan rumah aku".
"Oh oke, tunggu" Setelah mengucapkan itu, Barra mematikan sambungan telfonnya.
"Lo mau kesana?" tanya Fely dengan ketus.
"Ya gimana lagi?"
"Lo tolak lah! Udah tau lo lagi sama gue!!" jawab Fely sedikit nyolot.
"Sekali ini aja Fel, kasian dia"
"Terserah lo!!" Fely membuang mukanya. Sedangkan Barra terlihat serba salah saat ini.
***
Barra menghentikan mobilnya saat ia sudah menemukan Jihan yang sedang berdiri didepan mobilnya. Sebelum turun dari mobil, Barra sudah meminta Fely untuk memakai masker dan hoodie milik Barra agar Jihan tidak mengenalinya.
"Han, boleh gue liat dulu mesinnya?" tanya Barra.
"Boleh, liat aja. Aku ga ngerti masalah ginian"
Barra mencoba mencek mesin mobil Jihan. Ia menemukan satu masalah disana. Hanya butuh waktu 15 menit saja Barra sudah selesai membenarkannya. Barra menutup kap mobil Jihan dan menyuruh gadis itu untuk menyalakan mobilnya. Jihan kembali menemui Barra saat mobilnya sudah kembali bisa dinyalakan.
"Barra udah bisa, makasih ya" ucap Jihan.
"Iya sama-sama. Gue balik dulu ya" pamit Barra.
"Ga mau mampir dulu ke rumah aku?"
"Ngga deh kaya nya. Gue balik langsung aja" tolak Barra lalu segera memasuki mobilnya.
Jihan dapat melihat ada seseorang yang duduk disebelah Barra. Tapi, Jihan tidak dapat melihat sosok itu. Ia hanya menguatkan hatinya saja, dengan Barra mau menemuinya saja membuat Jihan sudah senang. Itu bisa membuktikan jika Barra masih peduli terhadapnya.
***
"Lama banget, engap gue pake masker" ketus Fely sambil membuka maskernya.
"Ya maaf, tapi itu cuman sebentar loh Fel" jawab Barra.
"Ya udah buruan gue mau istirahat!!" ketus Fely lagi. Barra tidak berkomentar sekarang ini. Fely sudah sangat kesal tehadapnya. Barra memilih diam saja sampai keduanya tiba dirumah.
Setelah Barra memarkirkan mobilnya, Fely segera turun dari mobil Barra dengan wajah yang Fely tekuk maksimal. Barra menarik nafasnya sebentar. Sepertinya Fely benar-benar marah padanya.
"Assalamu'alaikum" ucap Fely memberi salam sebelum ia masuk kedalam rumah.
"Waalaikum salam, sayang udah pulang?" jawab dan tanya Lita saat Fely menyalami tangannya.
"Assalamu'alaikum" kini Barra yang memberi salam dan menyalami tangan Lita.
"Waalaikum salam" jawab Lita.
Fely yang masih kesal pada Barra, ia memilih untuk masuk kedalam kamarnya. Ia tidak ingin masuk berbarengan dengan Barra.
"Ma, Fely ke kamar dulu ya" pamit Fely lalu berjalan menaiki anak tangga dengan langkah yang tergesa. Tidak peduli dengan kakinya yang masih terasa ngilu.
"Fely, pelan-pelan naik tangganya!" teriak Barra yang melihat cara berjalan Fely.
Bukannya menurut, Fely malah semakin mempercepat langkahnya. Ia tidak ingin Barra mengejarnya. Walaupun sudah pasti Barra akan masuk kedalam kamar yang sama dengan Fely.
"Istri kamu kenapa Barrra?" tanya Lita.
"Ga tau" jawab Barra berbohong.
"Kalian berantem?" tanya Lita. Barra tidak menjawabnya. Ia memilih untuk menemui Fely dikamar. Ia harus bisa membujuk Fely hari ini.
***
Barra memasuki kamarnya. Ia bertemu dengan Fely yang hendak keluar dari kamarnya. Sepertinya Fely mendengar langkah kakinya. Barra menahan lengan Fely agar tunangannya itu tidak keluar dari kamar.
"Lo mau kemana?" tanya Barra.
"Mau kebawah" jawab Fely.
"Gue ga kasih izin"
"Gue ga akan keluar, gue cuman kebawah!!" Nada bicara Fely sudah meninggi. Barra melepaskan Fely lalu istrinya itu keluar dari kamarnya.
"Tunggu gue di kolam renang" teriak Barra yang sama sekali tidak diindahkan oleh Fely.
***
Fely menghampiri ibu mertuanya yang sedang membaca majala diruang tengah dengan ditemani dengan es teh manis dan beberapa cemilan. Lita yang mendengar langkah kakipun kini menoleh kearah Fely yang ternyata sudah menghampirinya.
"Fel, ko belum ganti baju?" tanya Lita saat melihat Fely masih memakai seragam dan hoodie milik Barra. Sebelum menjawab, Fely memilih duduk disebelah mertuanya itu.
"Fely kesel sama Barra" curhat Fely pada Lita.
Sejak menikah dan tinggal disini, Fely memang sering bercerita pada Lita tentang keluh kesahnya. Lita memang seterbuka itu pada Fely. Lita bahkan menganggap Fely sudah seperti anaknya sendiri.
"Loh kenapa sayang?"
"Barra kan udah nikah ya, ya Fely tau sih kita dijodohin. Tapi, tetep aja ga pantes dong dia deket-deket sama temen ceweknya" ucap Fely dengan nada yang sangat kesal.
"Siapa?"
"Si Jihan itu, mama tau ga?" Lita mengingat siapa itu Jihan.
"Oh, ya mama tau pas kenaikan kelas mama ketemu sama dia" jawab Lita.
Memang Jihan yang menyapa Lita saat itu. Dan, jika diingat memang Jihan lumayan dekat dengan Barra dan teman-temannya. Tapi, karna sejak awal Lita sudah menjodohkan Barra dengan Fely, maka Lita menganggap jika Jihan hanya teman sekelas Barra saja. Apa lagi anaknya itu tidak pernah mengenalkan Jihan sebagai pacar padanya.
"Tadi aja, bisa-bisanya Barra samperin dia. Padahal, Barra lagi sama Fely" Lita kaget mendengarnya. Ia tidak menyangka jika Barra bisa seberani itu.
"Beneran sayang?" Fely menganggukan kepalanya.
"Biar mama yang marahin dia"
"Ga usah lah ma. ga akan dengerin juga. Dari awal nikah Fely udah minta dia buat jauh-jauh. Eh tetep aja masih deket"
"Ga papa sayang, biar mama kasih tau dia kalo yang dia lakuin itu salah".
Fely hanya terdiam saja. Semoga saja Barra akan mendengarkan nasihat dari Lita. Karna Fely sudah jengah saat melihat Jihan selalu mencuri perhatian dari Barra. Fely juga tidak bisa membayangkan jika sedang dikelas, Mungkin saja Jihan lebih parah dalam mencur perhatian dari suaminya.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part