Esoknya disekolah, Fely menempel informasi di mading sekolah. Dimana ia sedang mencari satu orang yang akan ikut lomba dance nanti. Karna, Febri sudah memutuskan untuk keluar dari dance, tanpa gadis itu berpamitan pada Fely, selaku leader mereka. Tentu saja, aksi Fely kali ini karna sudah disetujui oleh Indira, selaku coach dance.
Belum lima menit Fely dan Clarin menempel informasi itu, sudah banyak sekali yang tertarik untuk masuk kedalam ekskul dance, dan tentunya ingin mendapat kesempatan untuk ikut pada lomba yang akan diikuti oleh Palm High School nanti.
"Ka Fely, aku mau daftar dong" ucap salah satu adik kelas Fely yang kini berdiri didekat Fely.
"Boleh, kalian ikutun syarat yang tertera ya. Kalo mau daftar juga, bisa datengin Kaila" jawab Fely.
Karna, memang Kai yang bertanggung jawab untuk menuliskan beberapa calon peserta nanti. Sedangkan Fely akan menjadi juri bersama Indira dan juga Clarin. Karna, sekarang wakil ketua dance sudah dinobatkan kepada Clarin.
"Yu, yu kita cari kak Kaila" ucap salah satu adik kelasnya lagi, lalu semuanya pergi meninggalkan Fely dan Clarin yang memilih untuk meninggalkan area mading sekolah.
"Kewalahan ga ya si Kai nanti?" Tanya Clarin sebelum ia dan Fely pergi dari sana.
"Ga tau, biarin aja udah ada tanggung jawab masing-masing" jawab Fely. Clarin hanya menganggukan kepalanya. Lalu segera keduanya pergi kekantin untuk menemui Kai dan juga Nindi.
***
Baru saja menginjakan kaki di kantin, Fely dan Clarin sangat kaget saat melihat Kai yang sedang dikerubuni banyaknya orang yang ingin mendaftar dance. Memang, jarang sekali Fely membuka audisi yang langsung membawa mereka untuk ikut perlombaan. Belum lagi, Dance Palm High School tidak menerima banyaknya siswa yang akan menjadi anggota. Hanya siswa yang mempunyai skil dewa, yang mempunyai kesempatan masuk kedalam ekskul yang sangat bergengsi di sekolah ini.
"Anjir, yang keterimanya satu yang daftarnya bejibun" komentar Clarin.
"Kasian juga si Kai, lagi makan dia" jawab Fely. Segera mereka untuk menghampiri Kai dan juga Nindi yang sangat terganggu sekali makannya siang ini.
"Guys, sorry banget, tapi Kai lagi makan. Gini aja, yang mau daftar, kalian bisa dateng ke ruangan dance saat bel istirhat kedua ya" ucap Fely saat ia dan Clarin sudah berada di meja Kai dan juga Nindi.
"Tapi kita bisa masuk kan kak Fely?" Tanya salah satu diantara banyaknya yang mendaftar.
"Bisa, nanti di istirahat kedua ya. Kita tunggu" jawab Fely.
Mulailah satu persatu diantara mereka membubarkan diri. Kai yang seperti tidak berdaya itu bisa menarik nafasnya lega. Akhirnya ia bisa menyantap kembali makanannya Karna sudah tidak ada lagi yang berebut untuk daftar masuk kedalam dance padanya.
Fely dan Clarin segera duduk di kursi kosong, tepat didepan makanan mereka yang memang sudah Kai dan Nindi pesankan untuk mereka. Sebelum Fely dan Clarin memasang informasi di mading tadi.
"Banyak yang daftar?" Tanya Fely pada Kai.
"Banyak gila. Pusing gue datanya". Fely terkekeh. Ia kini memilih untuk menyuapkan mie ayamnya yang sudah mulai dingin itu.
"Haha, gimana nanti kita yang nilai coba?" Tanya Fely saat ia sudah berhasil menelan mie ayamnya.
"Hai bestie gue yang sangar" tiba-tiba Vino datang Langsung merangkul Fely. Karna memang kursi didekat Fely itu kosong. Fely menoleh sebentar sebelum ia menepis tangan Vino yang tanpa permisi merangkul bahunya.
"Heh, lo ngapain sih? Kaya setan aja tiba-tiba muncul?" Tanya Nindi yang kaget atas kedatangan Vino itu.
"Tumben sendiri. Biasanya lo sama tujuh temen lo" ucap Kai yang duduk didekat Fely.
"Kenapa? Lo kangen ya sama kita?" Tanya Vino.
"Guys, sini kata si Kai kita satu meja aja" Vino melambaikan tangannya pada 6 lelaki yang baru masuk kedalam kantin.
Fely mendelik tajam pada Vino. Apa lagi saat keenam lelaki yang Vino panggil itu datang menghampiri mereka. Dan tentu saja segera duduk satu meja dengan Fely dkk. Karna memang kebetulan Kai dan Nindi mengambil meja panjang untuk tempat makan mereka ini.
"Ngapain sih? Jadi berisik tau ga?" Tanya Fely sinis.
"Tau lo, udah tenang-tenang juga kita" sahut Clarin.
"Vin, ga mau tukeran tempat duduk aja sama gue?" Tanya Kamal yang kebagian duduk di ujung kursi.
"Ga ya, gue ga bisa mintain makan si Fely kalo jauh" jawab Vino santai. Fely hanya bisa menarik nafasnya saat ia harus merelakan mie ayamnya untuk Vino.
Barra yang melihat Vino memakan sisa makanan Fely menatapnya sebentar. Jika bukan karna Fely yang berkata Vino sudah Fely anggap kakak, mungkin Barra sudah menegurnya. Karna, jika harus jujur, Barra juga merasa kurang nyaman jika Fely terlalu dekat dengan Vino, bahkan Ansell sekalipun.
"Lo ga jijik?" Tanya Barra. Ya, hanya satu pertanyaan itu saja yang bisa Barra tanyakan pada Vino.
"Ngga, gue mah tau dia orangnya bersih banget. Temenan udah lama sama dia, jadi ya gitu deh" jawab Vino seadanya.
Sudah bukan rahasia lagi jika Fely itu menjungjung tinggi kebersihan. Jadi, Vino tidak akan pernah merasa jijik jika meminta makanan Fely. Karna, ia tahu, apa yang Fely makan itu selalu bersih dan higienis tentunya. Berteman sejak SMP, membuat Vino sangat mengenal betul siapa Fely ini sebenarnya.
Fely tidak menanggapi ucapan Vino barusan. Ia memilih untuk memakan ice cream stroberinya yang baru saja datang. Memang Fely sengaja untuk meminta penjual ice cream mengantarkan pesanannya saat Fely sudah selesai makan.
"Mau dong Fel" ucap Vino.
"Ga, ini kesukaan gue. Ga akan gue bagi" Fely segera menjauhkan ice cream nya agar Vino tidak memintanya. Karna, memang ice cream stroberi adalah makanan favorit Fely. Bahkan, didalam kulkas saja, Barra sengaja menstok makanan itu karna Fely benar-benar menyukainya.
"Pelit amat sih lo" ucap Vino. Tapi Vino sangat memahami tentang pelitnya Fely jika soal ice cream stroberinya. Vino hanya iseng saja meminta pada Fely. Karna reaksi gadis itu selalu saja berlebihan jika Vino memintanya.
"Heh, Fel lo lagi cari anggota?" Tanya Luthfi. Fely menganggukan kepalanya.
"Gue mau daftar dong" lanjut Luthfi.
"Lo ga baca, lady's only?" Tanya Fely.
"Ya elah, gue mau join".
"Ini itu buat kompetisi, buat gantiin posisi si Febri" Clarin ikut menimpali. Karna memang, untuk kompetisi kali ini Fely hanya membutuhkan perempuan saja. Fely belum menemukan koreo yang cocok untuk dance campuran antara pria dan wanita.
"Emang iya?" Tanya Luthfi lagi.
"Iya, gue belum kefikiran buat koreo yang bagus kalo ada cowoknya. Lagian, ini kompetisi bergengsi tau ga. Jadi, gue ga akan sembarangan masukin orang" jawab Fely yang kini sudah menandaskan ice cream nya.
Semuanya hanya menganggukan kepalanya saja saat Fely menjelaskan tentang audisi yang akan segera diselenggarakan itu.
***
Sebelum ke kelas Fely meminta Clarin untuk menemaninya pergi ke toilet untuk membenarkan seragamnya yang dirasa sudah tidak rapi itu. Disana, Fely tidak sengaja bertemu dengan Febri dan juga Jihan. Tapi, Fely tidak memperdulikan adanya kedua gadis itu di sana.
"Fel, kita ga mau latihan dulu?" Tanya Clarin saat keduanya sedang bercermin.
"Nanti aja istirahat kedua, ambil dispen sampe pulang" jawab Fely. Clarin menganggukan kepalanya. Dari kaca, ia bisa melihat Febri yang akan keluar dari toilet bersama Jihan.
"Dia kenapa sih? Ko kaya ga kenal gitu?" Tanya Clarin yang heran pada sikap Febri. Fely menaikan bahunya acuh.
"Ga tau, biarin aja sih" ucapnya. Lalu mengajak Clarin untuk keluar dari kamar mandi. Karna Fely sudah merasa jika seragamnya kembali rapi saat ini.
***
Sesuai yang sudah di umumkan, jika saat istirahat kedua akan adanya pendaftaran calon anggota dance, maka ruangan dance kali ini sangat dipenuhi oleh banyaknya pendaftar. Kebanyakan dari mereka merupakan anak kelas 10. Karna, mereka tertarik untuk masuk kedalam ekskul dance tepat saat para anggota dance memenangkan kompetisi saat itu.
Mereka baru menyadari, betapa kerennya anggota dance saat melikukan tubuh mereka, mengikuti alunan musik yang berbunyi.
Tercatat lebih dari 50 siswa yang daftar pada Kai yang bertanggung jawab atas pendaftaran. Setelah itu, ruangan dance kembali sepi. Hanya ada anggota dance yang akan berlatih saja saat ini.
"Berapa orang yang daftar?" Tanya Fely pada Kai.
"57. Kebanyakan dari anak kelas 10" jawab Kai sambil menyerahkan buku catatan nama-nama calon anggota pada Fely. Dengan segera Fely menerimanya. Fely juga membaca satu persatu nama yang ada disana bersama Nindi yang kebetulan lan duduk disebelah Fely.
"Gila, membludak banget ya pendaftar kali ini" komentar Nindi yang takjub karna seinggatnya dulu Nindi dan lainnya daftar tidak sebanyak ini.
"Mereka itu seneng liat kita dance waktu itu. Apa lagi, kita yang menang" ucap Clarin yang duduk didekat Kai.
"Kata siapa lo?" Tanya Nindi.
"Mereka sendiri yang bilang. Katanya gara-gara kita juara kemarin. Makanya mereka tertarik buat join".
"Ini nih, yang namanya mati satu tumbuh seribu" ucap Fely yang mendapat anggukan dari semuanya.
"Lagian si Febri, kocak amat dah malah out gitu aja disini" timpal Nindi.
"Udah ga papa. Biarin dia udah ga ada mimpi disini kali" jawab Fely yang tidak ingin membahas tentang Febri disini. Karna, Fely sangat tahu alasan Febri keluar dari dance adalah karna Fely yang sudah menikah dengan Barra.
***
Setibanya dirumah, Fely segera memasuki kamarnya. Ia sudah sangat gerah sekali karna ia yang latihan begitu lamanya tadi. Memang, koreo yang akan mereka bawakan nanti lebih banyak gerakannya dari kemarin. Belum lagi, Fely harus mengontrol kekompakan anggotanya yang 20 orang itu. Dengan segera ia memasuki kamar mandi, karna Barra yang belum tiba dirumah.
Selang 20 menit, Fely sudah selesai dengan mandinya. Tapi, Barra masih belum pulang juga. Sebagai istri, jujur saja Fely khawatir karna Barra tidak ada memberi tahunya jika Barra akan pulang telat. Bahkan, saat diparkiran saja Fely sudah tidak melihat mobil Barra disana. Fely fikir Barra sudah pulang sejak tadi.
Fely berjalan menuju tasnya untuk mengambil hp yang ia simpan disana. Mengecek apakah Barra ada menghubunginya atau tidak. Tapi, kekesalan harus Fely rasakan karna tidak ada satupun pesan dari Barra untuknya.
"Ck, kemana dulu sih itu anak?" Tanya Fely pada dirinya sendiri.
Sambil menunggu Barra, Fely memilih untuk mengeringkan rambutnya yang basah saja. Karna memang Fely keramas tadi, karna ia yang tidak nyaman sekali dengan rambutnya yang penuh keringat.
***
Sementara ditempat lain, Barra dkk tengah berkumpul di Wartam. Warung Taman yang berada didekat sekolah mereka. Sejak selesainya istirahat kedua, mereka memamg membolos kesini. Atas ide Haykal, yang mendapat persetujuan dari semuanya.
Mereka memang tidak sekali datang kesini. Wartam, atau Warung Taman ini adalah tempat langganan bolos mereka. Karna yang menjaganya adalah seorang janda muda, yang ditinggal mati oleh suaminya. Selain menjadi pelayan, dia juga pemilik wartam ini.
"Pesona janda ga pernah gagal" ucap Ansell yang memperhatikan Lastri yang sedang melayani pelanggan yang lain.
"Inget umur, lo masih muda masa mau sama janda" sahut Haykal.
"Yeu, biar janda tak apa. Karna janda lebih berpengalaman" ucap Ansell lagi.
"Heh enakan perawan lah" jawab Barra.
Apa yang Barra katakan adalah apa yang Barra pernah alami. Tapi, kini teman-temannya menoleh kearah Barra. Karna, ucapannya barusan benar-benar membuat teman-temannya tertohok.
"Heh, lo emang pernah rasain?" Tanya Nizam.
"Menurut lo?" Tanya Barra balik.
"Heh, lo ngerasain siapa hah?" Tanya Vino penasaran.
"Jangan-jangan, cewek yang ada di i********: lo ya?" Tanya Luthfi dengan delikan matanya.
"Apaan sih ngaco" jawab Barra.
Ia sebenarnya tidak sabar ingin bercerita tentang kesannya melakukan hubungan suami istri pada teman-temannya. Agar teman-temannya ini segera menyusulnya ke jenjang yang lebih serius. Tapi, jika mengingat dirinya yang masih sekolah, belum lagi hubungan yang ia rahasiakan dengan Fely, Barra mengurungkan niatnya itu.
"Halah, iya kali lo pernah lakuin kaya gituan" ucap Kamal menambahi.
"Astagfirullah, Barra inget dosa" ucap Nizam.
"Tuh si Ansell yang dosa mah malah asyik liatin janda" jawab Barra asal. Menjadikan Ansell kambing hitam disini.
"Yeu, bawa-bawa gue lagi" ucap Ansell tidak terima.
Mengingat malam pertamanya dengan Fely dulu, membuat Barra merindukan istrinya itu. Barra merogoh saku celananya untuk mengambil hp yang sejak tadi ia simpan disana.
Niat Barra ingin menghubungi Fely ia urungkan saat Barra melihat jam sudah sore sekali. Dan yang lebih paranhnya adalah, Barra lupa mengabari Fely jika dirinya sedang berada disini.
"Guys, gue balik dulu kayanya udah sore" ucap Barra dengan segera. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu untuk membayar pesanannya dengan teman-temannya.
"Kalo kurang tambahanin" lanjut Barra lalu segera pergi dari sana.
"Eh mau kemana lo?" Tanya Vino sedikit berteriak. Karna, Barra yang sudah semakin menjauh dari pandangannya.
"Tau ga asyik banget dia" timpal Luthfi.
***
Barra membuka pintu kamarnya tepat saat ia sampai dirumah. Ya, Barra segera menaiki anak tangga untuk menemui Fely yang mengurung diri dikamar. Karna informasi itu yang Barra dapatkan dari Bi Inah.
Barra menghampiri Fely yang duduk menyender pada senderan kasur. Dengan tangan gadis itu yang asyik memainkan hp nya. Mungkin, Fely berselancar diakun sosial medianya.
"Abis dari mana lo?" Tanya Fely langsung saat Barra duduk didepannya.
"Suami pulang itu salim dulu" jawab Barra lalu menyodorkan tangannya pada Fely.
"Lo abis ngapel ke cewek yang mana?" Tanya Fely kesal.
"Heh, nyebut. Gue ga ada kaya gitu ya"
"Terus, kenapa ga kabarin gue?" Tanya Fely lagi.
"Gue ke wartam sama anak-anak. Ya keasyikan ngobrol. Jadinya pulang kesorean deh" jawab Barra seadanya. Tapi, Fely tidak mempercayainya begitu saja.
Fely memicingkan matanya sambil menatap Barra. Tentu saja sebagai tanda jika Fely tidak percaya akan suaminya itu. Karna, biasanya Barra selalu mengabarinya. Dan kali ini tidak sama sekali.
"Sumpah Fely gue ke wartam. Kalo lo ga percaya, tanya aja si Vino sama si Ansell. Mereka ga mungkin boong kan. Karna mereka belum tau hubungan kita" ucap Barra.
Fely terdiam sejenak. Sepertinya memang Barra tidak berbohong padanya. Tapi, tetap saja Fely kesal karna Barra tidak mengabarinya sama sekali itu.
"Lain kali, lo itu kabarin gue kalo mau pulang lama. Biar gue ga khawatir" ucap Fely.
"Lo khawatir sama gue?" Tanya Barra.
"Menurut lo aja. Lo suami gue. Kalo ada terjadi sesuatu sama lo, gue juga kan yang repot nanti" ucap Fely. Barra hanya tersenyum mendengarnya.
Beberapa saat kemudian, Barra segera bergegas ke kamar mandi, karna Fely yang sudah menyuruhnya untuk mandi. Padahal, Barra sangat malas sekali mandi saat ini. Tapi, jika tidak bisa memeluk Fely saat tidur menjadi taruhannya. Maka, dengan segala keterpaksaan Barra akhirnya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dimana, Fely sudah men set air mandi menjadi air hangat. Karna Barra dan Fely sama-sama penyuka air hangat jika mandi. Baik pagi, apa lagi jika sore atau malam hari.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part