Part 13

2220 Kata
Barra memarkirkan mobilnya digarasi. Tepat bersebelahan dengan mobil Fely. Ntah kapan Barra mengambil mobil Fely. Fely sendiri tidak peduli Barra mengurus mobilnya kapan. Yang Fely yakini adalah, pasti Barra lah yang mengatur semuanya tanpa diketahui oleh siapapun. "Tunggu" ucap Barra pada Fely agar Fely tidak turun dari mobilnya. Fely hanya menurut saja pada Barra. Barra membukakan pintu mobil untuk Fely. Mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Fely. Keduanya masuk kedalam rumah dengan Fely yang masih dipapah oleh Barra. "Assalamu'alaikum" seru keduanya sambil masuk kedalam rumah. "Waalaikum salam" jawab Lita sambil menghampiri anak dan menantunya yang masih berjalan menuju ruangan tengah. "Fely sayang,, gimana kaki kamu na?" tanya Lita sambil memegang kedua bahu Fely. "Udah aga mendingan ko mah, aman semuanya" jawab Fely disertai dengan senyuman. Fely tidak menyangka jika Lita akan sekhawatir ini padanya. "Kamu bisa naik keatas?" tanya Lita lagi. "Bisa ma, aman ko". "Lagian ada Barra juga yang bantuin Fely" lanjut Fely. "Ya udah, Barra jagain istri kamu ya. Kamu jangan kemana-mana malem ini" ucap Lita. Barra hanya menganggukan kepalanya. "Barra bawa Fely ke atas dulu ma". Setelah itu, Barra kembali memapah Fely untuk naik menuju kamar mereka yang berada dilantai dua. *** Fely kini sedang berganti baju, ia memaksa Barra untuk mengantarnya ke walk in closset. Karna Fely sangat tidak nyaman dengan pakaiannya yang ia pakai sekarang. Karna Fely sudah melakukan sholat Isya dirumanya, jadi ia memutuskan untuk tidur saja sekarang. Setelah selesia, Fely menyuruh Barra untuk mengganti pakaiannya. Semenjak menikah, keduanya sering kali memakai piyama couple yang sengaja dibelikan oleh Lita dan juga Winda. Seperti malam ini, keduanya memakai piyama berbahan satin berwarna navy. Setelah selesai berganti baju, Fely dan Barra berjalan menuju tempat tidur mereka dengan Fely yang masih dipapah oleh Barra. Fely sendiri cukup merasa ribet dengan semua ini. Ia tidak bisa berjalan dengan bebas karna harus dengan bantuan orang lain terlebih dahulu jika ingin pergi kemana-mana. "Pelan-pelan" titah Barra saat Fely sudah mulai menaiki kasur. Dengan telaten Barra menaikan kaki Fely yang terkilir. Barra tidak mau ada rengekan dari Fely malam ini. "Makasih" ucap Fely saat Barra sudah berada disampingnya. Bukannya tertidur seperti yang Fely niatkan tadi, Fely dan Barra malah asyik berbincang malam ini. Karna rasa kantuk yang belum datang menghampiri keduanya. "Fel, kaki lo jangan kebanyakan gerak dulu katanya buat seminggu ini" ucap Barra pada Fely. "Tapi gue harus latihan Bar" "Kaki lo ga memungkinkan. Gimana bisa lo latihan?" "Besok juga lo ga perlu sekolah dulu lah, diem aja disini nanti biar mama yang izin kesekolah" lajut Barra. "Tapi, gue udah ga papa" "Kalo ga papa ga mungkin lo jalan harus di papah dulu!! Kalo lo mau semuanya tau kita ada hubungan sih ga papa ya, gue bisa ada disamping lo. Kan disekolah belum ada yang tau". "Gue ada temen-temen kan" "Ga usah, repotin aja udah diem disini istirahat jangan kemana-mana". ucap Barra final. "Lagian kenapasih bisa gitu? Lo ga hati-hati?" tanya Barra. "Enak aja, si Febri ga tau kenapa ga konsen jadinya tabrakan eh dia jatoh dikaki gue" jawab Fely karna memang Fely konsentrasi saat latihan tadi. Barra menganggukan kepalanya. "Atau ngga, besok ke rumah sakit aja gimana? Biar mastiin semuanya" tanya Barra yang lagi dan lagi mendapat penolakan dari Fely. "Ngga Barra ga usah, besok juga sembuh". "Salah juga ya tadi harusnya lo dibawa ke rumah sakit" ucap Barra yang sedikit menyesali perbuatannya yang dimana ia malah menuruti Kai, bukannya membawa Fely kerumah sakit. Fely mendelik pada Barra. "Gue ga mau kerumah sakit_-" "Barra, gue laper" rengek Fely yang merasakan perutnya lapar kembali sekarang. "Lo mau makan?" tanya Barra. "Mau mie bikinin dong kan kaki gue sakit" Barra memutar kedua bola matanya. Beruntung Barra bisa jika hanya sekedar masak mie saja. Karna Barra yang punya hobby mendaki dengan teman-temannya. Jadi, untuk basic merebus atau menggoreng Barra juga bisa. "Harus banget gue?". Fely menganggukan kepalanya antusias. "Suruh Bi Inah aja lah" lanjut Barra. "Ah ga enak, udah malem" tolak Fely. Barra memutar kedua bola matanya. Bilang saja jika ingin masakannya, ucap Barra dakam hati. "Makannya disini ya, pegel juga gue jalan dipapah terus" ucap Fely sebelum Barra keluar dari kamar mereka. *** "Loh Bar lagi ngapain?" tanya Lita yang melihat Barra sedang berada didepan kompor gas. Sedangkan Lita yang terbangun karna tidak ada air putih dikamarnya. "Ini, Fely mau mie katanya" "Felynya dimana?" "Dikamar ma, cape jalan katanya". LIta menganggukan kepalanya. "Oh gitu, ya udah mama balik ke kamar ya" Litapun meninggalkan Barra yang masih berkutat dengan alat masak dihadapan pria itu. *** Barra menyimpan meja kecil didepan Fely. Meja yang biasa ia pakai saat dirinya sakit dan tidak kuat untuk keluar kamar untuk makan. Barra juga menyimpan sepiring mie goreng dengan satu telur mata sapi setengah matang kesukaan Fely. Tidak lupa segelas air minerel untuk Fely. "Yeay, makasih suamiiii" ucap Fely lalu mengecup pipi Barra. Fely sudah tidak malu lagi sekarang, karna Barra juga terkadang seperti itu padanya. Toh keduanya sudah sah menjadi suami istri. Maka tidak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan. "Abisin" perintah Barra lalu ia menaiki ranjang untuk duduk didekat Fely yang kini sudah mulai memakan mie nya. Sambil menunggu Fely makan, Barra memilih untuk bermain game, karna Barra juga seorang gamers. Terkadang Fely protes jika Barra dan teman-temannya selalu berisik saat bermain game. Tapi kali ini, Fely sedang berbaik hati jadi ia tidak protes saat Barra mengobrol dengan Luthfi digame. Sesekali Fely menyuapi Barra dengan mie yang Barra buat untuknya. Karna Fely yang sedang menjaga pola makannya. Walau sebenarnya makan mie jam segini bisa membuat berat badannya bisa bertambah. "kenapa ga dimakan sendiri sih?" tanya Barra saat Fely menyuapinya lagi. "Gue ga mau gemuk" jawab Fely. "Siapa Bar?" tanya Luthfi yang terdengar dihp Barra. "Biasa, betina" jawab Barra "Widih, jam segini masih sama cewek" "Iya dong" Terbesit fikiran jahil di kepala Fely. Ia ingin mengerjai Barra karna Barra yang masih asyik dengan game nya sedangkan Fely sudah selesai makannya. Fely menurunkan meja dan juga piring diatas kasur. Fely meniup leher Barra. Sesekali ia juga menciumnya. Menghasilkan rasa geli pada tubuh Barra. "Diem napa?" tanya Barra saat Fely menciumi lehernya. "Ga mau" Fely kini memeluk tubuh Barra. Tidak ada risih dalam diri Barra melihat tingkah Fely seperti ini. Ia hanya merasa geli saja sekarang. Konsentrasinya buyar seketika. Ada gairah yang memburu didalam hatinya. Ingin rasanya Barra menyudahi game nya dengan cepat. Karna Fely yang terus saja menggodanya. Melihat ekspresi Barra yang sangat lucu membuat Fely menahan tawanya. Ia tidak boleh gagal mengganggu Barra kali ini. Sekitar 15menit, Barra sudah selesai dengan game-nya. Ia tidak ada niatan untuk melanjutkan game nya itu. Barra kini menyimpan hpnya diatas nakas. Dengan satu gerakan Fely sudah dalam rangkulannya. "Gue masih normal, salah sendiri godain gue" ucap Barra sebelum ia melumat bibir Fely. Fely sedikit kewalahan sekarang. Niatnya mengerjai Barra malah berujung seperti ini. Fely berusaha mengimbangi permainan Barra yang saat ini sudah berada diatas tubuhnya. Ciuman Barra kini turun keleher Fely. Seolah ingin balas dendam atas perbuatan Fely barusan padanya. Fery mengeliat saat Barra menghisap lehernya dengan cukup lembut. "Barr ahh" desah Fely. Barra tersenyum disela-sela hisapannya itu. Ia berhasil membalaskan dendam pada Fely. Ceklek Pintu kamar Fely dan Barra dibuka. Lita berdiri mematung diambang pintu saat melihat adegan Barra dan Fely didepannya. Lita juga menutup metanya dengan telapak tangannya. Sedangkan Fely mendorong Barra agar sedikit menjauh dari dirinya. Ekspresi kaget dari Barra dan Fely tidak bisa mereka sembunyikan. Bagaimana tidak, sedang asyik dengan momen berdua, seketika terhenti karna Lita masuk kedalam kamar mereka tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Maaf mama ganggu ya?" tanya Lita. "Mama kenapa ga ketok pintu dulu?" tanya Barra. "Mama mau liat keadaan Fely tadinya. Mama ga bisa tidur lagi. Tapi mama keluar aja ya, lanjut aja" ucap Lita lalu segera kembali menutup pintu kamar anaknya dan segera kembali menuju kamarnya yang berada dilantai satu. Fely masih tidak bergeming saat ini. Fely masih shock dengan kedatangan ibu mertuanya yang secara tiba-tiba itu. Detak jantungnya seketika berdebar begitu cepat. Fely tidak tahu bagaimana besok pagi saat ia dan ibu mertuanya bertemu. Apa lagi Fely yang tidak akan sekolah besok. "Barra kenapa ga dikunci pintunya?" tanya Fely masih dengan ekspresi shocknya. "Gue ga tau, tadi mama bilangnya mau tidur" Fely masih berusaha menormalkan keadaannya lagi. Jujur saja ia masih kaget atas kejadian beberapa menit yang lalu. Walaupun ia sudah menikah dengan Barra, tetap saja untuk urusan seperti ini rasanya hanya Fely dan Barra saja yang mengetahuinya. "Lo ga papa Fel?" tanya Barra karna Fely yang masih tidak bergeming. "Mau lanjut?" tanya Barra. Mendengar itu membuat Fely seketika tersadar. Ia menoyor kepala Barra yang ternyata sudah berada didekatnya. "Ga!!" Fely merebahkan tubuhnya setelah ia berhasil menyingkirkan Barra didepannya. "Dosa tau nolak suami itu, lo emang mau dosa?" tanya Barra yang tidak mau menyerah. "Apa sih Bar?" Fely menutupi wajahnya menggunakan selimut. Barra tertawa melihat Fely yang salah tingkah seperti saat ini. Sepertinya memaksa Fely bukan hal yang baik. Barra memilih untuk merebahkan diri disamping Fely, menarik selimut yang sedari tadi menutupi wajah Fely sebelu ia memeluk Fely dan tertidur dengan pulas malam ini. *** "Barra serius gue ga boleh masuk dulu ini?" tanya Fely. Barra sedang siap-siap untuk sekolah saat ini. Ia masih keukeuh dengan pendiriannya yang tidak mengizinkan Fely untuk masuk sekolah hari ini. Barra ingin Fely istirahat dulu untuk satu hari saja. Sedangkan Fely sangat ingin masuk sekolah hari ini. Ia masih malu pada ibu mertuanya atas kejadian semalam. Jadi, jika Fely sekolah setidaknya Fely tidak akan seharian bersama ibu mertuanya itu. "Susah banget ya lo nurut sama gue?" Barra kini duduk dipinggiran kasur dekat dengan Fely. "Bukan gitu, tapi gue bosen aja kalo dirumah doang" Fely masih berharap jika Barra akan memberinya izin untuk masuk sekolah hari ini. "Fel, lo denger kata Daddy apa pas kita nikah? Lo harus nurut apa kata gue. Sekarang gue ini suami lo. Gue larang lo sekolah biar lo bisa istirahat" ucap Barra. "Iya deh, jangan gatel lo mentang-mentang gue dirumah" "iya ngga, gue berangkat dulu ya" Barra mengulurkan tangannya agar Fely menyalaminya. Sudah menjadi kebiasaan mereka setiap pagi jika berpisah. Bahkan saat salah satu diantara mereka pergi keluar sendirian. Tidak lupa Barra mengecup kening Fely. "Jangan nakal, kalo butuh bantuan panggil mama atau Bi Inah ya" Fely menganggukan kepalanya. Ia memilih untuk tidur kembali saat Barra sudah keluar dari kamar mereka. *** Fely terbangun saat rasa lapar menghampiri perutnya saat ini. Ia memilih untuk turun ke bawah dengan langkah hati-hati. Fely tidak enak jika harus minta tolong kepada Lita ataupun Bi Inah. Lagi pula kakinya sudah membaik sekarang. Fely menuruni anak tangga satu per satu dengan langkah yang sangat hati-hati. Ia berjalan sedikit pincang karna rasa sakit dikakinya masih terasa walau tidak separah kemarin. Mendengar suara langkah kaki, Lita menoleh kearah belakang untuk melihat siapa yang sedang turun dari tangga. Dengan segera Lita menghampiri Fely dan membantu menantunya itu untuk berjalan. "Fely kenapa turun sayang? Kamu kan bisa panggil mama" ucap Tara setelah ia memapah menantunya itu. "Fely laper ma" jawab Fely lalu ia dibawa duduk diatas sofa oleh Lita. "Mama ada dibawah loh, kamu kan bisa panggil mama atau Bi Inah" Fely tersenyum malu sekarang. Ia masih sungkan jika harus memanggil ibu mertuanya. "Bi... Bibii" teriak Lita. Tidak lama Bi Sumi datang menghampiri majikannya itu. "Iya nya? nonya teh manggil bibi?" "Iya, Fely laper katanya, bibi tadi ada masak kan?" "Ada nya, bibi ambilin dulu ya" Bi Inah segera pergi kedapur untuk mengambil makanan. Tidak perlu waktu yang lama, Bi Inah sudah kembali dengan sepiring nasi berserta lauk pauknya. Segelas s**u putih dan juga segelas air mineral yang segera Bi Inah taruh diatas meja tepat didepan Fely. "Ya ampun bi, makasih ya jadi repotin Bibi jadinya" ucap Fely yang tidak enak. Padahal dirinya bisa mengambil makanannya sendiri. "Ga papa atuh non, dimakan yang banyak ya, den Barra teh tadi titip biar non Fely makannya yang banyak" jawab Bi Inah masih dengan logat sundanya. "Kalo gitu, bibi teh kedapur lagi ya nonya, non" Bi Inah segera kembali kedapur setelah mendengar anggukan dari Fely dan juga Lita. Sedangkan Fely memilih untuk menyantap makanannya sebelum magh nya kambuh. Fely sedikit kesusahan saat rambutnya belum sempat ia ikat ataupun jepit. Mau tidak mau Fely menghentikan makannya saat ini. Ia memilih untuk mecepol rambutnya dengan jepit yang memang sengaja ia bawa dibajunya. Lita cukup terkejut saat melihat tanda merah dileher Fely. Ia malu-malu sendiri melihat itu pada menantunya. Lita menahan tawanya agar Fely tidak curiga padanya. Fely memang tidak menyadari perbuatan Barra semalam. Makanya ia sekarang dengan polosnya mencepol rambutnya. Sehingga membuat lehernya terekspos dengan jelas. "Makan yang banyak ya, Barra takut banget kamu susah makan katanya" ucap Lita dengan menyembunyikan tawanya. Ia tidak boleh membuat Fely curiga. Tapi tetap saja Fely menyadari eskpresi mertuanya. "Mama kenapa?" "Ng.. ngga, lanjut makannya ya sayang" alibi Lita. Fely hanya menganggukan kepalanya. Ia tidak berminat untuk mengkepoi mertuanya itu. Lebih baik ia menyelesaikan makannya, terus mandi karna badannya yang sudah dirasa tidak nyaman. Seorang Fely mana betah tidak mandi seharian. Walau kakinya masih terasa sakit, kebersihan tubuhnya teteap yang pertama. "Mama ga makan? Fely ga enak loh makan sendirian?" tanya Fely yang cukup risih saat Lita terus memandangnya. "Ngga sayang, mama udah kenyang tadikan mama sarapan sama suami kamu". Fely kembali menganggukan kepalanya. Sekarang, ia benar-benar sedang menikmati masakan Bi Inah yang selalu enak. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN