Selama bekerja sebagai psikolog criminal, Sayako banyak belajar hal-hal baru bersama rekan kerjanya yang seorang detektif.
Dulu, ia mendapat sebuah kasus mengenai pembunuhan yang disamarkan sebagai kasus tenggelam. Ia tak pernah menyangka akan mengalami hal yang serupa. Yang semula hanya sekedar teori, kini menjadi sebuah 'praktek lapangan' secara langsung.
Apakah kasusnya termasuk bunuh diri? Kecelakaan tunggal? Atau pembunuhan secara tidak langsung oleh sang pacar?
Mengasihani diri pun ia tak sempat karena keadaan tak berdayanya ini!
Rasa asin yang kuat menyerang masuk ke mulut dan hidungnya, Sayako berusaha melawan keinginannya antara menahan air laut masuk ke paru-parunya dan keinginan untuk menghirup oksigen yang berharga. Jika ia terus membiarkan air masuk ke paru-parunya, maka permukaan bagian dalam paru-parunya bisa rusak. Alveoli*-nya bisa runtuh dan menyebabkan edema**.
______
*Terdapat pada parenkim paru-paru, tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida
**Pembengkakan pada anggota tubuh yang terjadi karena penimbunan cairan di dalam jaringan.
______
Ada setitik keinginan dalam dirinya untuk bertahan hidup dalam situasi yang ia tahu mustahil untuk selamat. Kedua kaki dan tangannya hendak meronta, sayangnya tabrakan keras sebelumnya membuat seluruh tubuhnya kesakitan hingga seolah lumpuh, bahkan saat mencoba menggerakkan jemarinya saja seperti orang yang baru sadar dari koma.
Ia ingin memulai lembaran baru, melepas semua masa lalu yang menyebalkan dan menyedihkan, namun setelah beberapa saat bergulat di dalam air yang penuh tekanan hidrostatis***dan cahaya yang makin menjauh, tubuhnya yang tak kuat lagi dan kesadaran yang semakin tipis, perlahan Sayako makin tak berdaya dan air mulai memasuki saluran pernapasannya hingga membuatnya mengalami laringospasme, keadaan yang membuat pita suaranya mengerut dan menutup tabung udara, mencegah masuknya air ke paru-paru. Ini sekaligus menyegel jalan masuknya oksigen. Dadanya seperti terbakar!
_____
***Tekanan yang diberikan oleh air ke semua arah pada titik ukur manapun akibat adanya gaya gravitasi. Semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman diukur dari permukaan air.
_____
Semakin jauh Sayako jatuh ke dasar laut, ia semakin yakin tak ada kesempatan untuk selamat.
Keyakinan akan kenyataan pahit dan tak adil itu membuat hati dan logikanya mulai mengalami serangan panik! Tidak rela untuk pergi dari dunia ini untuk selama-lamanya!
Laringospasme-nya mulai mengendur, air laut pun dengan bebas memasuki paru-parunya.
Ini sungguh masih tak dapat dipercaya! Mati tenggelam! Konyol sekali!
Sayako berusaha membuka matanya yang berat, berharap semua ini hanyalah mimpi, mimpi paling buruk dalam hidupnya, namun baru sedikit ia membuka mata, rasa perih menusuknya akibat kadar garam laut yang tinggi. Ia memejamkan mata kuat-kuat.
Bukan mimpi! Ini bukan mimpi!
Meski sekarang ada tim penyelamat yang dengan cepat datang menolongnya, ia sudah bermeter-meter jauhnya di dalam laut. Benar-benar tak ada harapan lagi....
Ingin rasanya ia tertawa terbahak dengan akhir tragis hidupnya, tapi ia hanya bisa jatuh tak bergerak seperti batu menuju ke kedalaman laut yang entah berapa meter, dan kemungkinan berakhir menjadi santapan para ikan atau tersangkut di antara karang.
Tanpa oksigen, otak tak bisa bertahan lama. Jika darah terus mengalami kekurangan suply oksigen yang menyebabkan henti jantung, maka akan mengarah pada kerusakan sel-sel otak yang menghasilkan satu hal yang pasti: kerusakan otak pertama menuju kematian otak yang mustahil untuk dipulihkan.
Singkatnya, meninggal dunia.
Yang Sayako tahu, otak akan mati setelah 6 menit tanpa oksigen. Kondisi khusus bisa memperpanjang atau memperpendek proses tersebut, lalu bagaimana dengan dirinya sekarang?
Kapan penderitaannya akan berakhir? Apakah memang saat-saat akan mati seperti ini rasanya? Waktu terasa begitu lambat dan panjang?
Apakah ini karma buruk atas segala perbuatannya semasa hidup? Tapi ia tak pernah berbuat buruk dan jahat pada siapa pun? Malah sebaliknya! Ini tidak adil!
Tubuh Sayako semakin tenggelam ke dasar dan masih tersiksa dengan air yang menjadi musuh utamanya!
Sesak....
Sesak....
SESAAAKKK!!!
Sekilas bayangan kehidupannya sehari-hari yang dianggapnya begitu indah meski tanpa lelaki sialan itu, kini tiba-tiba menjadi harta paling berharga yang sangat dirindukannya melebihi apapun di dunia ini.
Ber—
Sayako hendak menyuarakan keputusaan dan amarahnya dalam pikirannya di detik-detik terakhir hidupnya, tapi semuanya keburu menjadi gelap dan pendengarannya menjadi hening.
Air berhasil menguasi penuh paru-parunya.
Merenggut kehidupan berharganya....
***
"BERENGSEEKKKK!!!"
Teriak seorang perempuan berwajah cantik jelita dan sedikit berparas manis, tiba-tiba saja ia duduk terbangun di atas tempat tidur yang megah dan luas.
Wajahnya pucat dengan napas megap-megap. Kedua tangannya memeriksa lehernya seperti orang kehilangan akal. Bulir-bulir air mata jatuh menuruni kedua pipinya.
"No-nona? NONA SUDAH SADAR!" teriak seorang pria berpakaian serba hitam yang berdiri di samping ranjang dengan tatapan tak percaya, mulutnya menganga hebat.
Mendengar kalimat aneh itu, kepala si perempuan diarahkan ke sumber suara. Masih dengan wajah pucat. Rambut cokelat panjangnya yang halus terurai berantakan di kedua sisi wajahnya.
"Nona?" bisiknya dengan mata sorot penuh kebingungan, ia menelan ludah berat.
Sejenak, ia masih memproses semua yang ada di sekitarnya dengan lambat. Matanya memindai ruangan luas dan megah itu yang hanya pernah dilihatnya di film-film barat atau di komik-komik Korea di mana karakter utamanya tiba-tiba berpindah ke masa kerajaan.
Ia mengerjapkan mata dengan cepat, detik berikutnya kedua tangannya menggosok-gosok kedua matanya.
Apa ia mengalami mimpi indah sebelum mati?
Sebuah bonus hiburan sebelum menghadap Sang pencipta?
Derap langkah kaki cepat dan banyak terdengar memasuki ruangan, semua pandangan orang-orang yang berdatangan itu bergetar seolah melihat sebuah keajaiban yang telah lama dinanti-nanti.
"Anakku!" seru seorang perempuan cantik dengan gaun ungu mewah ke arahnya, air matanya berderai keras sekali.
Sayako tiba-tiba merinding.
Apa-apaan perempuan ini?! batinnya canggung.
"Syukurlah kamu sudah sadar, nak! Ibu sangat khawatir kamu tak akan pernah membuka mata lagi untuk selamanya!" perempuan itu memeluknya dengan keharuan yang membuat siapa pun melihatnya akan tersentuh.
Tubuh Sayako membeku.
Keadaan ini sungguh aneh!
"Tu-tunggu..." kata Sayako pelan.