Bab 3 - Pertemuan Pertama

1570 Kata
Gean dan Arvyn masih saling terdiam. Kini mereka ber dua sudah Airyn bawa ke ruang kerja Arvyn yang letaknya berada di atas. Memiliki dua anak lelaki kembar, membuat Airyn harus menjadi penengah selama ini. Pendapat Arvyn dan ke dua putranya terkadang bersimpangan, sehingga dirinya harus menjadi ketua hakim agar ke duanya bisa saling mengerti dan tak egois dengan pendapat masing-masing. Bebannya sedikit berkurang, karena putranya yang bungsu—Reandra sudah memiliki keluarga sendiri. “Arvyn, kesempatanmu untuk berbicara lebih dulu, “ ucap Airyn, karena suasana di sana semakin mencekam saja. “Aku akan tetap menjodohkan Gean dengan Elena. Bram adalah sahabat baikku, dan putrinya juga gadis baik-baik. Aku rasa, Mereka akan menjadi pasangan yang cocok.” Arvyn menyuarakan keputusannya. Membuat Gean yang tadinya terdiam, juga menyuarakan pendapatnya. “Aku tidak mau dijodohkan seperti ini, Yah. Tolong, untuk urusan memilih perempuan untuk menjadi istriku aku bisa sendiri. Aku pasti akan menikah. Hanya saja, aku belum menemukan wanita yang pas dengan kriteriaku,” jawab Gean dengan nada sedikit lemah dari intronya saat berada di ruang tamu tadi. Ada ibunya di sini, dia tidak mungkin membuat ibunya marah atau bisa saja sedih. Arvyn tertawa tipis. “Wanita dengan kriteria seperti apa yang kamu cari? Ingat! Kamu sudah berumur 30 tahun dan kamu masih melajang sampai sekarang. Adikmu saja sudah memiliki anak. Apa yang akan dipikirkan orang-orang di luaran sana tentangmu, Gean. Jangan sampai mereka menganggapmu gay.” “Tidak masalah,” jawab Gean dengan cepat. “aku tidak peduli dengan komentar orang-orang itu, Yah. Aku bebas menentukan hidupku dan dengan siapa aku akan bersanding. Lagi pula, aku tidak mengenal wanita itu. Bagaimana perangainya, dan pergaulannya karena tak melulu seseorang bisa dilihat dari penampilan luarnya saja. Aku juga ingin menikah atas dasar cinta. Bukan perjodohan tak masuk akal seperti ini.” Lanjutnya membuat Arvyn terlihat sedikit mulai terpancing emosi. “Jika kamu tidak menerima perjodohan ini, maka jangan salahkan Ayah, jika Ayah menarik kembali kuasamu atas perusahaan Ayah yang kamu pegang. Lagi pula, kamu sudah membuat perusahaan itu rugi besar karena berteman dengan seorang penipu!” keputusan Arvyn sudah bulat. Kalau pun harus mengancam Gean, akan dia lakukan agar Gean mau menerima perjodohan darinya. Prangggg! Airyn sampai menutup telinganya begitu pecahan itu terdengar. Gean yang sedang marah, memang suka sekali melampiaskannya dengan membanting atau melempar barang-barang yang berada di dekatnya. “Terserah, Ayah. Aku tetap tidak mau. Kalau pun aku harus kehilangan perusahaan itu, aku tidak peduli. Aku bisa hidup sendiri di luar sana!” teriak Gean dengan marah. Gean melangkah menuju pintu keluar, tapi belum sampai tangannya menyentuh gagang pintu, sebuah isakan yang terdengar di sana berhasil membuat langkahnya terhenti dan dia hanya bisa memukul pintu di depannya dengan sebuah pukulan dari kepalan tangannya yang kuat. “Tidak Bisakah kalian berbicara baik-baik dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin? Hiks,” Airyn terisak. Dia tidak akan menerima, jika Arvyn membuat Gean pergi dari rumah. Sikap kasar Gean pun, tidak bisa dia terima juga. Bagaimana pun, Gean harus tetap menghormati Arvyn sebagai ayahnya. “tolong, jangan bersikap egois seperti ini. Kalian sudah sama-sama berumur dan bisa berpikir dengan matang. Memaksakan keputusan dengan cara seperti ini bukannya menyelesaikan masalah justru akan semakin memperburuk keadaan. Setidaknya, saling mengerti, hargai pendapat dan keinginan diri kalian masing-masing. Kalian sama saja berniat membunuhku sekarang, jika terus menerus bersikap kekanakan seperti ini!” Airyn menarik napasnya dengan kasar. Lelehan air matanya bahkan menderas. Jika saja, Arvyn dan Gean tak sama-sama keras kepala, mungkin tidak akan ada pertengkaran antara ayah dan anak itu. Arvyn mendekati Airyn, dan memeluknya dengan erat. Dia merasa bersalah. Keputusannya yang sepihak dan penolakan Gean, sudah membuat wanita tercintanya itu bersedih. “Maafkan aku, Airyn. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin yang terbaik untuk Gean. Bukan berniat ikut campur atau apa pun. Aku hanya ingin melihatnya segera menikah, karena tidak ada yang bisa menebak aku masih akan ada di pernikahannya atau tidak dan melihatnya bahagia. Itu saja.” Penjelasan Arvyn, membuat Gean menekan pangkal hidungnya. Apa yang dia pikirkan tentang ayahnya terlalu dangkal. Dia kira, Arvyn melakukan perjodohan ini adalah karena persahabatannya dengan pria bernama Bram itu dan menghilangkan prasangka buruk orang- orang tentang dirinya. Tapi, ternyata dia salah. Semua yang ayahnya lakukan adalah semata-mata, karena ayahnya merasa takut jika tak bisa melihat pernikahannya nanti. Gean mendekati ke dua orang tuanya yang masih saling berpelukan itu. Apa yang dia lakukan tadi, sudah melukai hatinya ke duanya dan tidak seharusnya dia melakukan itu. “Maafkan ke tidak sopananku tadi. Hanya saja, aku tidak bisa menerima perjodohan ini begitu saja. Berikan aku waktu untuk mengenal bagaimana kepribadian wanita itu. Bolehkah?” tanya Gean dengan kepala tertunduk dalam membuat Airyn tersenyum bangga. Akhirnya, Gean mau mengalah dan bersikap dewasa. Airyn melepaskan pelukan Arvyn, dan beralih memeluk tubuh Gean yang tinggi dan kekar. Dia sangat bangga saat Gean bisa mengendalikan kemarahannya dan bisa berpikir jernih untuk mengambil sebuah keputusan. “Tentu, Gean. Kami tidak akan memaksamu untuk menikah sekarang. Kamu bisa mengenal Elena dan katakan bagaimana keputusanmu nanti,” ucap Airyn dan Gean hanya mengangguki. Dia paling tidak bisa, melihat ibunya itu bersedih. Arvyn menepuk pundak Gean dan berkata, “Maafkan, Ayah. Tapi setidaknya, kamu mau memulai sebuah hubungan mulai saat ini.” Gean kembali mengangguk. “Aku akan mencoba dan semoga kalian tak kecewa,” jawabnya kemudian dengan suara parau. Apa yang akan dia lakukan sekarang, harus benar-benar dia lakukan menggunakan hati karena sebuah hubungan tak lagi berdasarkan kesepakatan tapi sebuah perasaan. *** Malam sudah tiba. Atas desakan Arvyn lagi, akhirnya Gean mengantarkan Elena pulang. Orang tua Elena berada di mobil lain, dan dia hanya berdua dengan Elena di mobilnya. Sejauh ini, dia melihat jika Elena adalah gadis baik-baik. Selama di perjalanan, Elena juga tidak bertingkah banyak. Tingkahnya masih normal dan tak menunjukkan jika wanita itu tipe wanita tak memiliki rasa malu seperti kebanyakan. Sreett!! “Arghhh ... sial!” Gean mengumpat sembari menginjak rem mobilnya secara mendadak. Hampir saja, dia menabrak seorang pria yang tiba-tiba melintas begitu saja di depan mobilnya sampai-sampai membuatnya terantuk ke setir mobil karena tubuhnya terlonjak sedikit kuat. Gean turun dari mobilnya. Dia harus melihat kondisi pria itu yang kini terduduk di jalanan. “Anda, baik-baik saja?” Bugh! Belum sampai pria itu menjawab, Gean sudah lebih dulu merasakan pukulan yang menimpa punggungnya dengan keras sehingga membuat tubuhnya terhuyung dan jatuh di jalanan. Rupanya, semua ini adalah sandiwara orang g berpura-pura tertabrak itu untuk merampoknya karena jalanan yang dia lalui ini memang sedang sepi. “Berengsek, kalian!” pekik Gean sambil memegang punggungnya yang terasa panas dan nyeri. Gean bangkit dan memandangi ke dua pria itu dengan tatapan marah. “berani sekali kalian berniat merampokku?” ejeknya dengan seringaian tipis. Ke dua pria itu tertawa lebar. “Anda pria kaya, Tuan. Tentu saja, Anda memiliki banyak uang yang sangat cocok untuk menjadi target kami,” ucapnya. “Pengecut!” Bugh! Bugh! Bugh! Pertarungan itu pun terjadi. Gean melawan ke dua perampok itu dengan sedikit sengit. Perkelahian mereka imbang, dan Gean berhasil melumpuhkan salah satunya. Gean berancang-ancang untuk membuat serangan. Satu perampok lagi yang harus dia lumpuhkan, maka dirinya bisa selamat. Gean maju dan memberikan perampok itu pukulan di wajahnya. Sayang, dirinya juga mendapat pukulan di perut. Dan dengan sisa tenaga, Gean kembali memberi perampok itu pukulan di wajahnya sehingga membuat perampok itu jatuh di jalanan. “Masih memiliki tenaga untuk melawanku hah?!” ucap Gean begitu ke dua penjahat itu tumbang. Ke dua Perampok itu bangkit. Mereka bersamaan menyerang Gean, dan salah satunya mengunci pergerakan Gean dengan memegang tangan Gean ke belakang punggungnya. Sedangkan perampok yang satunya, mulai memukuli Gean. Bugh! Bugh! Bugh! Gean sempat terbatuk beberapa kali, saat perampok itu tiada henti memberinya pukulan di perut. Tapi di detik kemudian, Gean di buat tak percaya begitu perampok itu mengeluarkan sebilah pisau dari balik punggungnya. “Malam ini, Anda harus mati Tuan. Seharusnya, Anda menyerahkan harta benda Anda saja dari pada nyawa. Hahaha ...” Bugh! Sreett! Gean membelalak begitu ujung pisau yang dingin itu berhasil menembus kulitnya. Tapi, di tengah keremangan lampu jalanan dan rasa sakit yang mendera tubuhnya, dia bisa melihat siluet seseorang yang berhasil memukul perampok yang menusuknya tadi, dan membuat pria itu terkapar di jalanan setelah beberapa saat memegang kepala belakangnya. “Polisi akan segera datang ke sini untuk menangkapmu! Kamu tidak bisa lari lagi!” Teriakan yang masih bisa Gean dengar adalah suara wanita itu membuat perampok yang memegangnya melepaskan pegangannya tadi sehingga membuatnya terjatuh di jalanan dengan darah yang mulai membasahi kemejanya yang berwarna biru muda. Dan perampok itu pun lari. “Ya Tuhan ...” Wanita yang tak lain adalah Kayla itu, mendekati Gean dan segera memegang tangan Gean yang memegang perutnya. “Kau terluka, Tuan!” pekik Kayla dengan wajah cemas. Dia membingkai wajah Gean yang memucat dengan tangannya yang bergetar. “tolong, bertahanlah. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit. Teruslah bernapas, dan jangan pernah berhenti untuk menjaga kesadaranmu.” Lanjut Kayla. Dia mengambil sebuah syal yang dia pakai tadi, dan mengikatkannya ke perut Gean untuk menghambat darah dari perut Gean yang terluka. Setelahnya, Kayla membantu Gean untuk bangun dan segera masuk ke dalam mobil. Beruntung, dia bisa mengendarai mobil dan dia pun segera menuju rumah sakit untuk memberikan pria yang baru dia temui itu pertolongan. "Tolong, bertahanlah. Kau harus berjuang untuk keluargamu," lirih Kayla sepanjang perjalanan dengan cemas. Tanpa Kayla ketahui, pria yang dia tolong tadi adalah, pria yang sedang memburunya dan berniat untuk menjebloskannya ke penjara. *** Selamat membaca novel (Bukan) Istri Pengganti
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN