PART. 4 YUKI YURIKA

1151 Kata
Yuda memarkir mobilnya di parkiran Mall. "Uncle harus ikuti aku!" "Baik Nona" "Tapi jangan dekat-dekat, nanti dikira orang kita pacaran!" "Baik Nona" Yuki melangkah dengan diikuti Yuda di belakangnya. Yuda merasa jengah melihat mata para pria yang menatap Yuki tanpa berkedip. Rasanya ia ingin memakaiakan selimut ke tubuh Yuki. Agar mata-mata nakal penuh hasrat itu berhenti mengikuti langkah Yuki. Ada seorang pria yang ternyata berani mensejajari langkah Yuki. Tampaknya ia mencoba mengajak Yuki berkenalan. Tapi Yuki terus berjalan santai tanpa menggubris pria itu. Yuda tersentak saat langkah Yuki terhenti. Ia juga menghentikan langkahnya. "Aku bilang aku tidak mau berkenalan denganmu. Jangan memaksaku!" Seru Yuki sengit. "Jangan sok suci, kamu pasti cewek bispakkan?" Pria itu berusaha memegang pipi Yuki. Yuki menepiskannya, Yuda segera mendekati mereka. "Singkirkan tangan anda dari Nona saya" desis Yuda dengan tatapan tajam. Pria yang usianya tidak lebih muda dari Yuda itu membalas tatapan Yuda. "Jangan ikut campur!" Balas pria itu. "Saya pengawalnya, jadi saya harus ikut campur, sekarang pergi dengan suka rela, atau harus ku lempar tubuhmu menjauh dari sini!" Ancam Yuda. Pria yang tubuhnya tidak lebih besar dari Yuda itu terlihat ciut nyalinya mendengar ancaman Yuda. Ia pun pergi meninggalkan mereka. Yuda menatap Yuki. "Andai Nona berpakaian lebih sopan, hal seperti ini tidak akan terjadi!" "Aku bilang jangan coba mengaturku, aku bisa menjaga diriku!" Sahut Yuki ketus. Yuki kembali melangkahkan kakinya. Yuda menghembuskan napasnya, lalu mengikuti langkahnya. Yuki bertemu dengan teman-temannya, 3 orang gadis seusianya. Pakaian mereka sama saja bentuknya. "Uncle, selama aku nonton, Uncle boleh pergi jalan-jalan. Nanti kalau aku sudah selesai, aku akan telpon Uncle. Oh ya, berapa nomer telpon Uncle?" Yuda menyebutkan nomer telponnya. "Oke, nanti aku telpon kalau aku sudah selesai nonton, nih buat Uncle jajan" Yuki menyodorkan selembar uang 100.000 pada Yuda. "Tidak usah, terimakasih" Yuda menolak uang itu. Yuki meraih tangan Yuda, memberikan uang itu ke atas telapak tangan Yuda. "Ambil, aku masuk dulu" ujarnya. Terpaksa Yuda menerimanya. Yuda lebih memilih menunggu Yuki dengan duduk-duduk saja. Ia teringat ucapan Mr. Yamata tentang tugasnya yang bukan hanya menjadi supir Yuki, tapi juga harus menjaganya. Yuda tidak tahu sudah berapa lama ia menunggu Yuki, sambil berselancar di dunia maya tentang berita terkini yang terjadi di dunia. Yuki dan kawan-kawannya mendekatinya. "Uncle, kita mau shopping dulu, terus makan. Baru pulang" "Baik Nona" "Ikuti kami di belakang" "Baik Nona" Yuda berjalan mengikuti kemanapun gadis-gadis itu melangkah. Ia berpikir mungkin nanti kedua tangannya akan dipenuhi paper bag belanjaan keempat gadis itu. Tapi dugaannya meleset. Keempat gadis itu hanya membeli beberapa potong pakaian saja. Selebihnya mereka hanya melihat-lihat saja. Merasa sudah lelah, akhirnya mereka masuk ke sebuah restoran. Yuda tetap diam di luar. Yuki yang menyadari Yuda tidak ikut masuk segera kembali ke luar. "Uncle masuk!" "Tidak, saya tunggu di luar saja Nona" "Masuk!" Seru Yuki mulai tidak sabar. Yuda menghembuskan napasnya, lalu mengikuti langkah Yuki masuk ke restoran itu. "Uncle pesan saja yang Uncle mau" ujar Yuki, sebelum ia kembali asik dengan teman-temannya. Melihat harga makanan yang tertera di sana, rasanya Yuda merasa sayang kalau uang sebanyak itu hanya untuk satu kali makan saja. "Uncle, mau makan apa?" "Ini saja" Yuda menunjuk makanan yang menurutnya sesuai dengan lidahnya. Meski Yuda ada di sana bersama mereka, tapi keempat gadis itu seperti tidak merasa terganggu dengan kehadirannya. Mereka tetap asik bicara sambil tertawa-tawa pelan. Saat makanan datang, Yuda jadi teringat istrinya, yang entah makan dengan lauk apa hari ini. Yang jelas pasti sangat jauh dari apa yang ada di hadapannya. "Uncle, ayo di makan!" "Boleh dibungkus saja tidak Non" "Haah buat apa?" "Buat dimakan di rumah bersama istri saya" "Iiih jangan bikin malu deh, cepat makan" "Iya Non" Yuda tidak ingin membantah atau berdebat dengan Nonanya yang kadang baik kadang judes itu. 'Ajeng, maafkan aku ya Dek. Aku makan enak sendirian,' batin Yuda. Yuki memanggil pelayan, entah apa yang ia katakan. Beberapa saat kemudian pelayan itu datang dengan bungkusan dan tagihan apa yang sudah mereka pesan. Yuda melihat, Yuki yang membayar makanan mereka semua. Yuda jadi bertanya-tanya, berapa uang saku yang diberikan Mr. Yamata kepada cucunya. Setelah membayar, mereka bangkit dari duduk mereka. Yuki menyerahkan bungkusan yang dibawa pelayan tadi pada Yuda. "Nih, buat Aunty di rumah" "Aunty?" Tanya Yuda bingung. "Iya, Aunty, istri Uncle!" Sungguh Yuda jadi terlongo mendengarnya. "Ambil Uncle!" "Oh, terimakasih Non" Yuda menganggukan kepalanya. "Sekarang kita pulang" "Baik Non" Mereka berpisah dengan teman-teman Yuki di tempat parkir. "Kita langsung pulang Non" "Iya, aku capek!" Yuki memasang headsetnya, menyandarkan punggungnya. Dan memejamkan matanya. Yuda membawa mobil dengan kecepatan sedang saja. Ia masih merasa bingung dengan sikap Yuki yang berubah-ubah. Dalam sehari ini, sikap Yuki bisa judes, bisa baik, bisa seenaknya. Entah sikap mana yang menunjukan Yuki sesungguhnya. Tiba di rumah Mr. Yamata. Saat Yuda membukakan pintu mobil untuk Yuki, dan Yuki sudah turun, Yuda mengembalikan uang yang diberikan Yuki saat di mall tadi. "Maaf Non, ini uang Non, saya kembalikan" "Aku sudah berikan ke Uncle, itu sudah jadi milik Uncle. Simpan saja untuk Uncle" jawabnya ketus. Lalu masuk ke dalam rumah. Yuda menghela napasnya, lalu menyimpan uang itu di dalam sakunya. Dengan menggumamkan alhamdulillah dimulutnya. Yuda lalu mengambil selang untuk sekedar mencuci body dan ban mobil yang terlihat berdebu. Setelah ia selesai mencuci mobil, Yuda ingin segera pulang, ini sudah sangat lewat jauh dari jam kerjanya. "Mas Yuda!" Panggilan seseorang mengagetkan Yuda. Ternyata Bu Fina yang memanggilnya. Bu Fina, wanita yang usianya Yuda perkirakan 40 tahun itu, adalah kepala urusan rumah tangga Mr. Yamata. Semua pegawai di rumah Mr. Yamata berada di bawah pengawasannya. "Ya Bu" "Bik Rah tadi bilang kalau kau makan dengan membawa bekal" "Iya Bu" "Besok tidak perlu lagi membawa bekal, Mr. Yamata sudah mengatakan kalau semua pegawainya di rumah ini bisa bebas makan dan minum di rumahnya. Dan itu termasuk juga denganmu, kau mengerti?" "Baik Bu" "Satu lagi, ini uang lemburmu hari ini. Setiap kau bekerja melewati waktunya jam kantor. Maka Mr. Yamata akan langsung membayar uang lemburmu. Ini terimalah!" Bu Fina menyerahkan satu lembar 50.000 kepada Yuda. "Apa ini tidak terlalu banyak Bu?" "Terima saja, anggap itu rejeki anak istrimu" "Saya belum punya anak Bu" 'Dan tidak akan pernah punya anak' sambung Yuda di dalam hatinya. "Ya anggap saja rezeki istrimu" "Terimakasih Bu, saya permisi pulang, assalamuallaikum" "Walaikum salam" -- Yuda tiba di rumah dengan senyum terkembang di bibirnya. Istrinya menyambut dengan rasa penasaran, karena melihat wajah suaminya yang terlihat gembira. "Mas kelihatan gembira sekali" "Nanti saja aku ceritakan ya, aku mau mandi dan sholat ashar dulu" "Iya Mas, ini apa Mas?" Ajeng mengambil barang-barang yang tergantung di motor Yuda. Termasuk bungkusan makanan yang dibelikan Yuki tadi. "Nanti aku ceritakan Dek!" Jawab Yuda yang sudah masuk ke dalam kamar mandi mereka yang ada di dekat dapur. Yuda jadi bimbang sendiri, apa ia harus menceritakan semuanya, termasuk kecupan Yuki di pipinya. Apa perasaan istrinya tidak akan terluka jika ia menceritan hal yang satu itu juga. ***BERSAMBUNG***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN