Aku menatap sekitar dimana hari sudah mulai gelap terlihat dari kaca kamar, ketika aku bangun dalam keadaan telanjang dan hanya menggunakan selimut. Aku segera menuju kamar mandi membersihkan diri dari sisa percintaan kami tapi aku tidak melihat keberadaan Rifat namun apa peduliku karena memang kami tidak memiliki perasaan apapun selain profesional dan juga hubungan yang baru saja terjadi tadi dengan saling memuaskan, bagaimana aku bisa dengan mudahnya jatuh dalam pesona Rifat yang sama sekali tidak aku kenal kecuali sebagai senior Tari dan karyawan di perusahaan. Aku melihat pakaian yang telah disiapkan Rifat yang entah sejak kapan berada disitu atau memang aku tidak melihatnya.
Aku keluar kamar mendapati Rifat yang ada di depan layar laptop sibuk mengerjakan sesuatu yang aku yakini adalah pekerjaan kantor, aku tidak menghiraukan Rifat dan langsung menuju dapur membuat minuman setelahnya duduk didekat Rifat menatap apa yang dikerjakan sekilas aku melihat perkembangan dari data penjualan yang ada, aku menatap sekilas tampak ada sesuatu yang ganjil namun aku menatap apa yang dilakukan Rifat
"Lagi apa?" tanyaku menatap laptop tanpa menatap Rifat
“Laporan penjualan sepertinya ada yang aneh dan tadi sempat berbicara dengan security ada beberapa berita yang tidak benar mengenai apartemen ini” jawab Rifat masih fokus dengan laptopnya “dari apa yang aku dapat dimana aku mencoba untuk mengecek masing-masing kondisi ruangan ternyata tidak ada masalah apapun”
“Sudah bertemu manager disini?” tanyaku
Rifat menggelengkan kepala lalu menatapku “orangnya gak ada ditempat” aku mengangguk “kalau dia sudah selesai dengan pekerjaannya aku minta kesini jam berapapun, keberatan?”
“Bagus kita bisa lihat sejauh mana dia peduli dengan apartemen ini” Rifat mengangguk setuju “lalu marketingnya? dan itu aku melihat ada yang aneh tapi darimana kamu mendapatkan laporan penjualan itu?”
“Ini sudah aku serahkan pada Bu Lila dan meminta kamu untuk mempelajarinya tapi memang menurutku ada yang aneh disini tapi kita bisa tahu setelah bertemu dengan managernya dan ini dari Pak Bima semalam sebelum berangkat email ke aku” aku hanya mengangguk mendengar perkataan Rifat
“Lalu yang satu itu apa?” aku menatap berkas sebelah laptop
"Tugas dari Pak Beni" jawab Rifat "Bu Lila hubungi jika besok kita harus ke kantor cabang sini untuk melihat bagaimana perkembangannya" mengalihkan pwmbicaraan
Aku mengangguk "kenapa gak hubungi aku langsung?"
Rifat menatapku sekilas "hubungi tapi kamu tidur"
"Kamu gak bilang aneh-aneh kan?" tanyaku khawatir
"Kamu mau aku dipecat? apalagi ketahuan Pak Bima bisa tamat riwayatku" Rifat berbicara dengan nada sinis
Aku tertawa melihat ekspresi dan nada bicaranya "ada aku yang akan membelamu" menatap Rifat sekilas
Rifat menatapku "gak terlalu yakin secara kamu tunduk sama dia" kembali fokus depan laptop "kamu tidak menggunakan apa-apa?" menatapku sekilas
"Kamu bisa membuktikannya" godaku
Rifat tidak mempedulikan perkataanku dan fokus pada kerjaannya "kamu berikan perawanmu pada siapa?" aku kaget mendengar pertanyaan Rifat "pasti dia" tebak Rifat menatapku
Aku mengangguk "dia sangat ahli jadi aku tunduk" aku tersenyum kecut
Rifat akhirnya diam tidak melanjutkan pembicaraan membuatku berpikir apakah dia berpikir jika aku cewek lemah yang tunduk begitu saja pada pria. Rifat menatapku sekilas sebelum melanjutkan pekerjaannya lagi membuatku menelan ludah atas apa yang Rifat lakukan ini dan sedikit tidak nyaman setelah hubungan kita tadi.
“Kamu mengenal Tari?” tanyaku memecahkan keheningan
“Kenal tapi gak akrab karena Tari termasuk orang atas dan kisah cintanya menarik perhatian karena ya sang pria adalah pria b******k tapi Tari cinta mau bilang apa dan semoga Tari tidak seperti kamu yang mudah masuk dalam jebakan pria” Rifat menatapku sekilas
Aku sedikit tersinggung dengan perkataan Rifat “lantas kenapa kamu tidak mendekati Tari dan malah melakukan denganku?”
"Lapar?" tanya Rifat memandangku lagi "jika ya kita pesan makanan atau mau keluar?" Rifat mengalihkan pembicaraan kita dengan hal lain dan itu makan karena aku sudah terlalu lelah
"Pesan saja karena rasanya aku lelah" jawabku malas karena Rifat tidak menjawab pertanyaanku
Rifat mengangguk dan mulai membuka aplikasi makanan memilih makanan bersamaan, setelahnya kembali mengerjakan pekerjaannya. Melihat Rifat yang fokus seketika aku mengingat Bima jika sedang bekerja selalu serius dan itu membuatku tidak tahan menggodanya tapi jika aku melakukan ini apa bedanya aku dengan seorang jalang yang ada dan rela menjadi b***k memuaskan nafsu para pria ini.
"Apakah kamu memikirkan perasaan istrinya?" tanya Rifat tanpa mengalihkan tatapan dari pekerjaan "bagaimana dengan istrinya?"
"Aku dekat dengan Billy anaknya" jawabku membela diri
“Pertanyaanku adalah istri bukan anak jadi tolong bedakan” ucap Rifat menatapku sekilas "posisikan dirimu sebagai istrinya apa yang kamu rasakan" ucap Rifat seketika membuatku terdiam
Selama ini aku tidak pernah memikirkan perasaan istri Bima, Bima membuatku haus akan seks dan aku harus mengikuti semua permainannya. Rifat memberikan ponselku yang berbunyi dimana terdapat nama Bima dengan segera aku mengangkat panggilan itu dan berlalu ke kamar tidak menghiraukan Rifat yang fokus dengan pekerjaannya.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Aku tertidur, kamu dimana?"
"Barusan sampai dan kamu seksi sial aku ingin memakanmu saat ini"
"Bersabarlah"
Bima mengangguk dan selanjutnya mematikan sambungan kami. Aku menatap layar ponsel dengan hati bertanya dan memikirkan perkataan Rifat dimana apakah selama ini aku bertindak dengan egois tanpa memikirkan perasaan istri Bima namun kenapa Bima malah melakukan denganku dan tidak menolak atas apa yang aku lakukan
"Makanan sudah sampai ayo kita makan" ucap Rifat ketika aku keluar kamar "isilah tenagamu semalam kamu pasti kelelahan ditambah tadi"
"Terima kasih" ucapku tulus dan tersenyum
Kami makan dalam diam dan Rifat tidak membuka pembicaraan kembali, aku mulai memikirkan perkataan Rifat tentang hubungan yang aku jalani selama ini. Apakah penilaian Rifat aku adalah jalang setelahnya aku memikirkan papa dan almarhumah mama yang pastinya kecewa padaku terutama mama jika dimana aku tidak mengikuti perkataannya untuk menjaga diri dan menjadikan suami sebagai pertama
"Mandilah" kata Rifat sambil membersihkan sisa makanan kami
Aku menghentikan aktivitas Rifat "bisakah kita mandi bersama?" tanyaku menggoda membuat Rifat melotot mendengar tawaranku "hanya untuk memastikan apakah aku jalang atau tidak"
"Aku gak maksud mengatakan hal itu" bantah Rifat langsung “daritadi kamu diam berpikir mengenai hal ini? aku tidak ada pikiran seperti itu”
"Aku paham maksudmu hanya aku ingin membuktikan" ucapku sambil menunduk tidak berani menatap Rifat
Rifat menarik daguku dan menciumnya lembut sangat lembut dibanding sebelumnya "lupakan dia dan mencoba bersamaku dan aku akan mencoba membantumu agar terlepas dari dia tapi akan beda soal jika kamu mencintai dirinya tapi setidaknya pikirkan anak dan istrinya" seketika aku mengangguk “good girl lakukan yang terbaik jangan membuat malu keluarga” aku menatap Rifat yang memandangku lembut “aku ingin membantumu walaupun aku sendiri belum memastikan bagaimana perasaan sebenarnya hanya saja aku ingin kamu terlepas dari dia tapi semuanya kembali padamu mana yang kamu pilih” aku diam “datanglah padaku kapanpun karena aku siap dengan apapun keputusanmu”