Player demi hari makin hari terus berkurang kali ini aku, Bersama charllote yang akan mencari sebuah permata ruby untuk mengupdate s*****a kami. Aku dan dia mencari di sebuah tempat ke tempat namun itu bekum di temukan.
Aku juga berfikir,Kalau harga ruby itu sangat mahal pasti charllote pernah menemukannya sebelumnya dan ia membeli rumah...Hmmm mungkin begitu.
Mencari permata ruby memang sangat susah untuk di dapatkan tetapi kami belum menyerah begitu saja dan aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk mencari ruby itu.
lalu apa alasanku ingin mencari permata ruby itu? singkat cerita aku ingin melawan sebuah musuh bebuyutanku. Waktu itu aku hampir di bunuh olehnya
Karna musuhku itu adalah player yang memasuki top 0 artinya lebih tinggi dariku, Aku kalah level dengannya.
Aku hampir saja terbunuh waktu itu dan hanya ada satu cara atau satu harapan agar kekuatan skill ku bertambah kuat yaitu menaikkan levelku dengan permata ruby.
Tapi itu sangat langka, Charllote dengan senang hatinya mebantuku mencari permata ruby itu.
Spertinya musuh bebuyutanku itu memandangku rendah serendah redahnya itu, Dia sangat terkenal di game ini dia adalah player paling terbaik yang ada di game ini.
Jadi walaupun aku nomor satu di game ini tetapi masih ada yang sangat lebih kuat dari aku, Aku di tengah hutan kali ini.
Aku menemukan sebuah pohon, Pohon itu sangatlah besar aku tidak bisa mebayangkannya dengan gedung pencakar langit yang ada di negara-negara maju.
Sepertinya belum pernah ada player yang pernah ke sana, Rasa kepenasaranku semakin meningkat dengan cepat jadi aku ke sana ke dekat pohon yang sangat besar itu Charllote mengejarku.
Dengan tidak sengaja dia manabrakku...
"Hmm...Itu rasanya sangat lembur dan lentur dan rasanya sangat manis"
Kenapa? Kenapa lagi? aku di tampar untuk ke dua kalinya,Betapa sedihnya lelaki ini?.
Aku menemukan sekelompok Monster, Mereka menyerangku dan aku dan charllote menyerang balik ke sekelompok Monster itu.
BAGIAN 2
sebagai skill awal. Meski begitu, jika mereka menyerah dan kabur setelah
kehilangan sebagian dari HP mereka, mereka tidak akan mati. Tapi—
Tidak seperti serangan monster 3D yang kita lihat melalui layar monitor,
pertarungan di VIRTUAL WORLD sangat nyata sehingga kau bisa merasa takut.
Seperti jika
monster sungguhan mengarahkan taringnya padamu dan mengejarmu dengan
niat membunuh.
Bahkan selama beta testing ada beberapa orang yang panik ditengah
pertarungan, tapi sekarang kematian menantimu jika kau kalah.
Rasa panik
membuat para player lupa menggunakan skill mereka dan bahkan lupa melarikan
diri, HP mereka habis dan mereka menghilang dari dunia ini selamanya.
Bunuh diri, kalah dari monster. Jumlah dari nama yang tercoret berlipat ganda
dengan kecepatan yang mengerikan.
Ketika angkanya mencapai dua ribu, satu bulan setelah game dimulai, awan
keputusasaan menyelimuti para player yang masih selamat.
Jika jumlah kematian
terus meningkat dengan kecepatan seperti ini, sepuluh ribu orang akan mati
dalam waktu kurang dari setengah tahun.
Menyelesaikan lantai keseratus hanya
terlihat seperti mimpi.
Tapi—manusia beradaptasi.
Setelah satu bulan kemudian, labyrinth pertama diselesaikan dan jumlah
kematian mulai berkurang dengan cepat.
Orang-orang mulai membagi informasi
untuk bertahan hidup dan kebanyakan orang merasakan kalau monster tidak
begitu menakutkan jika kau mempunyai experience points yang cukup dan
menaikan level dengan benar.
Menyelesaikan game nya dan kembali ke dunia nyata menjadi mungkin. Jumlah
player yang mulai berpikir seperti itu bertambah dengan perlahan tapi pasti.
Lantai teratas masih sangat jauh, tapi para player mulai bergerak dengan harapan
kecil ini-dan dunia mulai berputar lagi.
Sekarang, dua tahun kemudian dan dengan 26 lantai tersisa, jumlah orang yang
bertahan hidup sekitar 6 ribu orang.
Setelah menyelesaikan pertarunganku dengan musuh yang kuat yang sedang
berpatroli di di lantai 74, aku mengingat jalan kembaliku,
begitu juga dengan masa lalu, dan menghela napasku ketika aku melihat cahaya
dari jalan keluar.
Aku mengosongkan pikiranku, berjalan dengan cepat keluar dari labyrinth area,
dan menghirup udara yang segar dan bersih dalam-dalam.
Di hadapanku, lorong yang sempit berubah menjadi hutan yang lebat dan penuh
dengan pohon.
Di belakang ku, labyrinth area tempatku keluar barusan
menjulang tinggi hingga ke langit—atau lebih tepatnya hingga ke permukaan
bagian bawah lantai selanjutnya.
Karena tujuan akhir gamenya adalah untuk mencapai puncak tertinggi dari kastil
ini, dungeon di dunia ini tidak menuju ke bawah tanah melainkan berbentuk
menara.
Tapi, setting dasarnya tidak berubah: monster di labyrinth area lebih kuat
dibandingkan monster yang berada di jalanan, dan boss monster menunggu di
bagian terdalam dari labyrinth area.
Saat ini, delapan puluh persen dari labyrinth area di lantai 74 telah di jelajahi,
atau dengan kata lain, telah di .
Dalam beberapa hari, boss room
mungkin akan ditemukan, dan sebuah tim untuk melawan boss dengan anggota
yang banyak akan dibuat. Saat itu, bahkan aku, seorang solo player, akan ikut
ambil bagian.
Aku tersenyum pada diriku sendiri karena merasa tidak sabar dan frustasi pada
saat yang sama dan mulai berjalan melewati jalur yang ada.
Saat ini, rumah tempat tinggal ku berada di kota terbesar di Aincrad, yaitu
, yang lokasinya berada di lantai ke 50. Yah, dari luasnya, Starting City
lebih besar, tapi tempat itu sekarang sudah menjadi markas
sepenuhnya, jadi berjalan di sekitar sana menjadi agak tidak nyaman.
BAGIAN 3
Segera setelah aku keluar dari padang rumput yang mulai menggelap, sebuah
hutan yang berisi pohon-pohon tua membentang di depanku. Jika aku berjalan
selama tiga puluh menit lewat sini, Aku akan sampai di dari
lantai 74 dan bisa menggunakan disana untuk teleport ke
Algade.
Aku bisa saja menggunakan satu dari instant teleportation item didalam
inventory ku untuk kembali ke Algade kapanpun. Tapi karena harganya sedikit
mahal, Aku enggan menggunakannya kecuali jika aku sedang berada dalam
situasi berbahaya. Masih ada sedikit waktu hingga mataharinya menghilang
sepenuhnya, jadi aku menolak godaan untuk kembali kerumah secepatnya dan
akhirnya masuk kedalam hutan.
Sebagai catatan, ujung-ujung dari setiap lantai di Aincrad biasanya terbuka lebar
langsung ke langit, kecuali bagian tiang penahannya. Pohon-pohon menjadi
berwarna merah api karena terkena cahaya yang masuk melalui celah tersebut.
Kabut yang mengalir diantara cahaya matahari memantulkan cahaya dengan
indahnya. Suara kicau-an burung, yang sering terdengar disiang hari, menjadi
sulit terdengar, karena suara batang pohon yang bergoyang-goyang karena
tertiup angin yang kencang.
Aku tahu dengan jelas kalau aku bisa bertarung dengan monster di area ini
meskipun aku mengantuk, tapi rasa takut yang datang bersamaan dengan
kegelapan susah dihindari. Sebuah perasaan yang mirip dengan ketika aku
tersesat dan tidak bisa pulang waktu kecil menyelimutiku.
Tapi aku tidak membenci perasaan ini. Aku kadang-kadang melupakan rasa takut
ini ketika aku masih di dunia nyata. Rasa kesepian yang kau dapatkan ketika kau
berkelana sendirian di tempat asing tanpa seorangpun yang terlihat seberapa
keraspun kau mencoba melihat—kau bisa menyebutnya sebagai dasar dari RPG.
Ketika aku sedang terpaku mengenang masa lalu, sebuah teriakan yang belum
pernah kudengar sebelumnya memasuki telingaku.
Itu terdengar hanya sesaat, keras dan jelas seperti suara sebuah peluit. Aku
menghentikan langkahku dan mencari dengan seksama ke arah suaranya berasal.
Jika kau mendengar atau melihat sesuatu yang kau tidak pernah alam