dua puluh

974 Kata
Saat Adrian pulang ke apartementnya dia melihat Violet yang tertidur nyenyak di sofa dengan kantong belanjaan yang terletak di atas meja. Karena penasaran dia apa saja yang dibeli oleh Violet, setelah meletakan tas kerjanya meja kecil yang ada di samping  sofa, dia akhirnya membongkar kantong belanja yang ada di meja. Dia mengeluarkan satu per satu barang yang ada di dalamnya. Di kantong pertama dia menemukan buah-buahan yang biasa mereka makan, di kantong kedua dia melihat barang-barang aneh mulai muncul. Gunting kecil, lem kertas, double tip, tali plastik warna merah dan putih masing-masing dua, kertas karton dan yang sedikit lebih aneh lagi kardus. Adrian terkekeh geli melihat barang-barang itu, dan melirik Violet yang terlelap di sofa. Karena tidak mau menganggu Violet, dia masuk ke dalam kamar  untuk mengganti pakaiannya setelah memasukan kembali semua barang yang dia bongkar kedalam kantong semula. Adrian membersihkan tubuhnya dan mengganti bajunya dengan baju santai, setelah itu dia kembali ke ruang tamu untuk melihat Violet yang masih terlelap. Dia mengambil kantong belanjaan yang berisi buah-buahan dan membawanya ke dapur dan meletaknya ke dalam kulkas. Dia melihat apa yang akan menjadi makan malam mereka nanti, dan mendapati belum ada masakan yang tersedia. Setelah sejenak berpikir, akhirnya Adrian mengeluarkan ponselnya dan memesan makanan secara online. Dia berjalan ke ruang tamu dan duduk di samping Violet yang tertidur. Sambil menunggu makanan yang di pesannya datang, dia kembali memeriksa berkas yang tadi di bawahnya pulang. Suara bell yang nyaring membuat Violet tersentak dari tidurnya, dia langsung bangun dan bergegas berdiri untuk membuka pintu. “Tidak perlu buru-buru seperti itu, kumpulkan dulu tenaganya. Biar kakak yang buka.” Suara Adrian membuat Violet menoleh kaget, dia berpikir kalau bell yang berbunyi karena Adrian yang pulang tetapi dia mendapati bahwa Adrian duduk di sebelahnya dan sekarang sudah berdiri dan berjalan menuju pintu. Violet masih duduk dan berusaha menjernihkan pikirannya yang masih setengah mengantuk agar teraga sepenuhnya terjaga. Adrian berjalan kembali dengan menenteng kotak makanan di tangannya. “Kak Adri sudah lama pulangnya?” tanya Violet “Lumayan. Sudah sempat ganti baju dan pesan makanan. Kamu kenapa?” tanya Adrian yang melihat wajah Violet seperti bersalah. “Kakak lihat kamu tertidur nyenyak sekali, jadi kakak pesan aja makanan untuk kita makan malam ini.” Adrian mengangkat bungkus makanan di tangannya kearah Violet. “Sudah sana, cuci muka biar segar atau masih mau lanjut tidur?” tanya Adrian setelah dia kembali duduk di samping Violet kembali. “Kalau Vio lanjut tidur kakak tidak marah?” tanya Violet dengan ragu. “Kamu masih ngantuk?” tanya Adrian penasaran dan memandang Violet dengan seksama. “Kepala Vio sedikit pusing.” Jawab Violet pelan. “Kamu sakit!” Adrian mendekat dan meraba kepala Violet untuk merasakan suhu tubuh Violet. “Tidak panas. Kamu kenapa?” “Mungkin kaget tadi, jadi agak sedikit pusing.” “Sudah berbaring dulu aja, kalau masih mau tidur lanjut saja. Magrib masih lama.” Adrian kembali mengambil berkasnya kembali, sesekali dia melihat kearah Violet yang sudah kembali terlelap di sampingnya. Alarm sholat magrib berbunyi, Adrian menyudahi kerjanya dan membangunkan Violet yang masih tertidur pulas. “Vio...” dia berbisik pelan di telinga Violet sambil menepuk pipinya dengan pelan. “Vio...sudah masuk magrib, ayo bangun.” Mata Violet mengerjap-ngerjap dan perlahan terbuka, suara lembut yang berbisik di telinganya dan sentuhan di pipinya membuatnya terbangun dari tidurnya. “Magrib ya kak?” tanya Violet. “Iya, jamaah ga?” tanya Adrian yang sudah berdiri dan akan berjalan ke dalam kamar. “Vio lagi tidak sholat, Kak.” Jawab Violet dengan malu-malu. “Iya sudah, kamu mandi dan siapkan untuk malam saja. Makanan yang kakak pesan tadi kalau sudah dingin dipanaskan saja.” Adrian berlalu menuju kamarnya. Violet memandang Adrian yang berjalan menuju kamarnya, sebenarnya dia sedikit shock dengan perubahan sikap Adrian yang bagai roller coster. Dia yang awal pertemuan sangat jutek dan penuh kecurigaan, sekarang berubah menjadi lembut. Terkadang juga dia bisa bersikap cuek dan bossy dalam bersamaan. Tergantung suasana hatinya, Violet hanya menggeleng dan akhirnya masuk ke kamarnya untuk menyegarkan diri dan bersiap untuk menyiapkan makan malam mereka. Violet menghangatkan makanan dan menata meja makan, setelah semua selesai dia memanggil Adrian untuk makan. Dia mengetuk pintu dan memanggilnya. “Kak, makanannya sudah siap.” Violet mengetuk pintu dua kali sebelum berbalik dan duduk. Tidak lama setelah dia duduk, Violet mendengar pintu kamar dibuka dan terdengar suara kaki Adrian berjalan mendekat ke meja makan. Adrian menarik kursi untuk duduk dan menerima piring yang diulurkan oleh Violet. Separuh waktu makan mereka habiskan dengan menikmati makanan yang ada di piring masing-masing sebelum akhirnya Adrian memecah kesunyian dengan bertanya kepada Violet. “Itu kardu mau dibuat apa?” “Dibuat membentuk persegi panjang, terus ditempel dengan kertas warna.” “Untuk apa?” tanya Adrian heran. “Nanti pas ospek akan membentuk formasi, dan akan direkam dari atas. Begitu yang dijelaskan tadi dari panitianya.” “Perlu bantuan untuk membuatnya?” “Vio rasa tidak perlu, Kak. Besok akhir pekan, semua barang itu nanti dipakai pas hari senin. Vio, bisa menyelesaikan sendiri. Kakak mungkin masih harus ke lokasi proyek.” Ingat Violet yang beberapa waktu dulu, dia ikut Adrian ke lokasi proyek saat akhir pekan sebelum mereka menuju mall. “Baiklah. Kalau kamu tidak perlu bantuan, kakak tinggal ke kamar. Tetapi kalau memang ada yang tidak bisa, kamu tinggal panggil kakak.” Adrian sudah menyelesaikan makan malamnya dan beranjak dari meja makan setelah mengangkat piring makannya ke tempat cuci piring. Violet juga sudah selesai dan mengikuti Adrian ke tempat cuci piring, melihat Adrian yang sudah akan mencuci piring dia langsung mencegahnya. “Biar Vio saja, Kak!” Violet tersenyum dan mengambil alih dari tangan Adrian. “Kakak bisa istirahat, atau bisa mengecek pekerjaan yang biasa kakak bawah pulang.” Adrian hanya tersenyum melihat Violet yang sudah hafal dengan kebiasaanya, dia segera meninggalkan Violet dan menuju ke kamarnya untuk menyelesaikan berkas yang dibawahnya tadi.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN